webnovel

Semangkin asing

Sebenarnya serba salah bagi Bara saat ia keluar dari rumah Zean, apa lagi saat ini ia belum mendapatkan kos kosan, semua kos kosan telah penuh. Mau tidak mau Bara harus bertahan untuk sementara waktu di rumah Zean.

"Aghh," ia menendang udara frustasi.

"Aku benci situasi palsu seperti ini."

Bara pergi ke kamar mandi, saat di ruang tengah ia menyaksikan langsung Zean, dan Devan yang sedang menonton film.

"Ckkk, sialan!" dalam hati Bara.

Tingg... tingg...

Sebuah pesan masuk dari Angga ia memgirimkan foto tenda kemah yang baru ia beli kemarin sori.

Bara: "Apa kau baru membelinya?"

Angga: "Ia, aku baru membeli kemarin sore, harganya juga murah. Aku membeli online."

Bara: "Itu sangat bagus, kemana kau akan memakainya?"

Angga: "Entahlah, aku juga tidak tau entah mau kemana, tapi aku rasa. Mau melakukan hal baru."

Bara: "Maksutnya?"

Angga: "Kita berkemah, di belakang rumahku."

Bara: "Ide bagus, aku nanti akan ke rumahmu, akh masih di kamar mandi saat ini."

Angga: "Oke, kalau begitu."

Bara cepat cepat menyelesaikan urusan nya di kamar mandi, setelah siap ia langsung keluar, berlari ke kamarnya, langkah Bara terlihat oleh Zean, namun Zean pun tak mengubris Bara.

Bara pun sampai di kamar nya ia mengambil tas memasukkan baju sekolah, dan buku buku pelajaran besok.

"Oke sudah siap," Bara keluar mengunci pintu.

Bara menelepon Angga dari tangga.

Namun pada saat menelepon Angga, bara menghalangi mulutnya pakai tangan entah kenapa tetapi ia tetap pergi ke rumah temannya itu.

Bara berlari turun dari tangga ia langsung keluar tanpa berpamitan dengan Zean, Zean melihat Bara kembali beralih pandangannya buat menonton.

Pov: Angga, Bara.

"Ehh kau sudah datang ternyata, kenapa tidak memberi tahu agar aku bisa menjemputmu tadi."

"Tidak perlu itu akan membuatmu capek, aku tidak mau kau capek Angga," cetus Bara masuk ke dalam kosan Bara. Kosan itu seakan serasa sudah akrab dengannya.

"Bara kau mau tinggal, atau ikut denganku," ujar Angga mengambil kunci motor yang tergangtung.

"Mau kemana?" tanya Bara yang baru saja meletakkan badannya.

"Aku ingin membeli beberapa cemilan jangung, atau ayam buat kita bakar nanti malam."

"Aku lebih suka ayam bakar, dan nasi bubur emm," Bara menutup mata memikirkan betap enaknya itu.

"Ya sudah aku akan membelikannya," ucap Angga.

"Aku ikut ya denganmu."

"Boleh."

"Kita membeli bubur instan saja ya, biar simpel, aku juga ingin membeli mie, dan ciki"

"Angga kau suka ciki juga ya."

Angga mengangguk.

Dari belakang tangan Bara ragu ragu untuk memeluk pinggang Angga, akhirnya pelan pelan tangan itu sukses memeluk Angga tanpa canggung.

"Serius!"

"Kenapa ngga?"

"Kau memelukku?"

"Ia ngga."

Angga tersenyum, sebelah tangannya berusaha ingin menyapu ke pala Bara dari depan.

"Aku merasa tidak terlalu canggung denganmu lagi."

"Sukurlah, kau bisa terbuka denganku, kau bisa menceritakan masalahmu."

Bara megangguk meng ia kan apa yang Angga bilang.

Sikap Angga membuatku rindu pelukan Zean, namun semangkin lama kami semangkin asing, aku hanya menunmoang di runah Zean, setelah aku menemukan kosan baru akan aku pastikan aku bakalan keluar dari rumah itu. Bagaimana pun aku tetap mencintai Zean, tetapi aku tidak ingin bersamanya lagi.

"Bagaimanadi kosanmu?" pertanyaan Zean riba tiba terlontar begitu saja.

"Aku ingin lindah, bapak kos itu menyebalkan."

"Kau mau pindah kemana?"

"Entahlah aku pun belum tau harus kemana, kalau sudah menemukan kosan yang layan, aku akan pindah segera."

