webnovel

Pesan

Saat pelajaran di kelas akan dimulai tiba tiba Zean mendapatkan pesan dari pengwal keluarga yang ia percayai.

Zean mendapat pesan bahwa dedynya akan segera pulang dari Amerika.

"Bisakah aku minta tolong lagi kepadamu," mengirim pesan.

"Baiklah tuan dengan senang hati, apa yang bisa saya bantu."

"Saya membutuhkan beberapa uang, dan bisakah kau mengirimkan kodenya dari dady?"

"Kalau begitu tuan, saya akan mendapatkannya nanti."

"Baiklah, aku mau belajar lagi, kerjakan perintahku dengan baik ya, aku mempercayaimu."

"Siap tuan, semangat belajarnua."

"Hufff," Zean menyimpan hp nya kembali. Setelah itu barulah ia kembali fokus belajar, meski pun rasa malas itu selalu ada di dirinya.

***

Bara pov:

"Kenapa kau seperti kelihatan gelisah begitu?"

"Gimana ya, ckk tidak apa apa kok, aku hanya kurang enak badan," jawab Bara berbohong, ia terpaksa melakukannya karena ia tak ingin Angga mengetahui apa pun.

"Bara kau mau aku bawa ke uks?"

"Tidak perlu kok, aku juga tidak terlalu sakit, udah kita fokus saja belajarnya."

"Tapi kau sendiri yang membilang kau tidak enak badan, aku takut kau semangkin parah sakitnya. Ya aku bawa kamu ke uks saja."

"Tidak perlu, tenang saja Angga aku tidak akan kenapa napa, ohh ia," Bara teringat sesuatu, ia mencari cari di dalam tas nya.

"Kau mencari apa?"

"Stabiloku," ujar Bara yang membongkari satu persatu isi tasnya.

Namun ia tidak melihat benda itu entah dimana.

"Apa aku lupa membawanya," ujar Bara berhenti beberapa detik, kemudian ia kembali mencari cari lagi.

"Kau mesti lupa, sudahlah kalau begitu pakai punyaku saja," Angga memberikan stabilonya ke pada Bara.

"Terimakasih ya Angga."

***

Pov: keluarga Zean.

"Hey, bagaimana Zean disana? Semua informasinya belum aku ke tahui," ujar seseorang peria yang duduk di bangku, mengarah ke jendela.

"Tuan besar, kami berhasil mendapatkan informasi sebagian tentanh tuan Zean."

"Serahkan kepadaku informasinya," orang itu masih duduk santai di kursinya, ia sama sekali tidak mau menunjukkan wajahnya.

"Ini tuan besar," menghadap memberikan ipad.

"Kerja bagus," ujarnya kemudian diam, ia sangat fokus membaca info info tentang Zean.

"Tunggu dulu, siapa orang yang bersama Zean saat ini?"

"Menurut data, ia adalah pacarnya Zean, informasi yang ada ia sudah lama mulai tinggal dengan tuan Zean."

"Itu berarti, saat kalian datang ke sana orang itu berada di rumah Zean?"

"Benar sekali tuan besar."

"Apa dia mengetahui identitas kalian? Atau lainnya?"

"Sepertinya tidak, tuan Zean menyuruhnya pergi buat sementara, jadi hanya ada kami di situ."

"Aku kurang puas dengan informasi ini, aku harus mendapatkannya lagi. Siapa di antara kalian yang ingin turun tangan?" Ujarnya mengembalikan Ipad itu.

Mereka semua terdiam beberapa saat, tak lama setelah itu. Tanpa mereka sadari pengawal kepercayaan Zean sedari tadi menguping pembicaraan bos besar, dan pesuruhnya.

"Gawat," ujarnya dalam hati.

"Tuan kalau begitu biar saya saja," dengan sukarela Kim- dan mengagkat tangannya.

"Kau ku percayai buat mencari tau tentang Zean, aku akan memberikanmu waktu, sebelum itu istirahatlah, dan atur strategimu," jelas tuan besar mereka.

"Baik kalau begitu tuan."

Melihat para pengawal yang sudah membubarkan diri, Suho yang menguping jiga ikut meninggalakn tempat itu buru buru.

***

Zean, Bara

"Tunggu dulu," Zean mengarahkan pipi Bara ke arah wajahnya.

"Ada apa Zean?"

"Mengapa wajah manis itu terlihat sedih? Apa yang mumbuatmu sedih seperti itu?"

