Sekali lagi, Maya memeriksa email di HP nya. Email itu sudah di baca sejak 2 bulan yang lalu, namun sampai detik ini Maya tak lagi mendengar kabar dari Langit. Tak ada lagi telepon atau pesan yang masuk ke HPnya.
“Hheehhh....” Maya menghela napas panjang.
“Sudahlah...” katanya pada dirinya sendiri.
Dia tak menyalahkan Langit karena berubah pikiran. Sejak awal Maya sudah menyiapkan kemungkinan terburuk itu.
Meski begitu, tak bisa di pungkiri ada sedikit perih yang menggores di hatinya. Perlahan dia harus bisa melupakan Langit dari hidupnya. Hati yang mulai luluh itu, kini kembali mengeras.
Bip...Bip...Bip...
HP Maya berkedip, nama Pak Hery terpampang jelas di sana.
“Selamat siang Pak.” Sapa Maya
“Siang juga Maya... Begini Maya, tahun depan kantor pusat berencana membuka 1 cabang baru di kota B. Kamu kan yang paling dekat dari sana. Kamu bisa membantu survey lokasi?”
“Bisa Pak. Apa saja yang harus saya lakukan Pak?” tanpa berpikir panjang, Maya menyanggupi.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com