webnovel

Anyir

Hari itu aku bahagia sekali, setelah kelahiran anak pertamaku, baru kali itu aku bisa berlibur jauh dari rumah. Yah, kantor tempat suamiku bekerja mengadakan family gathering. Tentu saja senang nya bukan main, sudah lama kita tidak liburan.

Semenjak hamil hingga melahirkan kami di larang keluar, itu tradisi keluarga kami turun temurun.

Perjalanan ini membutuhkan waktu berjam jam, meskipun naik pesawat tubuh ini terasa begitu lelah , untung saja si kecil yang masih umur 3bulan tidak rewel bahkan tertidur begitu nyenyak.

Ketika pesawat mulai lepas landas, aku penasaran dengan tempat penginapan yang akan kita tuju nanti.

" Kita nanti nginep dimana ya pa ?" Tanya ku pada suami yang sedang memangku si kecil.

" Nanti kita lihat aja ya, ga jauh kok dari pantai Anyer" jawab suami sambil membenarkan posisi duduknya.

Aku mengangguk saja dan tersenyum, membayangkan pantai dengan deburan ombak , bermain air, pasir, sambil menikmati semilirnya angin.

Tak terasa dua jam berlalu, rombongan kami di jemput bis di bandara. Tawa suka ria pun pecah saat guide memandu perjalanan kami.

"Kita sudah sampai bapak ibu, sampai ketemu lagi saat jam makan malam" guide pun berpamitan untuk kembali ke penginapan.

" Pap, ehmmm.." sejenak aku takjub melihat hotel megah ini dari parkiran, hotel tempat dimana nantinya kami beristirahat untuk 3 hari ke depan. Bangunan tua yang megah, namun suram,sekilas aroma anyir yang menusuk hidungku.

"Apa ? Kenapa? Lihat apa? Bagus kan hotel nya ??" Tanya Suamiku dengan senyum bahagia, sepertinya dia nyaman menginap di sini.

"Ayo masuk" lanjutnya sambil menyeret koper yang berisikan perlengkapan liburan kita. Ku benarkan posisi tidur si kecil di gendonganku dan menyusul langkah suami menuju lobby hotel.

Ketika memasuki lobby , si kecil tak hentinya merengek, gelisah ,dan terbangun dari tidurnya.

"Mungkin si kecil lelah " ku hempaskan pantat di sofa lobby hotel, ku ambil dot dan susu formula di dalam tas bayinya, lalu ku berikan pada si kecil tapi dia menolak. Maklum perjalan kami dari Surabaya ke Anyer membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Ini kunci kamar kita ma, kita istirahat saja dulu , nanti malam acara kita cuma dinner dan besok baru kita jalan ke pantai" kata suamiku menyerahkan kunci kamar dan menjelaskan kegiatan yang akan kita lakukan bersama teman teman selama 3 hari ini di Anyer.

" Alhamdulillah " ucapku, setidaknya si kecil bisa istirahat lebih lama. Aku antusias sekali , karena hampir 1.5th aku tak pernah liburan karena kondisi hamil yang "teler" kalau kata orang tua jaman dulu.

Hal pertama yang aku lihat saat pintu kamar terbuka adalah kamar yang mewah dengan kasur double bed besar di dalam nya, balkon yang langsung menghadap ke pantai, tv berukuran 40 inc, sofa ,lemari, brankas.

Tak khayal ku turunkan si kecil ke tempat tidur dan aku pun ikut merebahkan tubuh di sampingnya.

"Aaahhh..." Desahku, Terasa nyaman saat punggung bertemu dengan kasur.

"Bagus kamar nya, mama suka?" Tanya suamiku sambil menutup pintu kamar, membuka tirai dan pintu yang terhubung pada balkon.

"Suka , luas sekali pa " jawab ku dengan mata yang masih menelusuri tiap sudut ruangan. Di balik rasa sukaku, ada sedikit rasa gelisah dalam hati.

Ruang ini begitu luas , begitu indah, hanya ada kita berdua dan bertiga dengan si kecil, namun entah mengapa ruangan ini terasa penuh sesak banyak orang.

Ku ambil koper yang masih tergeletak di depan pintu kamar, lalu kuletakkan pada lemari yang sudah di sediakan dan mengambil baju tidur untuk ganti. Aku memutuskan untuk beristirahat saja di kamar sore itu. Sebelum istirahat aku ingin sekali mandi.

"Aku mandi dulu ya pa, titip si kecil sebentar" pamitku seraya membawa tas perlengkapan mandi dan tersenyum pada si kecil yg bermain di atas tempat tidur , meski kamar ini ber AC tapi entah kenapa aku merasakan udara nya panas sekali. Si kecil yang dari awal masuk hotel sudah tidak nyaman, mendadak menangis saat aku tinggal masuk ke kamar mandi.

