Jrebb!! Aku mendengar suara, ini seperti suara suntik yang menusuk kulit. Rasanya sakit, apa aku disuntik?
Tiba-tiba aku membuka mataku. Di depan ku, terdapat satu kawan ku bernama Mack. Dia sedang menyuntikkan Syringe padaku.
"Sudah sadar ya, bantu kami menyerang mereka" Mack mengajakku lalu lari kearah pohon lain.
Apa? Aku baru bangun apa yang terjadi. Apa tidak ada penjelasan lebih rinci?
Dorr!! Crack!! Swingg!! Dorr DoRR!! Itu adalah suara senapan, apa Squad ku sedang bertarung?
Aku berada di belakang pohon dan asal suara senjata senjata itu berada di sisi berlawanan dariku. Aku mencoba untuk mengintip apa yang terjadi. Tapi belum sempat mengintip, baru menoleh saja aku melihat peluru melayang di depan wajahku.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mencoba menyadarkan diri bahwa Aku berada di LAST REGIMENT. Aku meraih senjata yang berada di punggung ku. Karena aku membawa dua senjata, aku memilih untuk menggunakan senjata jarak pendek yaitu STG44.
Aku mengintip ke arah kanan. Aku melihat Kurst dan Mack. Lalu aku mengintip ke arah kiri, aku melihat Diva. Tampaknya Diva akan menggunakan granat.
"Ge-Grenade out!" Diva melemparkan granatnya.
"Musuhnya dimana!!?" aku bangun dari posisi duduk dan menanyakan keberadaan musuh pada rekan rekanku.
"Mereka berada di arah jam 12 dibalik bebatuan dan pohon! Jarak sekitar 30 meter!" Kurst menjawab pertanyaanku
Aku mengintip ke arah musuh. Aku melihat beberapa musuh disitu, tampaknya ada 3 Player disitu. Aku juga melihat 2 Player sudah tergeletak di tanah. Sudah jelas dari Killfeeds, 2 Player itu mati terkena granat-nya Diva tadi.
"Gotcha!" Mack membunuh 1 player dengan senjata SMGnya.
Aku tak mau kalah, aku mulai menembaki musuh. Tapi tak ada satupun yang kena dan musuh mulai mendekat. Sudah kuduga aku tak bisa memakai senjata selain Bolt-Action Rifle.
"Gi-gimana ini?" Diva ketakutan
"Diva, Gunakan pistol mu!" Teriak Kurst.
"Pi-pistol? Oh iya!" Diva baru menyadari kalau dia membawa pistol.
Srek! Srek! Suara apa itu? Seperti suara benda berat tapi tumpul jatuh ke tanah. Aku mencar sumber suara tersebut. Ternyata..
"Kurst, Nades!" Mack memberitahu Kurst bahwa di dekatnya ada Granat yang telah dilemparkan ke arah nya.
"Apa? Nudes? Pikiranmu tetap mesum ya walau didalam game!!" Kurst mungkin salah dengar atau hanya bercanda belaka? Dia juga memarahi Mack atas perkataanya yang tidak sopan.
"GRENADES, BODOH!!" Mack memberitahunya sekali lagi namun dengan nada yang sangat keras.
"oh, ini.. nih.." Kurst mengambil grenade yang berada didekatnya lalu melemparkannya kearah Mack.
"Jangan dilempar kesini Bodoh!!" Mack terlihat marah.
BAMMMM!!!
"Uhuk Uhuk!!" Mack sepertinya berhasil keluar dari situasi tersebut. HP Mack berkurang sedikit namun seluruh tubuhnya hitam semua akibat Bom.
"Bwahaahaaha!!" Kurst tertawa terbahak bahak melihat keadaan Mack, sebenarnya aku juga ingin tertawa tapi aku menahannya.
"Sialan kau!!" Mack berlari menuju Kurst kemudian menendangnya.
Buak!! BAk Buk!! BAK!! Bukk!!
Mulai lagi. Pertengkaran yang tidak berguna ini. Padahal Friendly Fire dalam mode ini On.
Friendly Fire, Maksudnya adalah menembaki atau menyakiti teman satu tim. Jika Friendly Fire dalam mode off, saat aku menyakiti rekanku, HP nya tidak berkurang. Jika Friendly Fire dalam mode on, HP rekanku dapat berkurang jika aku menyakitinya.
Mereka berdua ini memang tidak tau tempat padahal kita sedang diserang musuh. Masih saja bertengkar. Squad ini memang tak ada Pro-Playernya.
"Kalian berdua jangan berantem, kita ini lagi diserang!" aku mencoba menenangkan suasana-nya.
"a-anu, teman teman, musuhnya su-sudah habis" Diva memberitahu kami bahwa musuh telah dihabisi olehnya.
