webnovel

Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir)

Sinopsis I dan II Sinopsis I Laskar Dewa Sitija (Sang Yadawa Terakhir) Raden Sitija atau Prabu Bomanarakasura seorang Raja di kerajaan Trajutrisna. sebuah kerajaan yang seluruh penduduknya adalah kaum Ditya(Raksasa). Awal mula dia bergelar Bomanarakasura dia diutus oleh Para Dewa guna menakhlukan dua negara raksasa yaitu kerajaan Prajatista dan Surateleng yang dipimpin oleh dua orang raja yang juga pamannya sendiri Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura. Keduanya adalah putra angkat Prabu Basudewa dan Dewi Mahendra yang akan merongrong kerajaan Dwarawati.dengan bekal ajian Pancasona pemberian Batara Guru (Dewa Siwa) dan Bunga WijayaMulya pemberian Sang Ibu dengan dibantu keempat punggawa raksasa beserta tunggangannya. Seekor burung Elang raksasa (Garuda Wilmuna), Ditya Ancakagra, Ditya Yayahgriwa, Ditya Maudara,dan Ditya Amisundha. Keempat Punggawa raksasa yang dihidupkan dari dua sesajen yang ditemukan di perbatasan kerajaan . Dua Raja itu Akhirnya berhasil dibunuh oleh Raden Sitija. Dan akhirnya menjadi Ilmu kanuragan di dalam tubuhnya ajian Bomantara ada di tangan kanan dan Narakasura berada di tangan kiri. Juga menjadi taring dikedua giginya.Raden Sitija adalah putra sulung dari Sri khrisna seorang awatara(Titisan)Wisnu dengan Dewi Satyabhama atau Dewi Pertiwi(Dewi bumi) Raden Sitija masih mempunyai satu saudari. salah satu saudarinya adalah Dewi Siti Sundari Istri pertama dari Abimanyu putra Raden Arjuna atau Raden Janaka dengan Dewi Sembadra. Berita kematiannya disebuah cerita urban yang berjudul Gojali suta (Samba Juwing)atau Bhomakawya masih menjadi kontroversi misteri yang belum bisa dipecahkan. Ada semacam konspirasi dari campur tangan Sang Ayah yaitu Sri Khrisna di kisah itu. Karena seluruh Kaumnya bangsa Yadawa musnah dan binasa karena terlibat pertempuran Saudara.Kejadian seusai perang besar Bharatayudha. Sampai sekarang keberadaan Raden Sitija masih menjadi misteri. Dan misteri tentangnya akan terungkap di cerita ini. Sinopsis Bag II A.K.P. I Wayan Wira Seorang Anggota Kepolisian negara .Ketika menjalani liburan bersama keluarganya di rumah Mendiang sang Kakek Professor I Wayan Dharma .Di wilayah Uluwatu, Jimbaran, Bali.Ketika hendak membersihkan lemari tua milik Sang Kakek. Wayan Wira menemukan buku harian usang di dalam sebuah kotak tersembunyi. Bersamaan juga dengan Ruangan rahasia di dalam kamar sang kakek.Ruangan yang ternyata adalah bekas Laboratorium tempo dulu.Pada akhirnya Wayan Wira juga mendapatkan sebuah buku tua .Sebuah hasil Tesis penelitian Sang kakek.Tesis yang menyimpulkan bahwa ada keberadaan Makhluk Abadi di sekitar manusia. Bersama rekan rekannya akhirnya A.K.P Wayan Wira dan Seorang Sahabatnya Seorang Polisi Militer yang bernama Kolonel I Made Suta akhirnya berhasil menemukan Keberadaan Mereka. di sekitar wilayah Gianyar. Karena Mereka mencurigai Seorang Pengusaha kaya bernama Arya Susena. Dikarenakan Sering memakai Identitas palsu berkali kali. Yang pada akhirnya dengan petunjuk Arya Susena, I Wayan Wira dan Rekan rekanya justru menemukan jalan membongkar kejahatan sebuah organisasi kriminal terlarang internasional.Organisasi terlarang Yang berusaha masuk ke wilayah Indonesia.Kemudian atas perintah atasan masing -masing Atasannya. Pada akhirnya A.K.P I Wayan Wira dan Kolonel I Made Suta diberikan mandat untuk membentuk instansi khusus yang masih dalam pengawasan Badan Agen Rahasia Negara .Bernama Liga Perwira Dan Ksatria Republik Dengan merekrut Anak buah dari semua institusi negara. Juga merekrut Arya Susena dan Kelima Sepupunya yang menyebut dirinya sebagai Bomanarakasura.

