webnovel

Laluna

kehidupan bahagia bersama keluarga tidak seperti yang ia harapkan, semuanya berubah dalam satu malam. Eden Georgia Ludwig dijadikan persembahan untuk dewa, dikirim ke neraka dunia demi menyelamatkan kotanya. tak disangka ia berhasil diselamatkan oleh tiga orang yang memanggilnya "nona". hidup sebagai perempuan normal hal ini lah yang menjadi keinginan besar Eden setelah berhasil selamat di dunia asing tersebut namun ia malah harus terjerat dengan ikatan pernikahan seorang tirani kejam dan harus melaksanakan misi besar di masa depan

msrully · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
93 Chs

Pesan Rahasia

"pendeta agung dari kuil suci, pendeta Isaac Xavier"

"!!!!!!!!!!!!!"

semua orang kemudian melihat ke arah Jose karena sedikit terkejut dengan nama yang ia sebutkan.

pendeta Isaac Xavier bukanlah orang sembarangan, ia merupakan seorang sejarah hidup dalam kekaisaran terbesar di another world.

untuk bertemu dengannya merupakan hal yang sulit apalagi jika memanggilnya datang ke The Great Aztec.

selain itu raja terdahulu The Great Aztec yang tidak lain adalah ayah Louise pernah memiliki hubungan pribadi yang tidak baik dengan pendeta agung.

sudah sepuluh tahun lamanya pendeta agung tak pernah datang melakukan ceramah di the Great Aztec akibat hubungan buruk tersebut.

"cari orang lain!"

ucap Louise singkat hingga membuat semua orang tak bisa menolak keinginannya tersebut.

hari itu Eden masih belum sadar dan Louise masih dengan setia menemani dan menunggu Eden di kamarnya.

(tempat latihan prajurit)

"haahh.. aku tak habis pikir dengan yang mulia raja, dia benar-benar egois"

gumam Chris sambil menggelengkan kepalanya

"bahkan sebagai teman kami pun tak bisa berbuat banyak"

imbuh Marco seolah setuju dengan pendapat Chris.

mereka kini sedang mengikuti pelatihan sebagai prajurit istana sesuai keinginan Eden.

sebelum pingsan Eden sempat menyebutkan permintaannya pada pangeran Arthur mengenai nasib teman-temanya.

Arthur memberikan solusi agar Lucas, Justin, Marco, dan Chris mengikuti pelatihan sebagai prajurit khusus.

sedangkan Kate, Diana dan Laura akan di tempatkan bersama Cecilia di departemen kesehatan untuk membuat obat.

sesekali Kate, Diana dan Laura pun akan mengikuti latihan bersama prajurit khusus, solusi dari Arthur ini adalah agar Eden nantinya memiliki orang-orang kepercayaan yang tak akan mengkhianati nya kelak jika ia menjadi ratu.

solusi dari Arthur tersebut juga di setujui oleh Louise untuk itu selama Eden terbaring tak sadarkan diri mereka akan fokus berlatih.

(di ruang kerja kerajaan)

'ini tidak bisa di biarkan, jika terus seperti ini Eden tak akan siuman'

gumam Arthur sambil terus mempercepat langkahnya menuju ruang kerja Louise, ia seolah berpacu dengan waktu, ekspresi wajah nya terlihat begitu serius dan seolah mengkhawatirkan sesuatu.

bahkan Arthur tak merespon bila ada pejabat yang menyapa ketika berpapasan dengannya.

"braakkkkk"

Arthur membuka pintu dengan paksa

"sekarang harus bagaimana kak?"

tanya Arthur pada Louise sambil berjalan mendekat

"apa maksud mu, pagi-pagi sudah membuat keributan

jawab Louise ketus sambil terus menandatangani dokumen yang berada di hadapannya.

"kakak, Eden belum siuman bagaimana bisa kau seegois ini tak mau memanggil orang itu"

"braakkkkk"

suara pukulan meja, Louise begitu marah mendengar ucapan Arthur.

aura dalam ruangan itu berubah menjadi gelap dan mencekam dikarenakan kedua kakak beradik Louise dan Arthur sedang marah dan saling menatap tajam.

"jaga ucapan mu pangeran Charles Philips Arthur!!"

ucap Louise dengan suara yang berat seolah menunjukkan rasa marah pada asiknya itu.

Arthur menggenggam erat ke dua tangannya, ia kesal dengan jawaban Louise yang seolah menyepelekan dirinya.

tak biasanya Arthur semarah ini pada kakaknya, bahkan ia sampai mengerutkan alis mata dan menggeratkan giginya.