"Aku hanya tidak bisa menerima kalau kakak tiriku harus tinggal bersamaku nanti, bagaimana aku bisa berduan denganmu?"

"Tenang kita akan tinggal bertiga nanti, aku akan menyari rumah buat di kontrak, agar ia tidak kemari. Jadi kau akan aman aman saja."

"Zean aku benar benar minta maaf ya, gara gara aku, kau harus menanggung bebannya juga."

"Tidak masalah, kalau begitu aku pergi dulu mencari rumahnya, kau tinggallah disini sebentar," cetus Zean keluar.

***

Zean Pov:

Setelah berputar putar sekitar setengah jaman Zean, akhirnya ia menemukan rumah untuk di pakai sementara.

Zean menemui sang pemilik rumah itu, mereka berdua saling tawar menawar, dan mempertahankan harga.

"Aku setuju dengan harganya, tetapi dengan satu syarat," ujar Zean serius.

"Kami di sini berdua, namun jika bertambah satu orang nantinya apa paman mau pura pura menjadi papaku?" tanya Zean menaruh harapan kepadanya.

"Memangnya kenapa?" tanya orang itu serius.

"Aku tau yang satu lagi bakalan menyakiti pacarku nanti, aku tidak mau ia terus terusan berada disini, tujuannya hanya untuk mencari kerja kemari, bukan menumpang hidup."

"Baiklah, aku akan melakukan apa pun itu nantinya, kau tidak perlu kawatir, semuanya sudah ku atur. Ingat kau harus memainkan permainanmu dengan baik, dan benar," jelas orang itu.

"Baiklah, terimakasih kalau begitu," keduanya saling berjabat tangan, Zean pun pulang kembali ke rumahnya.

***

"Bara aku sudah mendapatkan rumahnya, kemungkinan kita bisa membawa barang- barang kita beberapa kesana, lalu mulailah hidup seperti anak kos lagi."

"Kau serius sudah mendapatkan rumah yang mau kita pakai?"

"Tentu, aku akan menjagamu dari apa pun itu," ujar Zean berbisik ke telinga Bara.

"Bara aku berterimakasih sebenar besarnya kepadamu ya, aku tidak tau harua berkata apa lagi."

"Sudahlah kau hanya perlu menciumku nanti, sekarang ayo kita beresi barang barang kita," ujar mereka mulai menyiapkan barang yang akan mau di pindahkan.

Keduanya telah sampai di rumah baru mereka, walau pun itu sementara mereka harus menikmatinya.

Zean membawa Bara ke rumah paman pemilik rumah itu, ia memperkenalkan Bara, ke duanya nampak langsung akur.

"Bara!"

"Apa kau tidak ingat yang tadi?" lanjut Zean.

"Aku mengingatnya," Bara mencium Zean, ia perlahan mendekatkan mulutnya ke mulut Zean, keduanya saling berciuman kembali.

***

"Huufftt," menarik, lalu membuangkan nafasnya.

"Akhirnya kita selesai juga," ujar Zean meletakkan badannya di lantai.

"Aghh sungguh melelahkan," di susul Zean yang mengikuti untuk tidur di lantai juga.

Tak beberapa lama. Ponsel yang berada di saku Bara bsrbunyi, itu adalah notif pesan dari ibu tiri bara.

"Bara, kau harus mempersiapkan untuk ke datangan kakakmu kesana, jangan sampai kau mengecewakannya," tukasnya mengirim pesan.

Mata Zean juga ikut membaca pesan yang di kirim ibu tiri Bara itu.

"Dasar perempuan kurang ajar!" maki Zean.

"Kau ini, kau tidak boleh seperti itu, bagaimana pun ia tetap menjadi orang tua."

"Orang tua apaan yang menyebalkan seperti itu, untung saja aku tidak mengenalnya," cetus Zean, memandang ke atas langit langit rumah.

"Dia sebenarnya baik kok."

"Baik dari mananya? Apakah ayahmu tidak tau kelakuan ibu tirimu itu?"

"Kemungkinan tidak, tetapi jika aku samoai dirumah ia juga memperlakukanku sangat baik, bahkan jika tidak ada ayahku, ia juga tidak menistakanku," jelas Bara.

"Tapi mengapa tingkahnya seperti itu? Jika yang kau ucapkan benar, seharusnya ia tidak berperilaku seperti sekarang ini Bar."

"Biarkan saja, karena ini adalah anak kandungngnya, bagaimana oun kodratnya ia akan tetap menyayangi anak kandungnya."