Apa Diva? Menghabisi musuh hanya dengan pistol? Berarti dia membunuh 75 persen dari satu Squad itu?! Ternyata kuat sekali Diva ini, padahal dia selalu tampak ketakutan.
"Good job Diva. Kalian ini, contohlah Diva yang meng-, Dimana mereka berdua?" aku mencoba Mengapresiasi kan Diva kepada Kurst dan Mack. Tapi saat aku berbicara mereka berdua tak ada di tempat mereka berkelahi barusan.
"LOOTING IS IMPORTANT!!" Dengan wajah bodohnya Mack berteriak seakan tidak terjadi apa apa.
"Huft" Aku menhembuskan nafas lega. Bagiku kata kata Mack penting juga.
Aku looting salah satu player yang tergeletak didekat pohon. Saat berada di depan player tersebut, ada sebuah tulisan hologram, disitu tertulis "Loot". Aku menekan tombol tersebut kemudian terbuka Papan inventory ku dan papan inventory player yang sudah mati ini.
Player ini sepertinya ber Class Recon, dia membawa senjata Bolt-Action Rifle, Pistol dan pisau? Tunggu dia tidak membawa bom? Apa ini fitur baru bom diganti dengan pisau? Jika begitu aku bisa mengambil pisaunya untuk dipasang di Kar98k milikku sebagai Bayonet.
"Mika, kemarilah, ini senjata apa?" Mack lagi Mack lagi, dia bermain ini tanpa mengetahui apapun ya.
Akupun menurutinya, aku menutup papan inventory, lalu mendekat kearah Mack dan melihat senjata yang ditunjuknya.
"Ini Tankgewehr."
"Senjata macam apa ini?" Mack malah menambah pertanyaannya. huft sepertinya aku harus menjelaskannya.
Tiba-tiba aku menyadari sesuatu saat melihat senjata ini, mungkinkah ini senjata yang dipakai musuh pertama yang tim ku lawan tadi? Jika dilihat dari efek dan pelurunya sih memang senjata ini, tapi senjata seperti ini tidak hanya 1. Mungkin mereka membawa yang lebih bagus, mungkin PTRS atau PTRD.
"Senjata laras panjang ini adalah senjata Anti-tank bukan senjata sniper, senjata ini masuk Gadget dan bukan Main Weapon. Bisa dibilang, sejenis lah dengan bazooka" Jelasku.
"Keluarkan saja, biar aku yang bawa Tankgewehr-nya" Aku menyuruh Mack untuk meng-Spawn senjata tersebut dari Inventory-nya.
"nih, ini juga punyamu kan." Mack memberikan Tankgewehr tersebut kepadaku, dia juga mengembalikan jam tangan khusus Squad Leader yang aku pinjamkan tadi.
Aku harus membuang salah satu senjata agar bisa membawa senjata ini. hmm.. aku tahu senjata mana yang aku buang. Aku akan membuang STG 44 ku.
"eh, siniin STG mu biar aku ga bawa SMG" sebelum aku membuang STG 44 ku, aku dicegah oleh Mack. Sepertinya dia ingin mengganti senjatanya.
Ya menurutku pilihannya benar, peluru 9mm milik sten tidak memiliki dampak yang bagus sih dibandingkan dengan peluru 7.92mm milik STG 44. Lagipula STG juga bisa untuk menembak jarak jauh. Kecepatan menembaknya juga masih lebih unggul STG44.
Aku memberikan STG44 ku kepada Mack. Dia menerimanya lalu membuang Sten-nya.
"Apa yang kalian temukan? Dan apa yang kalian bawa?" aku menanyakan apa yang akan dibawa oleh kawan-kawanku setelah looting ini.
"Aku mengganti Smoke Launcherku dengan Grenade Launcher." Mack memberitahuku kalau dia merubah Gadget nya.
"Aku tidak mengganti apa apa, aku akan mengemas kembali Mortarnya." Kurst tidak mengganti apa apa, sepertinya dia tidak menemukan hal menarik dalam looting kali ini. Dia juga mengemas kembali Mortar yang tadi digunakan untuk melawan Squad pertama yang kita lawan.
"A-aku, mengganti AP Mine, dengan Engineer Toolbox." Nice move Diva, aku mengerti yang dimaksud Diva, mungkin dia ingin membuat Fortification nanti-nya.
"kalau begitu, Kurst! jika sudah mengemas, keluarkan Ammo Crate." Tampaknya sudah beres semua, hanya tinggal mengisi peluru dan bom yang telah digunakan saja. Untung saja Kurst menggunakan Support jadi tak perlu repot looting peluru.
***
Setelah looting dan mengisi peluru, Kami memutuskan berjalan kearah utara. Kami berjalan bersama aliran sungai yang deras. Kenapa kami berjalan ke arah utara? Saat melihat Blimp ketiga kami melihat beberapa Tim mati di sekitar jembatan. Kami penasaran akan hal itu. Mungkin tim lainnya yang tersisa juga penasaran dan menuju jembatan itu.
