webnovel

Tak Mampu Menahan

Semua pandangan terarah pada Angel yang sangat gugup ketika mendapat pertanyaan perihal SMA pilihannya. Dahinya sudah cukup basah akan keringat yang terus-menerus keluar. Ketiga temannya itu masih memasang rasa ingin tahu mereka tentang sekolah pilihan Angel. Sudah beberapa menit lalu Angel diberikan pertanyaan itu, yang mana hingga detik ini dirinya belum menjawab pertanyaan yang sama sekali tidak ingin dia jawab. Bahkan, jika dia bisa mengganti SMA, sudah sejak awal Angel akan memilih SMA lain. Gadis itu juga tidak perlu gugup seperti ini hanya untuk menjawab pertanyaan.

"Aku akan membuat kejutan pada kalian," jawab Angel pada akhirnya.

Terdengar suara helaan nafas kekecewaan yang berasal dari tiga teman Angel. Mereka itu sudah siap untuk mendengar SMA yang menjadi pilihan gadis itu. Sayangnya, Angel malah bertingkah misterius.

Sedangkan gadis itu sendiri, sudah cukup merasakan kelegaan dalam hatinya. Dia masih belum tahu kapan harus menceritakannya. Mereka semua juga sudah mengerti jika Edwin telah selesai mengurus pendaftaran sekolahnya—seperti yang dikatakan oleh ibunya beberapa waktu lalu. Dan secara tiba-tiba, Angel mendaftar di sekolah yang sama dengan laki-laki itu.

Kini Angel hanya memperhatikan teman-temannya yang telah asyik dengan makanan mereka. Pun akhirnya dia turut bergabung dengan kegiatan sore ini. Perbincangan mereka juga tidak jauh-jauh dari sekolah. Sedangkan Angel hanya diam dan mendengarkannya. Alih-alih menghindari percakapan mereka, Angel justru tak sengaja melontarkan kalimatnya ketika Della membahas tentang seragam sekolahnya—yang mana Angel juga mengerti.

"Ternyata seragam identitas SMA-ku ini sangatlah menarik perhatian," kata Della.

"Kau benar, aku pun tertarik pada SMA itu karena seragam identitas mereka," sela Angel dengan nada suara yang cepat serta jari yang dia jentikkan.

Kontan semua teman-temannya mengarah ke arahnya, termasuk Della. Para gadis itu memasang tatapan penuh kebingungan ketika Angel menyelesaikan kalimatnya. Della yang akan memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya saja sampai tertunda, perhatiannya langsung tertuju pada Angel. Tangannya kembali meletakkan kentangnya ke atas piring, kedua alisnya tertekuk dengan bibir yang sedikit terbuka. Sedangkan Angel hanya mampu mengulum bibirnya, maniknya menatap satu persatu temannya yang perlahan mengubah raut wajah mereka.

"Jadi, kau mendaftar di SMA yang sama dengan Della dan Edwin?" tanya Feli dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Aku juga tidak tahu jika SMA itu sekolah yang sama dengan mereka," jawab Angel dengan suara paraunya. Jujur, Angel sedikit malu ketika mengakuinya.

"Akhirnya, aku memiliki teman yang kukenal di SMA," seru Della dengan kedua tangan yang terangkat ke atas bersamaan. Pun gadis itu berdiri, berjalan menghampiri Angel dan memeluknya erat. "Aku pikir, aku akan sendirian di sana. Terima kasih, Angel," tambahnya.

Kini berganti Angel yang kebingungan dengan reaksi Della. Dirinya tak menyangka jika temannya yang satu ini justru senang dan tidak memasang raut wajah yang menegangkan seperti teman-temannya yang lain. Angel hanya tertawa kikuk di atas kebahagiaan Della. Bisa dikatakan jika Angel sedikit lebih lega ketika Della merasa senang bisa kembali satu sekolah bersamanya.

"Setiap hari kau akan melihat mereka bertengkar, Dell," kata Kalula.

"Tidak apa-apa, aku akan sering-sering bersama Angel. Jika mereka sedang bertengkar, maka semakin sering aku akan melihat Edwin," balas Della.

"Aku mana mau bertemu dengannya," Angel turut bersuara disertai dengan gelengan tidak suka.

