webnovel

Kepunyaan

Happy reading!

"Eh eh itu mantannya kak Gersa bukan?"

"Oh iya bener."

"Ternyata emang bener cantik."

"Tapi kenapa ya kak Gersa mutusin cewek secantik dia?"

"Siapa tau dia sasimo."

"Woy ngaco lo."

"Tapi dari muka-mukanya kayak playgirl sih emang."

"Hah emang muka gue keliatan kayak gitu ya," batin Kiara menggerutu kesal. Dari tadi ia mendengar ocehan adek kelas dari sekolah lain rasanya sangat menyebalkan.

Kiara menghela napasnya sejenak dan memutuskan untuk berpindah tempat. Ia malas mendengarkan gosipan yang tak berguna itu. Ia memilih duduk di bangku dekat pohon yang cukup besar sehingga ia yakin tidak banyak yang akan menyadarinya.

Kiara menguap kecil sembari menutup mulutnya. Hingga ia tak sadar bahwa Faldo sudah duduk di sampingnya.

"Ngantuk?" tanya Faldo secara tiba-tiba membuat Kiara sedikit terkejut. Kiara mengangguk kecil menjawab pertanyaan Faldo barusan.

"Sini," ucap Faldo sembari menepuk-nepuk bahunya. Mungkin Faldo memberi isyarat agar Kiara menyenderkan kepalanya dan tidur di bahu Faldo.

Kiara tersenyum kecil sebelum akhirnya menyenderkan kepalanya di bahu Faldo dan memejamkan matanya. Faldo yang melihat hal tersebut langsung kaget bukan main.

"Kali ini Kiara kayaknya beneran kesambet," batin Faldo. Ia tersenyum diam-diam, sangat jarang hal seperti ini terjadi.

"Lo bisa nggak sih kalau di sekolah jangan deket-deket gue," ucap Kiara.

"Hm?" ucap Faldo mengernyitkan dahinya.

"Fans fanatik lo si Trisha kalau ngeliat gue bawaannya kayak mau makan gue hidup-hidup," lanjut Kiara menjelaskan.

"Jadi lo takut sama Trisha?" tanya Faldo.

"Enggak lah, mana mungkin gue takut sama modelan kayak Trisha," jawab Kiara menolak dengan keras.

"Ya udah ayo pacaran aja," ucap Faldo dengan senyum lebar di wajahnya.

"Gila," ucap Kiara tersenyum kecil dan beranjak dari duduknya meninggalkan Faldo.

"Barusan Kiara udah nyender di bahu gue selama 3 menit," ucap Faldo menyentuh bahunya yang tadi menjadi senderan bagi Kiara.

"Kayaknya ini seragam nggak perlu gue cuci sampe bulan depan," ucap Faldo pada dirinya sendiri.

"Apa jangan-jangan tadi Kiara kesambet setan di pohon ini."

"Bahaya juga tapi ada bagusnya juga."

"Kiara lo dari mana aja malah ngilang," ucap Cia melihat Kiara berjalan ke arahnya.

"Sorry tadi gue abis ke toilet tapi rame banget," ucap Kiara dan duduk di samping Cia.

"Eh kayaknya futsalnya udah mau mulai," ucap Natasha melihat banyak siswa mulai memasuki gedung futsal.

"Ayo nonton siapa tau anak Couller ada yang ganteng," ajak Cia dengan semangat.

"Bisa nggak gue pergi tidur aja," batin Kiara. Walau pun seperti itu, Kiara tetap mengikuti Cia dan Natasha menuju tempat lomba futsal diadakan.

"Rame banget, lebih rame dari yang tadi," ucap Kiara melihat sekelilingnya. Bahkan bangku tribun sudah hampir terisi semua.

Baru 15 menit pertandingan berjalan, namun Kiara terlihat sudah tidak betah di dalam sana. Ia pun mengatakan kepada Cia dan Natasha bahwa ia ingin mencari angin sebentar. Namun tiba-tiba Cia menyusul Kiara keluar.

"Loh Cia, lo ngapain keluar?" tanya Kiara yang terkejut. Ia pikir Cia sangat bersemangat menonton tadi.

"Ayo ikut gue," ucap Cia dan menarik tangan Kiara. Kiara yang sudah sangat mengantuk hanya bisa mengeluh dalam hati.

Kiara mengernyitkan dahinya bingung begitu Cia berhenti di salah satu stan milik kelas 12 MIPA-2. Begitu juga Cia yang mengajaknya justru memasang raut wajah sama sepertinya.

"Lo mau beli alpukat kocok Ci?" tanya Kiara karena stan tersebut menjual alpukat kocok.

"HAH," teriak Cia membuat Kiara membelalakan matanya terkejut.

Cia terlihat seperti sedang menahan kesal dan mengajak Kiara untuk duduk.

"Loh kenapa Ci? Nggak jadi beli?" tanya Kiara menatap Cia dengan ekspresi bingung.

