webnovel

Prologue

Dering bel sekolah berbunyi. Lucas menghela nafas lega. Ini waktunya pulang.

Kini pukul tiga menjelang petang. Anak-anak sekolah berhamburan keluar gerbang menuju tempat tinggal atau kesibukan mereka. Berdua atau bertiga dan seterusnya, beberapa terlihat sedang jalan bersama temannya. Berbeda dengan Lucas. Dia tidak punya teman. Dia jalan ke rumah sendirian sembari memasang earphone ke telinganya. Bermain sebuah game di ponsel.

Kalian tahu? Game apa yang dimainkan Lucas? Dia sedang bermain game yang sedang trend di seluruh dunia saat ini. Sebuah permainan menyenangkan dan berhadiah jika kalian dapat menyelesaikan tugas yang ada dalam game tersebut.

Cara bermainnya simple. Dalam lokasi pemain, jika ada sesuatu di sekitar yang berkesempatan untuk melakukan amal baik, maka dalam layar game, muncul sebuah misi kebaikan. Yang mana setelah pemain menyelesaikan misi kebaikan ini, dia akan mendapatkan poin. Dan poin bisa ditukar menjadi uang ke dunia nyata.

Game ini terkenal. Selain simple, juga membuat amal kebaikan menjadi hal lumrah. Bayangkan setiap kita lihat seseorang yang sedang dalam kesusahan dan kita memiliki dua pilihan, membantunya atau mengabaikannya. Dengan game ini, kita akan dipaksa untuk membantu orang kesusahan di sekitar kita. Selain mendapatkan poin, orang yang dibantu pun akan berterima kasih. Kebaikan semakin lumrah karena game ini. Bahkan anak-anak berandal pun menjadi tobat dan semangat mencari amal kebaikan. (Walau niat mereka adalah mencari poin).

Tidak hanya di negeri Lucas berpijak. Seluruh belahan dunia memainkan game yang sama. Bahkan presiden, dokter, pilot, astronot, tentara, polisi, siapapun itu. Mereka juga bermain game berisi kebaikan satu ini. Setelah satu bulan rilis, game ini berhasil mengurangi angka kriminalitas dalam negeri Lucas maupun negeri lainnya. Bahkan konflik perang di Timur Tengah segera damai setelah mereka bermain game ini.

Poin, selain mudah di dapat. Mereka bisa memberi kita uang. Terkadang beberapa pemain ragu, dari mana asal uang ini berasal? Perusahaan mana yang sangat dermawan membuat sistem kebaikan paksa game ini? Dan jawabannya, tidak ada yang tahu. Yang mereka ketahui hanyalah sebuah game yang mendadak viral atau trending di seluruh dunia–bukan di seluruh pengguna ponsel. Tidak tanggung-tanggung bahkan anak kecil balita juga bisa memainkan game ini.

Kalian ingin tahu apa isi misi game tersebut? Jawaban yang mudah, ketika kalian melihat seekor kucing tak bisa turun dari pohon. Maka, game tersebut akan muncul sebuah misi kebaikan. Menyuruh pemain agar membantu kucing itu turun. Setelah itu poin masuk sesuai harga kebaikan yang kita lakukan. Atau ketika kalian melihat seorang nenek-nenek yang ingin menyeberang. Lantas, sebuah misi kebaikan akan muncul. Menyuruh pemain untuk membantu nenek-nenek itu menyeberang. Atas kebaikan itu, kita akan dibayar oleh poin.

Poin bisa ditukar menjadi uang saldo bank. Berapapun itu, kalian bisa mengambilnya kapan pun walau hanya satu poin.

Sirnalah kemiskinan, sirnalah kejahatan, sirnalah kesenjangan sosial. Entah bagaimana caranya, game ini benar-benar merubah dunia menjadi lebih baik. Yang ternyata, tidak banyak yang mengetahui kebenarannya.

"Meong."

"Puss! Puss! Turun kemari!"

Seorang gadis seumuran dengan Lucas, memiliki potongan rambut pendek, sebahu, sedang kesulitan memanjat pagar batu. Ada sebatang pohon rindang di sebelah pagar batu itu. Dan tampaknya ada kucing yang terjebak tak bisa turun.

Lucas mau tak mau berhenti melihat aksi gadis manis tersebut. Dia susah payah menaiki pagar, roknya sekejap tersingkap angin. Mata Lucas sekilas melihatnya–tidak sengaja. Gadis itu kehilangan keseimbangan.

Bruk!

Tap!

"Kamu baik-baik saja?" Lucas sigap menangkap badan gadis itu sebelum jatuh ke aspal. Seketika membuat gadis itu bersemu malu.