"Cup cup sayang, kenapa nangis mama cuma mandi sebentar saja." di angkatnya tubuh mungil itu oleh ayahnya, di peluk dan di cium. Si kecil pun tertidur lelap dalam pelukan ayahnya.

Di dalam kamar mandi aku terpesona, dengan mewahnya interior di dalamnya, bathtub besar, shower, westafel dengan cermin di atas nya , cermin itu menghadap ke closed langsung.

"Kamar mandi yang indah" gumamku sambil membenamkan tubuh ku ke dalam bathtub yang sebelumnya telah ku isi air hangat.

Ku pejam kan mata sejenak, menikmati hangat nya air yang menyembur dari atas shower. Sambil bersenandung lirih, ku basuh muka ku perlahan, air hangat ini seolah-olah mampu meluruhkan semua rasa lelahku dalam sekejap.

"Hemmmm.." sesaat aku mendengar ada suara orang sedang bergumam dari balik kaca penyekat antara bath up dan closed.

"Siapa ?" Sontak aku terkejut dan bangkit dari bath up, terduduk menunggu jawaban. Ku intip dari balik kaca penyekat , tak ada siapapun di sana. Kulanjutkan lagi mandinya, bersenandung lirih dg memejamkan mata kembali.

Namun suara itu hadir lagi.

"Hemmmm..." Suara itu begitu terasa dekat, bahkan seakan akan ada di depan wajahku. aku terbangun,turun dari bathup dan melangkah menuju westafel , aku edarkan pandangan di setiap sudut dalam kamar mandi, namun tak ada siapapun di kamar mandi ini selain aku yang masih basah kuyup dan hanya berselimut handuk yang ku pakai sekenanya.

"Ah mungkin salah dengar" batinku menenangkan diri. Ku ambil handuk satu lagi untuk mengeringkan rambut, sejenak aku berdiri di depan cermin, mengambil pasta gigi dan..

"Astaghfirullah.." jeritku melemparkan pasta gigi yg aku pegang.

Bagaimana aku tidak terkejut, sosok wanita berbaju putih sedang duduk di atas closed yang berhadapan dengan cermin tempat ku berdiri.

Meski aku melihat nya hanya dari pantulan cermin, tapi jelas dia seorang wanita. Dengan jantung yang masih berdegup kencang, aku beranikan menoleh ke belakang ke arah closed dan hasilnya nihil, tak ada siapapun di sana.

Rasa parnoku buyar saat ku dengar suara tangis histeris si kecil , ku tepiskan wujud wanita tadi yang berkutat dalam otak , aku pun berlari ke dalam kamar dengan tergesa-gesa.

"seperti nya si kecil haus" batinku.

"Lho pa, si adek tidur ?" Seakan-akan tak percaya, jelas-jelas aku mendengar sikecil berteriak menangis histeris tadi dari dalam kamar mandi, tapi kenapa sekarang di hadapan ku si kecil sedang tidur nyenyak dalam gendongan ayahnya.

"Sstt.. iya ma, dari tadi tidur di gendongan, gak mau di turunin. Buruan ganti baju gih, gantian papa mau mandi. Aku yang masih bingung tak langsung ganti baju, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Aku masih berfikir keras, jelas aku mendengar si kecil menangis dan tangis nya tak seperti biasanya, ini lebih kencang dan lebih histeris.

"Loh kok malah bengong sih mam?"

"Eh iya pa" Secepat mungkin aku berganti baju dan menggantikan posisi suami untuk menggendong si kecil.

"Tak habis pikir, apa karena aku kelelahan hingga berhalusinasi seperti itu."

Ku turunkan si kecil ke kasur dan ku berikan susu formulanya. Namun ketika tubuh si kecil mulai kurebahkan ke kasur, si kecil menggeliat dan merengek. Benar benar tak mau di turunkan dari gendongan,kalau kata orang tua ada yang godain sehingga rewel dan tak mau di tinggal sendiri.

Alhasil, ku angkat kembali dan ku sandarkan badanku pada kepala kasur sambil mendekap dan menyusuinya, hingga si kecil kembali tertidur.

Sore itu layar ponsel ku menunjukkan pukul 19.00.

Teman - teman sudah ramai di grup BBM

meminta kami agar turun untuk bergabung makan malam. Karena terburu-buru,kami meninggalkan hape di kamar.

"Ma.. hape papa mana?" Tanya suami saat kami keluar dari lift.

"Lho iya, di kamar pa. Mama ambil sebentar ya, nitip si kecil dulu." Ku berikan si kecil pada ayahnya dan bergegas kembali ke dalam lift.

Saat naik ke lantai atas, tak ada kejadian yang janggal. Semua baik baik saja, orang orang yang satu lift dengan ku pun biasa biasa saja, tersenyum, menyapa, mengajak ngobrol.