Hendry_Octavian · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
105 Chs

Mentari di Dwarawati

Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati akan meminta restu kepada Istri -Istri Sri Khrisna yang berada di Dwarawati. Mereka berdua akan ikut Sang Kanjeng Rama.Ditemani oleh Raden Guritno, Raden Wisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini.Setelah itu nanti mereka akan berpisah menuju kearah Tunggurana.Guna ikut membantu pembangunan Istana Trajutrisna.

"Kanjeng Ibu dan Eyang Kakung Hamba pamit..."kata Raden Sitija sambil bersimpuh Bersama kepada Ibu dan Kakeknya diikuti oleh Sang Istri.

Raden Sitija Melakukan Hormat Dengan Menyatukan Kedua Telapak Tangannya. Dan Menundukkan Kepalanya. Sang Kakek pun menepuk pundak kedua pasangan itu.

"Tunggu, Ngger.Putraku…!!""seru Sang Ibu.

"Bawalah Pusaka Bunga Wijayamulya ini Bersamamu."kata Sang Ibu menyerahkan Pusaka berbentuk bunga pada Raden Sitija.

Raden Sitija pun menerima pemberian Sang Ibu sambil bersimpuh.

"Terima kasih Kanjeng Ibu..."

"Pusaka itu bisa menghidupkan yang mati baik Hewan, Raksasa ataupun Manusia.Jaga dan pergunakanlah dengan ketulusan hatimu. Dan jika Kau membutuhkan sesuatu panggil nama Ibumu ini, biarkan Ibumu mengawasi kalian.Dan Kanjeng Ibundamu ada untuk Kalian...."kata Dewi Pratiwi sambil memeluk Putra dan menantunya.

"Pergilah, Ngger.Kanda Aku titip Putra Kita..."kata Dewi Pratiwi sambil berkata juga pada suaminya Sri Khrisna.

Sri Khrisna pun mendekati dan memegang lengan Sang Istri sembari mencium keningnya.

"Iya…,Dinda.Ayo…, Ngger...!"kata Sri Khrisna menaiki Cakrasudarsana yang juga menjadi Senjatanya.

Senjata Cakra mengambang diatas langit Ekapratala. Raden Sitija pun memapah Sang Istri menaiki Wilmuna.Kemudian Raden Sitija pun Menyusul Menaiki Punggung Sahabat Burung Raksasanya.Mereka berdua pun terbang mengambang di udara.Paksi Wilmuna mengepak epakkan sayapnya.Sambil sesekali mengeluarkan suara melengking.Dan diikuti oleh Raden Guritno,Raden Wisangkantha, Raden Wisanggeni, Raden Srenggini dan Raden Antasena. Raden Guritno atau Gatotkaca dan Raden Wisangkantha menyatukan kedua telapak tangannya sambil menundukkan kepalanya sebentar pada Sang Bibi dan Sang Eyang. Kecuali Raden Wisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini yang hanya mengangguk saja.

Dewi Pratiwi dan Batara Ekawarna melambaikan tangan kearah Mereka. Mereka pun membalas lambaian tangannya kemudian terbang melesat dengan kecepatan tinggi di udara.

Tanpa terasa air mata Dewi Pratiwi meleleh membasahi pipi. Batara Ekawarna merangkul Putrinya dan mengajaknya masuk ke dalam Istana.

................

Raden Sitija,Dewi Yadnyawati dan Sang Narendra Khrisna akhirnya sudah sampai di Dwarawati. Setelah menurunkan Sang Istri.Lalu mereka berdua segera bersimpuh kearah ketiga Istri Sang Ayah.

"Ini pasti Menantuku yang Cantik.Siapa namanya ini Cah bagus…"kata Dewi Satyabhama sambil mengangkat badan dan menimang dagu Dewi Yadnyawati. Dewi Yadnyawatipun tersenyum dan tersipu.Membuat Raden Sitija juga Tersenyum melihat ulah Ibundanya yang Pura-pura tidak mengenali Menantunya.