"E-eh, tolong turunkan aku ..." Lucas segera tersadar dengan apa yang dilakukannya. Turut malu, menurunkan gadis itu tiba-tiba. Membuatnya jatuh mendarat keras di aspal.

Bruk!

"Aduh, kenapa kamu malah menurunkanku seperti itu?" ujar gadis itu mengelus bokongnya yang sakit. Semu malu tadi menjadi padam seketika. Lucas memalingkan wajah, menggaruk kepala yang tak gatal.

"Maaf, aku reflek melakukannya karena malu." Gadis itu menatap lamat-lamat pemuda tinggi itu. Wajah yang cukup tampan dengan rambut terpangkas rapih. Dan pemuda ini tampak jujur. Lihat pipinya yang memerah dan sikapnya itu. Terlihat sekali dia lelaki pemalu dan pendiam.

Gadis itu bangkit berdiri. Memasang senyum manis.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku tadi, mungkin aku akan mendapatkan luka lebih jika langsung terjatuh dari pagar. Namaku Alya, kamu?"

Gadis bernama Alya menyodorkan tangan. Mengajak jabat tangan.

Lucas patah-patah menjabat tangan Alya.

"Namaku ... Lucas." Canggung sekali pemuda satu ini. Alya hanya tersenyum menahan tawa melihatnya.

"Meong." Kucing oren yang masih bertengger, menjadi saksi mengeong melihat tingkah kedua anak muda itu. Nasib, nasib dia adalah kucing steril.

"Kau ingin menyelamatkan kucing itu Alya?" Lucas kembali tersadar pada kenyataan. Dia tadinya hanya menonton gadis manis ini dalam proses penyelamatan kucing. Namun berakhir gagal.

"Iya, itu kucingku. Ginger. Dia kabur dari rumah tadi pagi. Dan aku kebetulan menemuinya disini."

Lucas mengangguk, mengambil inisiatif.

"Pegang tas ini, aku akan mengambil kucing itu." Lucas memanjat pagar batu. Lantas, melompat ke seberang. Memanjat pohon rindang.

"Meong!" Kucing oren itu menyalak galak merasa terancam. Lucas mendekati kucing itu perlahan. Tangan kanannya berusaha meraih badan kucing oren yang bertengger di dahan pohon. "Meong!"

"Ayolah Ginger, kemari sini kucing galak."

Entah karena tersinggung atau apa, kucing oren itu menjadi marah. "MEONG!" kucing oren itu menerjang Lucas. Memberinya cakaran telak.

"AAARRGGH! Kucing biadab!"

Alya di bawah sana menonton sembari tertawa. Tawanya sangat imut. Kemudian ...

Trak!

Eh? Tunggu ...

"Aaaaaahh!"

Bruk!

Lucas dan kucing oren itu terjatuh dari pohon rindang setinggi empat meter. Kucing itu tidak apa-apa, malah langsung berlari menuju pelukan tuannya.

Sedangkan Lucas? Dia terlihat berantakan. Bajunya kotor, rambutnya juga sama saja. Ini karena kucing oren itu!

Alya masuk ke seberang pagar batu. Ternyata ada pintu besi yang tidak terkunci di samping pagar. Mereka tidak melihatnya tadi.

"Kamu tidak apa-apa?" Alya menawarkan tangan. Membantu Lucas berdiri.

"Ya, aku baik-baik saja. Hanya um ..."

Lucas memegang pipinya yang berdarah, itu karena cakaran kucing oren biadab. Alya berseru cemas, mengeduk isi tasnya.

"Jangan bergerak!" Alya mengusap lembut pipi Lucas yang berdarah, membersihkan luka itu dengan kain sakunya, setelah itu, memasangkan plester pada Lucas. Wajah Alya sangat dekat, nafasnya terasa di dagu Lucas. Membuat Lucas menutup mata karena malu.

"Sudah selesai." Alya melangkah mundur satu langkah. "Maaf Lucas, kamu jadi terluka karena membantuku."

Lucas mengangguk, menatap tajam kucing oren yang ada di pangkuan Alya.

"Tidak, tidak apa-apa. Boleh aku ambil tasku?"

Alya memberi tas Lucas yang dipegangnya semenjak tadi.

"Ah, ya um ... Apa kita akan bertemu lagi Lucas?" Gadis manis itu bertanya malu-malu. Lucas baru sadar, gadis di depannya menggunakan seragam sekolah yang sama dengannya.

"Eh, em, ya, kita akan bertemu di sekolah besok." Lucas merasa dongkol. Kenapa dia menjawab seperti itu?

Alya tersenyum manis, tertawa kecil.

"Kalau begitu sampai jumpa di kelas, Lucas Khun!" Alya melambaikan tangan kucing oren gendutnya. Lantas, pergi hilang di tikungan.

Lucas masih mematung. Tersenyum tipis.

***