"Memangnya kau sudah yakin jika kalian akan berada di jurusan yang berbeda?" tanya Kalula.

Baik Angel dan Della, keduanya sama-sama terdiam. Mereka juga belum mengetahui jurusan yang dipilih masing-masing. Bahkan, setelah Angel dan Della saling memberitahu jurusan yang mereka pilih, keduanya berada di jurusan yang berbeda. Itu berarti, Edwin kemungkinan akan memiliki jurusan yang sama antara dua gadis itu. Di SMA itu hanya ada dua jurusan, IPA dan IPS. Salah satu dari keduanya juga mustahil menanyakannya pada Edwin. Satu-satunya cara yang bisa mereka ketahui adalah saat MPLS berlangsung.

"Kalau begitu, kalian persiapkan diri saja. Siapa diantara kalian yang akan memiliki jurusan yang sama dengan Edwin," Feli menambahkan.

Pesta itu berakhir saat hari menjelang petang. Tiga gadis yang datang ke rumah Angel segera membawa daksa mereka meninggalkan rumah teman mereka. Angel harus membersihkan semua kotoran sisa bungkus makanan dan remahan kegiatan tadi. Membersihkan semua sisanya, pikiran gadis itu melayang ke beberapa jam lalu, ketika mereka membahas tentang sekolah. Entah kenapa, Angel sedikit khawatir jika laki-laki yang menjadi musuhnya itu bisa berada di jurusan yang sama. Mungkin belum tentu di jurusan yang sama maupun kelas yang sama, tapi Angel tak mau lagi dicap sebagai peniru oleh laki-laki itu. Selama ini, langkah Edwin selalu berada di depannya, dia tak mau lagi berada di jalan yang sama dengan laki-laki itu.

Angel membawa keluar kantong plastik besar yang berisikan semua sampah, berjalan beberapa meter dari rumah untuk meletakkan sampah itu pada tempat sampah yang berukuran lebih besar milik warga perumahan ini. Di dalam tempat sampah, dia melihat ada bungkus cokelat dari toko Edwin dan cup milik coffee shop ayahnya. Tangannya sampai terdiam, ketika melihat kedua bungkus itu saling berdekatan. Namun, tak lama setelahnya, Angel mencari kayu untuk menjauhkan dua bungkus itu. Apapun yang dia lakukan selalu saja ada Edwin—walau itu hanya bungkus cokelat dari toko laki-laki itu.

Langkahnya kembali membawanya ke rumah, kini tugasnya harus mencuci semua peralatan makan yang tadi digunakan. Tangannya hanya bergerak memegang spon penuh busa sabun dengan tangan satunya yang memegang piring basah. Angel telaten mengerjakan pekerjaannya itu. Setelah menyelesaikan pekerjaannya ini, Angel ingin masuk ke kamar kedua orang tuanya, ingin bermain dengan sang adik.

Gadis itu membawa permen ketika memasuki kamar orang tuanya. Bukan untuk adiknya, melainkan untuk dirinya sendiri. Sejak tadi, dia hanya memakan makanan asin, tubuhnya menginginkan asupan gula. Dia baru saja memasukkannya ke dalam mulut sebelum pijakannya menginjak lantai kamar ayah dan ibunya. Di sana sudah tampak sang ibu yang sedang mengenakan kaos kaki kecil untuk adiknya.

"Teman-temanmu sudah pulang?" tanya sang ibu tanpa melihat ke arahnya.

Angel sedikit terkejut saat sang ibu menyadari keberadaannya. "Mama mengerti saja jika aku di sini," ucap gadis itu bersamaan dengan meletakkan dirinya di atas ranjang, tepat di sebelah sang adik. "Mereka sudah pulang," katanya lagi guna menjawab pertanyaan sang ibu.

"Mereka akan mendaftar di mana?" tanya sang ibu.

"Kami semua beda-beda, kecuali aku dan Della," jawab Angel.

Bersamaan sang adik yang akan diberikan susu, ibunya menoleh ke arah Angel sebelum menimpali jawaban putrinya itu. "Kalau Della, Mama sudah tahu. Dia memang ingin satu sekolah dengan Edwin,"

"Aku tidak menginginkannya, tapi mendapat sekolah yang sama dengannya," balas Angel.

"Kamu sendiri yang memilih sekolahnya,"