"Lo denger nih ya Ra, kemarin Gafa nanya ke gue makanan kesukaan gue, lo, sama Natasha juga, katanya kelasnya dia mau diriin stan makanan gitu."

"Tapi lo liat sendiri ternyata kelasnya malah diriin stan minuman," lanjut Cia menahan emosinya.

Sementara Kiara yang mendengar hal itu langsung sadar mengapa kemarin Faldo bisa mengetahui masakan kesukaannya. Mengingat hal itu Kiara jadi terkekeh kecil.

"Kiara kok lo malah ketawa sih," ucap Cia yang melihat Kiara tertawa.

"Enggak enggak gue nggak ketawa, lagian lo percaya percaya aja sama Gafa," ucap Kiara. Ia tak habis pikir bisa-bisanya Faldo memanfaatkan Gafa.

Pukul 16.40, Kiara sudah keluar dari sekolahan. Masih ada beberapa siswa yang memilih tinggal di sekolah lebih lama, namun Kiara memilih untuk cepat-cepat pulang karena rasa ngantuknya yang sudah tak tertahankan.

Setelah naik bis, Kiara berusaha keras menahan kantuknya. Akan bahaya jika ia ketiduran di bis dan kebablasan.

"Lo? Lo ngapain naik bis?" tanya Kiara yang melihat Faldo naik bisa yang sama dan duduk di sampingnya.

"Mastiin biar lo nggak kebablasan sampe halte terakhir," jawab Faldo membuat Kiara mengernyitkan dahinya bingung.

"Gue tau lo dari tadi nahan ngantuk kan terus tadi di sekolah nggak bisa tidur gara-gara lo ditarik-tarik sama temen lo itu, jadi gue dengan berbaik hati nawarin bahu gue lagi buat lo," ucap Faldo menepuk-nepuk bahunya sendiri dengan bangga.

"Nggak mau," ucap Kiara menolak mentah-mentah.

"Berarti tadi Kiara beneran kesambet setan pohon," batin Faldo.

"Lo tadi bukannya bawa motor?" tanya Kiara.

"Oh iya gue tinggal di sekolah," jawab Faldo membuat Kiara membelalakan matanya.

"Terus besok lo ke sekolah naik apa?" tanya Kiara lagi.

"Naik bis lagi bareng lo," jawab Faldo tersenyum lebar. Sementara Kiara sudah menduga hal tersebut.

Sesampainya di rumah Kiara langsung bersih-bersih. Saat ini Kiara sedang dilanda kebingungan.

"Kalau gue tidur jam segini pasti nanti tengah malem kebangun, tapi gue juga udah ngantuk banget," ucap Kiara yang saat ini sudah memposisikan diri di tempat tidur.

Kiara pun beranjak dari tempat tidur dan menuju meja belajar. Ya, ia memutuskan untuk belajar saja. Karena dengan belajar kantuknya bisa hilang dan ia bisa tidur seperti biasa.

"Oke waktunya belajar," ucap Kiara dan mulai membuka buku pelajarannya.

Keesokan harinya.

"Kesiangan lagi?" tanya Faldo yang sedang menyantap sarapannya. Ia melihat Kiara yang baru saja keluar kamar sembari menguap kecil.

"Iya," jawab Kiara lesu.

"Gue semalem keasikan belajar sampe nggak liat jam," lanjut Kiara menjelaskan alasan mengapa ia bangun kesiangan.

"Keasikan belajar?" tanya Faldo menelan ludah, Kiara menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan Faldo barusan.

"Baru kali ini gue denger ada orang keasikan belajar sampe lupa tidur," ucap Faldo dalam hati. Ia tersenyum miris, sepertinya kepribadian Kiara ini memang sedikit aneh.

Setelah Faldo menyelesaikan sarapannya, ia menunggu Kiara sembari memasangkan jepit rambut baru lagi di kepala Kiara. Kiara mengalihkan pandangannya menatap Faldo yang sudah selesai memasangkan jepit rambut tersebut.

"Lagi?" tanya Kiara, tanpa berkaca pun ia tau bahwa Faldo memasangkan jepit rambut.

"Iya biar jadi tanda kalau ini kepunyaan gue," jawab Faldo sambil menepuk kepala Kiara pelan.

"Ayo berangkat," lanjut Faldo dan berjalan duluan keluar rumah.

Hanya kata-kata sesederhana itu namun rasanya ada bagian dari diri Kiara yang tersentuh.

Kiara masih terdiam karena kata-kata Faldo barusan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyadarkan dirinya. Setelah itu ia pun berjalan menuju halte bis, ternyata Faldo masih menunggu bis di sana.

"Nggak cukup kah udah serumah bareng satu sekolah berangkat juga bareng," batin Kiara.

Sesampainya di sekolahan, Kiara langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Faldo di belakangnya.

"Kayaknya tadi gue sekilas ngeliat antek-anteknya Trisha di bis," lirih Kiara mengingat tadi di bis ia duduk bersama Faldo sudah pasti ia akan segera mendapatkan gangguan.

To be continued...