Jarak kami ke jembatan tersebut masih 3 kilometer jauhnya. Saat berjalan, kami menemukan sebuah kapal cepat di pinggiran sungai. Tanpa pikir panjang kami segera menaiki kapal tersebut agar lebih cepat ke tempat tujuan. Tapi sebelum itu, tampaknya Kurst sedang gelisah. Aneh.
"Mika, apa kau yakin kita akan kesana?" Tanya Kurst
"Apa maksudmu? Jelas kita akan kesana, ini kan Battle Royale." Jarang jarang kurst menanyakan sesuatu.
"Aku merasa akan terjadi sesuatu di jembatan itu." Perjelas Kurst.
"Tenang saja kita masih memiliki Mortar dan Tankgewehr." Aku mencoba menenangkan Kurst.
Kurst diam saja.
Kami Berempat segera menaiki kapal. Kapal ini memiliki lima tempat duduk, cukup banyak utuk kapal bertipe speedboat. Dibagian depan kapal ada tempat duduk untuk Machine Gunner dan di belakang nya adalah tempat duduk biasa. Dibagian tengah kapal ada dinding dan atap untuk menutupi tempat duduk si nahkoda kapal dan di belakang terdapat 2 tempat duduk untuk machine gunner menghadap ke samping kapal.
Aku menyuruh Diva untuk menjadi nahkoda kapal ini, Mack berada di MG bagian depan dan aku tepat di belakangnya. Terakhir, kurst berada dibelakang kapal.
BRooommm!! toktokoktok!!
Diva menyalakan mesin kapal. Sebelum berangkat, aku mendengar suara dari belakangku berjalan ke arahku.
Aku menoleh kearah belakang, ternyata Diva. Ada apa?
"I-ini untuk mengintai se-sekitar." Diva memberikanku teropong.
"Terima kasih."
Broommm!! ngeeengg!!
Akhirnya kita berangkat menggunakan kapal ini. Diperjalanan yang kulihat, ke kanan dan ke kiri hanyalah tebing dan di depan adalah jembatan. Sangat membosankan. Apa tidak ada sesuatu yang menarik?
"Li-lihat ke arah langit, di arah 90 derajat ka-kalian." Diva memberitahu sesuatu kepada kita.
Saat mataku tertuju kearah yang di tunjukkan oleh Diva, aku terkejut, Ternyata itu adalah balon udara, bentuknya seperti bola American football, mungkin saja itu adalah pusat utama BLIMP.
"Apa itu?" Mack bertanya.
"Mungkin saja itu Blimp." Jawabku
"oh, maksudmu benda itu adalah satelit pemberitahu lokasi?"
Tanpa berkata, aku mengangkat jempol kanan ku yang menandakan bahwa yang dikatakan Mack itu benar.
"bi-bicara tentang Blimp, bukannya habis ini wa-waktunya ya?" Diva mengingatkan sesuatu.
"Oh iya sebentar lagi Blimp." Aku sedikit terkejut. Kenapa Diva bisa tau waktunya Blimp?
Aku membuka Map melalui jam tanganku ini. Saat map terbuka Blimp, pun dimulai. Terdapat titik putih di map yang berada di tempatku sekarang. Titik putih ini bukan menunjukkan squadku berada, karena titik untuk menunjukkan Squadku itu titik berwarna biru. Kemudian, titik putih itu melebar menjadi sebuah lingkaran hingga keseluruh map. Seperti scanner.
Setelah lingkaran itu hilang dari map. Muncul-lah Squad lain selain kita. Squad lain ini ditandai dengan titik berwarna merah. Bila satu Squad sudah dinyatakan Killed in Action (KIA), maka titik ini berubah menjadi tanda silang. Jadi, sekarang mari kita lihat bagaimana keadaan Squad lainnya.
Dari 25 Squad, tinggal 10 Squad yang tersisa, udah banyak ya, Squad ku juga termasuk membunuh 2 Squad yang lain sih. Yang aku herankan adalah saat mau menaiki kapal terdapat Killfeed beruntun, dari Satu Squad yang sama. Squad ini berana GRISHA, aku menekan titik dimana GRISHA berada. Keluar sebuah papan kecil berisi informasi,
GRISHA SQUAD
Killing 5 Squad
Informasi yang sedikit sekali, tidak ada yang menunjukkan suatu kelemahan atau kelebihan.
Dasar system game.
GRISHA, dari awal game hingga saat ini hanya berada diatas jembatan. Tepat sekali dengan kami yang akan menuju jembatan. Squad yang lain sepertinya juga menuju jembatan. Mungkin mereka penasaran, siapakah GRISHA ini dan senjata apa yang digunakan oleh GRISHA hingga dapat membunuh 5 Squad di 12 menit pertama dalam LAST REGIMENT.