Saat tiba di kamar, ku buka kamar, aku sendirian namun seakan akan banyak mata yang memandangku begitu tajam hingga aku susah bernafas.

Kesunyian itu pecah ketika suara hape berdering kencang. ku cari cari dimana hape itu di letakkan sang empunya, suami ku memang pelupa, suka lupa menaruh barang-barang pribadinya.Tak jarang kami ribut hanya karena hal hal sepele seperti ini, terburu-buru, lupa,butuh, barang engga ada.

"nah.. di situ rupanya" hape nya tergeletak di bawah selimut. Lampu LEDnya berkedip kedip , ada beberapa telp yang masuk namun tak terangkat.

"Tok..tok.. tok.." saat aku sibuk mengecek isi ponselnya, ada suara ketukan dari pintu kaca balkon. Suaranya jelas dan jelas - jelas ini balkon lantai 15,

"siapa yang manjat balkon malam-malam begini?" Pertanyaan yang tak masuk akal melintas di kepalaku.

Tiba-tiba saja ada angin berhembus masuk ke dalam kamar dari arah pintu balkon,tirai nya pun berkembang,bergoyang goyang, aroma anyir pun tercium dan membuatku mual. Aku pun berjalan menuju pintu balkon, berniat untuk menutup pintunya.

Tapi saat ku buka membuka tirai nya, pintu kaca itu terkunci rapat. Jika di pikir secara logika, tak akan ada angin yang bisa masuk saat pintu terkunci rapat.

"Astaghfirullah" jeritku. "Lalu angin darimana bisa masuk ke dalam kamar?" Tiba-tiba bulu kudukku berdiri, udara semakin dingin dan senyap.

Aku berlari kecil menuju pintu keluar dan aku melihat banyak bayangan hitam menyerupai manusia yang tak beraturan melayang layang. Aku berlari keluar dan tak lupa mengunci pintu, dan terburu buru masuk ke dalam lift,saat di dalam lift ,aku kembali menata nafasku yang tersengal-sengal, aku baca kembali di grup Gathering lantai berapa tempat kami makan.

"Lantai 13" gumamku dan ku tekan tombol lift lantai 13. Masih sedikit parno, setelah mengalami kejadian di kamar tadi, anganku melayang layang ga jelas.

Lift berhenti di lantai 13, ku langkahkan kaki keluar pintu lift. Namun saat pintu lift terbuka yang kulihat hanyalah ruang gelap dan kosong. Banyak kain kain putih yang seakan akan menutupi kursi, meja dan lukisan lukisan yang tergantung di dinding ruangan.

"Lho, pada kemana semua orang-orang tadi?" Aku mulai panik, menoleh kanan dan kiri tak ada satu orang pun disana. Kosong, gelap, sepi ,senyap. Lalu aku memutuskan hendak turun ke lobby ,berharap receptionis memberi informasi letak Resto di hotel tersebut. Tapi ketika aku akan kembali memasuki pintu lift , ku lihat OB ( office boy) yang sibuk mengelap kaca di sudut ruangan tepat di belakang ku.

"Mas, maaf Restoran ada di lantai berapa ya?" Ku coba bertanya meski batinku menolak, aku ragu. Setelah yang aku alami ,yakin kah dia manusia? dia tidak menjawab. Aku mulai khawatir dengan kejanggalan pada pria di depanku. Dia tak menoleh bahkan terlampau sibuk hanya untuk mengelap kaca di depannya.

"Mas, maaf mengganggu" ucapku kembali. Dengan membuka kembali layar ponsel, berharap menemukan jawaban di grup Gathering tadi.

"Lantai 2 ." Jawabnya dengan nada suara yang dalam, ada tekanan kasar dan tegang di ucapannya saat menjawab pertanyaan ku.

"Oh ma.." aku di buat panik lagi saat OB yang ada dihadapan sudah tidak ada.

"Oh God, kemana perginya OB tadi?"

seakan hilang di telan bumi dalam sekejap. Secepat kilat aku masuk lift dan saking panik plus ketakutan ,aku menekan berkali kali tombol angka 2 nya.

Di dalam lift aku terus saja beristighfar, membaca ayat ayat Alquran yang aku hafal. Dan sampailah di lantai 2.

" Ya Allah ma, kemana saja lama banget ambil hape gitu hampir sejam ?" Ku abaikan pertanyaan yang di lontarkan suami ku, aku nyelonong saja menuju meja prasmanan dan ku teguk habis segelas air putih penuh.

"Pa.. aku nyasar ke lantai 13" jawab ku yang masih ngos-ngosan,ketakutan dan pucat.

"Ngarang kamu, mana ada lantai 13 di hotel ini ?" Dia tak percaya , seakan akan aku mengarang cerita, tapi sungguh lantai 13 itu ada dan aku benar-benar menekan tombol 13 di lift tadi.