webnovel

LATHI (LIDAH)

(Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi) "Kamu tidak bisa berlari meninggalkan sebuah kesalahan, harga diri seseorang terletak pada lidahnya."

Januar_EL_Capirco · Horror
Zu wenig Bewertungen
327 Chs

Menemukanmu 3

Hembus angin menusuk keras ke seluruh tubuh, usaha demi usaha untuk mencari tambahan suasana gelap Randu yang ditinggalkan ke luar kota sangatlah berharap kepulangan orang tuanya cukup lama.

Dengan dibekali sayur, camilan dan beberapa minuman di lemari dingin itu membuatnya merasakan jenuh, dengan sedikit waktu tentunya seketika itu habis.

"Ada baiknya order online aja, siapa tahu juga dapat cewek cantik lagi. Siapa tahu ya, ha ha ha...."

Tanpa pikir panjang diraihnya ponsel di atas meja sembari menonton sebuah tayangan dewasa, dia yang memesan akhirnya menyiapkan segala yang ada.

Ketika hendak meringkas barang di meja tiba saja lampu di atas tempat tidurnya mati hidup dalam cukup lama, goyangan yang tak terkendali langsung membuatnya mati seketika.

Ponsel yang dinyalakan untuk senter itupun juga sama, dia yang mencoba mencari alat penerangan tak kunjung menemukan juga. Randu yang berjalan ke kamar mandi merasakan cukup begitu gerah.

"Pesenan belum datang juga, lebih baik aku mandi saja."

Randu yang baru kali ini melepaskan cincin merah delimanya itu khawatir apabila dalam kondisi gelap jatuh dan menghilang, dia yang menikmati air di bak tak sedikitpun merasa kedinginan.

Dalam gerakan orang berjalan perlahan tak sedikitpun terdengar, dia yang tiba-tiba saja tenggelam di bak mandi itupun tidak kuat berteriak kencang. Usahanya untuk melawan sia-sia dan akhirnya pingsan.

Kondisi pingsan yang sangat lama itu sebuah bayangan hitam mencoba masuk dalam celah kamar mandi dan dicoba memberikan sebuah sensasi dewasa, desahan sangat kuat itu membuat sosok laki-laki itu merasuk ke dalam tubuh Randu.

"Kamu? Aku tak menyangka jika itu kamu, sisakan darah untukku. Tinggalkan nomermu di atas mejaku."

Bayangan hitam itupun mengikuti arahan dalam penjelmaan masuk ke diri Randu, tak lama setelahnya pergi begitu saja dan dia meninggalkan alat kontrasepsi miliknya yang menjadi isyarat.

Lampu yang tiba-tiba mati hidup kembali membuatnya tersadar dan pergi meninggalkan Randu, tak selang setelahnya siuman dengan linglung.

Randu yang sadar langsung menghentikan jalurnya untuk mandi, seketika cairan putih itu menciprat ke dinding membuatnya berpikir berulang-ulang dan lampu menyala.

"Gila, masak aku mandi bisa lakuin itu. Aneh, tapi btw di meja udah ada pesananku. Terus ini nomer siapa? Lia, bentar... Jangan-jangan mbak-mbaknya yang anter tadi sama aku begituan. Mantap."

Cincin merah delima itu seakan memberikan sebuah isyarat untuk memakai kembali dengan memancarkan cahaya, Randu yang sambil mengecas ponsel untuk mencoba menghubungi Lia akhirnya terhubung.

Perkenalan lewat ponsel itu disusul dengan makan makanan yang Randu pesan, dia yang sangatlah bersemangat hingga ludes.

Randu: Ya sudah, nanti kalau udah selesai kerjaannya. Aku bakalan jemput, deketkan?

Lia: Iya, bang. Jangan lama-lama ya.

Randu: Pasti

Lia: Jangan lupa pakai yang dekat ponselmu tadi

Randu: Sip

Semua yang telah dipersiapkan sejak awal dan Randu bersiap diri untuk menjemput mengenakan mobil kesayangan papanya itu, Papa Dandi yang memiliki beberapa kendaraan maupun pakaian-pakaian mewah sangatlah cocok maupun pas juga untuk anaknya.

Dengan semangat menjalar seketika itu tak lupa ia menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhnya, Randu yang hanya berbekal nekad itupun berangkat.

Sebelum dirinya tiba di tempat tujuan mencoba membelikan beberapa minuman maupun pakaian ganti untuk Lia, bahkan beberapa kantong plastik kecil beserta daging mentah untuk camilannya.

Seusainya dia menanti di bawah pohon sembari memainkan cincin merah delimanya itu, tak cuma sekali atau dua kali Randu telah memancarkan sebuah kewibawaan sekaligus ketampanan tak kalah menarik dengan pria manapun.