"Kalau begitu bagaimana kalau aku membantumu mencarikan kosan, ibu kos ku banyak yang tau di mana kosan, kemungkinan kita bisa bertanya padanya nanti."

"Kalau begitu bagus dong, kita tidak harus terlalu repot."

"Kapan kau akan mau pindah? Jika sudah menemukan?"

"Kemungkinan akan seceoatnya."

Sejujurnya aku tidak mau, bukan karena biayanya, karena aku tidak akan bisa bertemu Zean lagi.

***

Kedua nya telah selesai belanja mereka berdua menurunkan belanjaan, dan pergi ke rumah ibu kos Angga.

"Permisi ibu Mitha," ucap Angga.

"Ehhh Angga ayo silahkan masuk."

Bara, dan Angga masuk ke dalam, mereka duduk bersebelahan.

"Tumben tumbenan kemari ada keperluan apa ya?"

"Begini buk, saya, dan teman saya Bara. Saya ingin menanyakan buk apakah masih ada kamar kosong buat Bara, kebetulan ia mencari rumah kos.

Mitha melihat Bara, merasa di lihati Bara tersenyum.

"Gimana ya, soalnya semua rumah, dan kamar sudah penuh. Tapi tenang nanti ibu bantu tanyakan ke teman ibu, nanti malam ibu kabari."

"Oke buk."

Mereka berduaberpamitan pulang ke rumah Angga.

***

Tenda yang di buat Angga telah selesai mereka berdua tertawa bahagia, selesai ke duanya makan Bara duduk di samping Angga yang berada di deoan tenda.

Ia melirik Bara dari samping.

"Ada apa denganmu? Aku lihat lihat sepertinya ada yang mengganjal padamu," cetus Angga.

"Tidak ada," ujar Bara menyapu wajahnya dengan ke dua tangan."

"Oh ia di bilang ibu Mitha tadi ia sudah menemukan rumah kosan nya, katanya tidak jauh dari sini, dia juga sudah memberikan alamatnya. Jadi bagaimana?"

Bara menarik nafas sebelum menjawab. "Baiklah kalau begitu temanin aku besok melihatnya ya."

Angga mengangguk.

Bara meletakkan tubuhnya di samping Angga yang duduk ke mudian, ia berkata.

"Apakah kau sudah punya pacar?" pertanyaan Bara spontan membuat Angga diam beberapa saat, Angga melihat mata Bara.

"Kenapa?"

"Aku tidak punya pacar," jelasnya kembali memandang lurua ke depan.

"Angga bagaimana jika ada seseorang yang mencintai sesama jenisnya?"

"Maksutmu Gay, atau Lesbi?"

"Ia, bagaimana?"

"Aku rasa tidak masalah."

"Kenapa Ngga?"

"Huff, entahlah aku juga termaksut mencintai sesama jenis," jelas Angga.

"Apa kau Gay?"

Angga mengangguk.

"Kau serius?"

"Ia, aku sebenarnya mencintaimu, tetapi aku mengetahui kau lurus. Jadi aku hanya mencintai, tidak memilikimu tidak masalah."

"Kau bercandakan?"

"Aku benar benar serius, aku tau aku tidak bisa memilikimu, tapi bukan berarti aku tidak bisa memberimu perhatian lebihkan setidaknya itu."

"Angga kalau kau jadi lelaki normal, apa kah kau akan menghakimi orang yang Gay, atau lesbi?"

"Mungkin tidak, setiap orang berhak jatuh cinta, aku rasa tidak ada yang salah pada cintanya orang yang Gay, lebian, Bisexsual, mereka semua menemukan cintanya hanya berbeda. Lantas mengapa aku harus menghakiminya sendiri."

"Bara kamu tidak bisa membohongi perasaanmu sendiri, kalau kau semata hanya mencinta sesama jenis, lalu karena keter paksaan atau suruhan kau mencintai lawan jenis. Cintamu itu hanya palsu, sama saja kau membohongi perasaanmukan, jadi tidak ada yang salah pada orang yang mencintai sesama jenisnya," jelas Angga yang membuat Bara terdiam.

"Angga. Kalau kau mengetahui aku lurus mengapa kau masih mencintaiku?"

"Entahlah, aku juga tidak tau mengapa aku mencintaimu, yang jelas sekarang mari kita tidur," Angga tersenyum, mereka memasuki tenda.