"Dinda Yadnyawati...,Kanjeng Ibu Satyabhama. Istrinya Putranya Kanjeng Ibu Juga, Raden Sitija..."kata Raden Sitija.

"Ayo…,Masuk Putraku.Sini,Duduk dulu.Sebentar lagi juga ada tamu dari Plangkawati Adimu Abimanyu bersama Istrinya."

"Iya…, Kanjeng Ibu Jembawati..."

"Dinda,Nanti setelah makan siang.Biarkan Putra dan Mantumu beristirahat dulu,Mereka baru datang..."kata Sang Narendra Khrisna.

"Iya, Kanda.Dari tadi kamar dan ranjangnya sudah dibersihkan..."

"Ngger,Aku juga kangen sama Ibumu.Adi Pratiwi,Apa Ibumu baik -baik saja...?"Tanya Dewi Rukmini Kearah Mereka Berdua. Tapi kedua matanya Melirik Kearah Dewi Satyabhama sambil Tersenyum. Dewi Satyabhama yang Tersipu malu pun membalas Senyum Marunya.

"Iya…, Kanjeng Ibu Rukmini.Kanjeng Ibu Pratiwi masih baik-baik saja..."Jawab Raden Sitija juga Melihat Kearah Sang Ibunda Dewi Satyabhama (Perwujudan lain Dewi Pratiwi).

"Aku tahu…, Seorang Batari seperti Kakang Mbok Pratiwi raganya pasti sehat.Tapi, Ngger.Dari dulu Kakang Mbok Pratiwi itu berat sangat kalo dipisah sama Kamu.Tapi sebelum lahir itu bocah nakal Si Samba,Ibumu itu takut ngambil Kamu waktu kecil soalnya Kamu lengket sama Kanjeng Ibu Jembawati..."kata Dewi Kalindi sambil menuangkan minuman hangat ke cangkir batok kelapa lalu diberikan kepada Dewi Yadnyawati.

Lagi-lagi Dewi Kalindipun Tersenyum Sambil melirik Manja kearah Marunya Dewi Satyabhama. Dewi Satyabhama tambah Tersipu malu. Dewi Satyabhama tersenyum melihat Ulah Marunya.

"Besok Kamu ditunggu sama semua Kakang dan Adikmu di Tunggurana,Ngger.Mereka juga kangen pengen liat Kakang Sitija.Katanya..."seru Dewi Rukmini menyiapkan makanan dibantu banyak abdi.

"Ngger… Cah ayu siapa tadi namamu, Nduk…?"

"Yadnyawati,Kanjeng Ibu Rukmini."Jawab Dewi Yadnyawati.

"Kamu nanti diajak jalan -jalan sama Adikmu Sundari. Mau… iya …,Cah Ayu.Pergi belanja pakaian di pasar."

Dewi Yadnyawati pun hanya mengangguk. Raden Sitija pun hanya kembali tersenyum memandangi Istrinya yang polos.Tak berapa lama memang terdengar derap langkah dan bunyi ringkik kuda dari luar istana.Tampak Seorang Putri Cantik turun dari sebuah kereta.Dialah Raden Ayu Sundari Adik dari Raden Sitija. Istri dari Raden Abimanyu putra Raden Janaka. Dewi Jembawati Sang Ibu pun berlari kecil menuju halaman istana.

"Akhirnya Putriku datang.Dimana Kandamu, Cah Ayu.Raden Abimanyu?"kata Dewi Jembawati sambil menggandeng Putri dari Marunya.

"Dia masih bersama Adi Utari Kanjeng Ibu..."

"Apa Kau sudah tidak sakit hati lagi...,Cah Ayu...?"

"Kadang kala masih, Kanjeng Ibu.Tapi biarlah...Memang sudah Takdirku seperti ini…"jawab Dewi Sundari sambil tersenyum tapi kedua Matanya Berkaca-kaca.

"Kalian berdua memang anak -anak Kakang Mbok Pratiwi yang luar biasa.Ibumu itu Wanita yang sangat mulia,Ngger...Cah ayu.Oh Iya…,Kakangmu Raden Sitija baru datang bersama dengan Istrinya."

"Iya… Kakang Sitija bersama Bi...,Eh.Kakang Mbok Yadnyawati...!"seru Dewi Sundari.