Kaca mobil yang sengaja dibuka lebar ditambah baju kancing terbuka beberapa, kacamata hitam terpakai dengan kaki saling menyila membuat perempuan tua maupun muda dan seusianya itupun terpikat.

Cewek satu: Ganteng, boleh dong minta nomernya.

Cewek dua, tiga: Aku juga

Cewek empat: Jadi pacarnya juga boleh

Cewek lima: Demenan juga boleh

Randu: Kalian semua hanyalah penikmat saja, ku tak percaya kesetiaan muncul pada manusia pendosa dari lahir seperti kalian. Ini nomerku.

Randu yang menyebarkan nomer di kertasnya kecil-kecil dibuatnya beberapa waktu ketika masih di rumah menjadi rebutan tersendiri, dan tak lama berselang setelahnya sebuah ciuman mendarat berulang-ulang ke pipi, kening maupun bibirnya.

"Sekarang kalian pergilah, sekarang berapapun uang dalam diri kalian keluarkan dan berikan tanpa sedikit sisa."

Tidak perlu waktu yang cukup lama, semua yang ada dalam kantong maupun tas dan dompet para wanita-wanita itu seketika termasuk perihiasan maupun aksesoris termahal sekalipun. Dengan bergegas dan cekatan Randu menggibas semua.

Dengan durasi cukup lama ia meminta para wanita di depannya itu pulang dan dituruti begitu saja, Randu yang menunggu Lia akhirnya keluar menemuinya. Tanpa lama ritual menjilat cincin merah delima.

"Sekarang mau ke mana?"

"Ke pelaminan." Canda Lia sambil membuka pintu mobil.

"Ya sudah, pakai itu sabuk pengamannya. Nanti kalau ada apa-apa gimana?

"Pengaman hati Lia, gimana?"

"Tenang, bakal dijagain kok. Malah dua puluh empat jam non stop."

"Bisa aja. Yuk berangkat."

Mobil yang melaju cukup pelan itupun mereka bersempat canda dan tawa, Randu yang membelikan baju ganti itupun juga datang ke kost yang sama bersama Putri.

Mereka berdua yang menemukan senang-senang di ranjang itupun meminta Lia untuk lekas ganti, sementara itu Randu yang mengambil minum di mobil dituangnya sekaligus dengan celupan cincin sebanyak dua kali.

Tak lama berselang barulah Randu menyusul ke kamar mandi untuk juga berganti busana terbuka, dia yang mematikan lampu langsung menarik Lia ke ranjang.

"Ah... Geli, ke atas sedikitlah."

"Ini aku bikinkan minuman soda, nikmat banget. Ya buat have fun kita, ayo. c

Lia yang menuruti akan kemauan itupun meneguk habis, tiba-tiba saja cincin merah delima itu menyala terang dan lampu kembali mati menyala. Randu yang dirasuki lagi itupun membawanya masuk ke dalam mobil.

Mobil dengan kecepatan diatas rata-rata itupun menembus rambu-rambu lalu lintas, suasana sepi di jalan raya tentunya mempermudah rencananya juga.

Tak cukup lama Randu membawa ke gudang tua yang keberadaannya belum juga terendus, mereka berdua yang melakukan kegiatan dewasa sangatlah menegangkan. Orang-orang yang melakukan ronda keliling membuatnya dengan segera menyulap mobil tersebut untuk menghilang.

Dengan perasaan masih was-was itu tentunya ia mengambil sebuah kesempatan yang tak terduga, selesai menikmati Lia dirinya memanggil para laki-laki peronda dengan ajiannya itu.

"Sekarang ini adalah waktunya."

Tanpa waktu yang cukup lama dirinya telah melucuti busana para lelaki peronda yang dipanggilnya itu, dengan sigap tanpa ada barang tertinggal Randu langsung meninggalkan tempat tersebut dengan tergesa-gesa bertemulah laki-laki tua.

"Lakumu kuwi cilaka, tobat... tobat."

Randu yang ketakutan itupun langsung berlari terbirit-birit mengembalikan mobil yang disulapnya, mobil dengan kelajuan lebih dari rata-rata telah terhenti seketika di sebuah rumah tua.

Randu yang mencoba melepaskan mobil itupun membakar plat kendaraan yang dibuatnya untuk melakukan tindakan kriminal maupun keluar bersama para wanita, laki-laki tua itu kembali menghadap tepat di depan matanya.

Dia yang selalu membuntuti Randu akhirnya terhenti ketika ajian penjilatan cincin merah delima itu pun terjadi, laki-laki tua itu yang tiba-tiba menghilang juga menghempaskan caping di dekatnya.

Randu yang tiba-tiba pingsan seketika itu akhirnya tak lama langsung tersadar membuatnya kebingungan, dia yang kembali ke mobil akhirnya bergegas meninggalkan rumah tua.