webnovel

Chapter 2 - Api Yang Membara

Setelah kemenangan pertamanya di arena bawah tanah, Haruto merasakan semangat yang berkobar di dalam dirinya. Dia pulang dengan langkah mantap, berusaha untuk tidak membiarkan perasaan euforia mereda. Meskipun rasa sakit masih menghampiri tubuhnya akibat pertarungan, dia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan yang lebih panjang.

Di rumah, suasana terasa mencekam. Kaito, ayahnya, duduk di ruang tamu dengan wajah muram, menatap layar televisi yang menyiarkan berita tentang arena petarungan. Haruto tahu bahwa ayahnya pasti mendengar tentang pertarungannya. Dia berusaha untuk tidak menunjukkan kegembiraannya dan mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara.

"Aku menang," katanya dengan suara tenang, mencoba untuk mengekspresikan kebanggaannya.

Kaito memandangnya, tetapi tidak ada ekspresi bangga di wajahnya. "Itu baru satu pertarungan, Haruto. Jangan terlalu senang. Petarung sejati tidak hanya mengandalkan keberuntungan."

Rasa sakit dan kekecewaan muncul di dada Haruto. "Tapi aku bisa menjadi lebih kuat! Aku bisa mengalahkanmu, Ayah!" Dia tidak bisa menahan diri untuk berbicara terus terang.

Kaito mendengus, menatap Haruto dengan tatapan tajam. "Mengalahkanku? Kau masih jauh dari itu. Kekuatan bukan hanya tentang otot. Itu adalah kombinasi dari pikiran dan jiwa." Suara ayahnya terasa berat, seolah-olah mengingatkan Haruto pada semua pelatihan yang harus dilalui.

Haruto tahu bahwa dia harus membuktikan kemampuannya, bukan hanya kepada Kaito, tetapi juga kepada dirinya sendiri. Dia kembali ke gym, menghabiskan waktu berjam-jam berlatih teknik dan kekuatan. Setiap hari, dia menyuntikkan steroid, berharap perubahan fisik yang dramatis dapat membantunya mencapai tujuannya lebih cepat.

Di gym, dia bertemu dengan Kenji, yang selalu memantau kemajuan Haruto. "Kau terlihat lebih kuat," kata Kenji, mengamati perkembangan ototnya. "Tapi kau harus ingat, steroid bisa merusak kesehatanmu. Kekuatan sejati tidak hanya datang dari fisik."

"Tapi aku tidak punya pilihan! Aku harus menjadi lebih kuat!" Haruto menjawab, nada suaranya penuh semangat.

Kenji mengangguk, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Ada banyak cara untuk menjadi kuat, Haruto. Pelajari teknik bertarung yang lebih efektif. Jangan hanya mengandalkan kekuatan fisik."

Setelah berhari-hari berlatih, Haruto mendapatkan tawaran untuk bertarung lagi. Kali ini, lawannya adalah Hikari, seorang petarung wanita yang terkenal dengan kecepatan dan tekniknya. Meskipun dia tidak sekuat Riku, Hikari memiliki keterampilan luar biasa yang membuatnya sulit ditaklukkan.

Hari pertarungan tiba, dan Haruto merasakan ketegangan di udara. Saat dia berdiri di ring, sorakan penonton menggema di telinga. Meskipun dia tampak tenang, di dalam hatinya, keraguan dan ketakutan berbaur dengan semangat juangnya. Apakah dia cukup kuat untuk menghadapi Hikari?

Ketika bel berbunyi, Haruto melangkah maju dengan tekad yang membara. Hikari menyerang dengan cepat, melancarkan serangan bertubi-tubi. Haruto berusaha menghindar, tetapi kecepatannya masih belum sebanding. Dia merasakan tekanan yang semakin berat di bahunya.

"Ayo, Haruto! Kau bisa!" teriak Kenji dari pinggir ring, suaranya mengalirkan semangat.

Menggigit bibirnya, Haruto mengingat semua pelatihan yang telah dia jalani. Dia harus menggunakan otaknya, bukan hanya ototnya. Dalam satu momen, dia mengamati gerakan Hikari, mencoba menemukan celah. Ketika Hikari berusaha melancarkan serangan kembali, Haruto mengalihkan serangannya dan meluncurkan serangan balasan dengan kecepatan yang tak terduga.

Serangan itu berhasil, membuat Hikari terjatuh. Sorakan penonton menggema, dan Haruto merasakan dorongan energi. Dia tahu bahwa kekuatan bukan hanya tentang berapa banyak yang bisa dia angkat, tetapi juga tentang seberapa pintar dia beradaptasi dan bertahan.

Namun, saat pertarungan berlanjut, Haruto menyadari bahwa dia masih memiliki jalan panjang untuk ditempuh. Dia harus terus berlatih, terus memperbaiki dirinya, dan mengatasi bayang-bayang Kaito yang selalu menghantuinya. Dengan tekad yang semakin kuat, Haruto berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berjuang, tidak hanya untuk mengalahkan ayahnya, tetapi juga untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya.

Dan di dalam hatinya, dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.