"Iya …,Cah ayu..."

"Dimana Kakang Mbok Cantikku...?"Tanya Dewi Sundari.

Seketika Wajah Dewi Sundari berseri ketika bertanya.

"Apa Kau tidak mencariku, Nimas...?"tiba -tiba ada suara Raden Sitija yang ternyata sudah berada disampingnya.

"KAKANG…,Aku kangen sekali sama Kakang...!"Sundaripun langsung merangkul Kakak Lelaki satu -satunya itu.

"Tapi Kakang besok mau ke Tunggurana kan?"

"Kamu itu sudah besar Nduk, Cah Ayu.Masak masih manja sama Kakangmu..."kata Dewi Jembawati sambil tersenyum melihat kelakuan Putra dan Putrinya.

"Aku tidak melihat Adi Abimanyu,Kemana Dia?"

"Kanda Abimanyu sekarang masih bersama Adi Utari Kakang..."jawab Dewi Sundari.

"Tapi Kamu sudah tidak apa-apa,Kan…Nimas?"tanya Raden Sitija Kearah Adiknya. Lalu Mengelus Rambut panjang Sang Adik.

Si Adik mengangguk sambil tetap merangkulnya.

"Bersabarlah, Cah Ayu.Karena Dewa akan membalas kesabaran Kita."jawab Raden Sitija lalu mengajak duduk Adik perempuannya di Kursi ruangan istana.

"Apa Kamu juga masih marah sama Adi Guritno,Nimas...?"Tanya Raden Sitija Kepada Sang Adik.

"Sebetulnya Aku paham keadaan, Adi Guritno.Dia sepertinya juga tidak tega waktu itu. Tapi yang Aku sesali Adi Guritno sudah membunuh Paman Bendana. Hanya gara -gara masalah perkawinanku dengan Kanda Abimanyu. Itu yang sampai sekarang kenapa Aku selalu menyalahkannya,Kakang."

"Adi Guritno melakukannya tanpa sengaja, Nimas."kata Raden Sitija.

"Kasihan Paman Bendana...Aku tahu siapa Paman Bendana. Meskipun Dia seorang Ditya,Tapi Paman Bendana itu sangat polos dan lugu.Dia tidak akan pernah berbohong."jawab Dewi Sundari.

"Adi Guritno melakukannya tanpa sengaja Nimas. Harusnya Kau Sudah mema'afkannya. Dia menyesali perbuatannya. Sebetulnya pokok permasalahannya itu dari Siapa.Aku sebagai Kakangmu harus tahu,Bagaimana kejadiannya sa'at itu...?"

"Waktu itu Aku lagi di Kaputren Plangkawati. Lalu ada Abdi yang mengatakan kepadaku. Bahwa Paman Bendana datang seperti biasanya, Paman Bendana selalu membawakan Aku oleh -oleh.Biasanya juga makanan kesukaanku.Tapi setelah itu Dia bercerita bahwa Dia pernah bertemu dengan Kanda Abimanyu di kerajaan Wirata.Paman Bendana mengira kalau Kanjeng Rama Janaka yang memberinya tugas. Tapi ternyata Dia malah disusul oleh Adi Utari Kakang.Tapi pertama kali Paman Bendana tidak menaruh curiga. Karena Paman Bendana sering diutus oleh Adi Guritno kesana. Dia sering melihat Kanda Abimanyu seolah berlaku mesra dengan Adi Utari.Lalu Dia mengatakannya padaku perihal itu.Ketika Aku mendengarnya sebetulnya rasa sakit itu seakan meremukkan hatiku. Aku menangis sendirian dan ketika Kanda Abimanyu pulang. Akupun bertanya padanya.Aku berdalih jika Paman yang memberitahu padaku. Aku bilang itu adalah desas desus kalau Kanda Abimanyu telah berselingkuh. Aku selalu berusaha bertanya padanya tapi Kanda Abimanyu seakan mengalihkan pembicaraan..."

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya,Nimas…?"

"Besoknya, Akupun mengikuti kemana Kanda Abimanyu pergi.Ditemani oleh salah seorang Abdi. Dan yang Kulihat benar adanya. Padahal Kanda Abimanyu berpamitan kepadaku mau menemui Kanjeng Rama di Dwarawati.Tapi Dia malah kearah Wirata.Kakang.Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.Dia begitu mesra dengan Adi Utari.Pertama kali dalam pikiranku. Aku ingin melabrak Mereka berdua,Akan tetapi segera Aku urungkan. Dan Aku lebih memilih untuk pindah dari Plangkawati ke kediaman Kanjeng Rama..."kenang Dewi Sundari dengan suara bergetar menahan tangisnya.

"Apa waktu itu semua Kanjeng Ibu sudah tau masalahmu ini Nimas…?"

"Aku hanya bercerita pada Kanjeng Ibu Rukmini dan Kanjeng Ibu Jembawati,Kakang.Aku berusaha menerima.Tapi tetap sakit,Kakang...!"

"Kejadiannya berada dimana Nimas...?"Tanya Raden Sitija sambil menyedekapkan Kedua Tangannya.

"Waktu itu Kanda Abimanyu menyusulku untuk balik ke Plangkawati.Aku berusaha meredam emosiku tapi karena Kanjeng Ibu Satyabama lama -lama juga tahu.Akhirnya Aku sama ketiga Kanjeng Ibu disuruh menuruti kemauan Kanda Abimanyu,Untuk ikut balik.Sesampainya di Plangkawati Aku mengutarakan maksudku pada Kanda Abimanyu. Tapi Dia selalu mengelak, Bahkan Dia bersumpah didepanku sambil bersimpuh. Katanya jika Kanda Abimanyu melanggar janjinya kelak bila ada peperangan Dia akan mati dikeroyok satu pasukan Katanya.Aku tetap menangis.Dan tanpa disadari Aku mendengar seperti suara ledakan dihalaman Plangkawati.Aku segera berlari kesana.Aku melihat kejadian yang sangat memilukan tubuh Paman Bendana tergeletak sedangkan Adi Guritno terduduk ditangan kanannya bersimbah darah.Sambil menangis dan merangkul meminta ma'af pada tubuh Paman Bendana. Adi Guritno seraya berkata bahwa Dia tidak sengaja.Lalu Aku mendekati tubuh Paman Kakang.Aku tidak kuat mengatakan keadaannya. Kepala Paman Bendana hancur lebur tanpa sisa."Dewi Sundari pun menangis sambil memeluk Kakaknya.

"Setelah melihat kajadian itu. Aku tidak ingat apa apa lagi.Aku terima diperlakukan seperti ini sama Kanda Abimanyu.Tapi Aku seperti tidak rela untuk kehilangan Paman Bendana,Dia orang baik..."

Raden Sitija menghela nafas panjang mendengarkan kisah Adik perempuannya.

"Sudahlah, Nimas.Secara tidak sengaja Kalian berdua mengorbankan Orang lain untuk kepentingan Pribadi Kalian.Di satu sisi mungkin Paman Bendana benar karena Dia tidak tega ada yang melukai hatimu. Karena Paman Bendana merasa bahwa Kau adalah seperti Putrinya sendiri. Tapi dilain sisi Lagi Adi guritno juga benar. Karena Setiapmasalah Rumah tanggamu harus Kamu selesaikan sendiri.Dan mungkin Adi guritno mengingatkan pada Paman Bendana jangan terlalu jauh mengurusi masalah orang lain. Meskipun Dia adalah Anak atau Orang terdekat Kita..."

"Hari sudah siang...,Kanjeng Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kita Nimas..."Ajak Raden Sitija mengakhiri pembicaraan sambil mengusap air mata sang adik lalu tersenyum.

"Mana Kakang Mbok Yadnyawati.Kakang…?"tanya Dewi Sundari sambil menyeka air matanya.

"Dia sedang merapikan kamarmu.Katanya tadi Kamu kangen.mungkin Dinda Yadnyawati sudah berada di ruangan makan."jawab Raden Sitija.

"Ngger...,Kanjeng Ibu bangga dengan pemikiran Kamu.Semoga saja SangHyang Wenang tetap memberikan kearifan dan senantiasa juga memberikan kebijaksanan.Kepada Kalian berdua..."ujar Dewi Rukmini Sambil Mengusap Punggung Kedua Putra dan Putrinya.

Merekapun berjalan menuju ruang makan istana.Disana telah berkumpul Sang Narendra Dwarawati bersama Istri -istrinya bersama menantu -menantunya.