"jika kau tidak mau memanggilnya maka aku sendiri yang akan membawa Eden ke sana!"

seru Arthur kemudian pergi meninggalkan ruangan seolah tak mau tahu dengan jawaban kakaknya.

'sial!!!'

raja ikut kesal dengan sikap Arthur yang seolah tak menghormati dirinya, ia kemudian sedikit membanting tubuhnya ke kursi dengan posisi duduk sambil sesekali memegang kepalanya.

* * *

Arthur yang masih dalam keadaan marah pun berjalan menuju istana Vie Rose untuk melihat kondisi Eden.

di depan pintu ia mendapati Chris dan Lucas telah selesai berlatih dan akan berganti pakaian di kamar mereka yang juga berada di istana Vie Rose.

"hei.. apakah kalian bersedia membantu ku"

ucap Arthur dengan ekspresi wajah yang terlihat marah.

Lucas dan Chris sedikit bingung dengan pertanyaan Arthur, namun dengan cepat salah satu dari mereka merespon,

"ada yang bisa hamba bantu yang mulia"

tanya Chris pada Arthur

"bisakah kalian pergi ke kuil suci untuk menjemput pendeta Isaac Xavier?"

"!!! bu.. bukankan raja Louise sudah melarang hal tersebut yang mulia?"

tanya Chris mencoba memastikan kebenaran ucapan Arthur.

saat akan menjawab, tiba-tiba Jose memotong ucapan Arthur,

"hamba sudah mengirim pesan beberapa hari yang lalu yang mulia"

ucapan Jose membuat ketiganya semakin terkejut dengan tindakan nekatnya tersebut.

Jose kemudian menjelaskan isi surat dan alasan ia mengirimnya diam-diam, lalu Jose meminta agar pangeran Arthur tak khawatir tentang Eden karena menurut Jose Eden akan segera siuman walaupun membutuhkan waktu yang agak lama.

Arthur pun percaya pada apa yang diyakini oleh Jose dan memilih untuk menunggu balasan surat dari kuil suci.

* * *

diam-diam Jose mengirimkan surat untuk pendeta Isaac Xavier secara pribadi, surat itu kini telah sampai pada salah seorang asisten pendeta agung.

setelah menerima surat, si asisten berlari tunggangan langgang karena surat tersebut memiliki cap pribadi keluarga Lewis yang sudah lama tak terlihat.

selama delapan belas tahun terakhir pendeta agung Isaac Xavier tengah menunggu surat yang berasal dari keluarga Lewis, hal ini berkaitan dengan keselamatan dari satu-satunya keturunan keluarga Lewis yang tak pernah ada kabar hidup atau mati.

"hossh.. hossh.. hossh.."

suara nafas terengah-engah dari asisten pendeta agung

"tok.. tok.. tok.."

ia pun mengetuk pintu, suasana masih hening dan tak ada jawaban.

"tok.. tok.. tok.."

si asisten kembali mengetuk pintu namun kembali tak ada jawaban

"TOK.. TOK.. TOK!!!"

ia mengetuk sedikit lebih keras tapi lagi-lagi tak ada yang merespon, ia pun memutuskan untuk membuka pintu.

"cklik.. kraaakkk..."

pelan-pelan ia membuka pintu agar pendeta agung tak terganggu dengan hadirnya dirinya.

ia pun masuk sambil menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha memastikan apakah pendeta agung berada di ruangan atau tidak.

"ttaakkk"

suara lemparan buku sedikit menyerempet wajah dan hampir saja mengenai kepala asisten pendeta agung.

pendeta agung duduk di kursi dengan setumpuk berkas yang hampir menutupi seluruh wajahnya, karena itulah asisten pendeta sempat tak menyadari bahwa pendeta agung sedang berada di mejanya.

"sudah ku bilang jangan menganggu ku, dasar kau asisten baru tidak berguna!"

membentak si asisten sambil mengambil buku lalu melemparnya kembali.

si asisten berhasil menghindari serangan dari pendeta agung, ia lalu menjawab

"Lloyd, nama hamba Lloyd Sri, dan hamba sudah bekerja sebagai asisten anda selama tujuh belas tahun yang berarti hamba adalah asisten senior"

ucap nya lembut dengan penuh hormat.

bagi Lloyd yang sudah mendampingi Sri Isaac Xavier selama tujuh belas tahun hal ini merupakan kebiasaan yang terus berulang-ulang, bukan berarti Sri adalah orang yang pemarah melainkan ia selalu menunjukkan perhatian pada setiap orang dengan caranya sendiri.

"katakan ada urusan apa kau kemari? jika ini bukan hal yang penting maka kau harus mandi di danau suci untuk menghilangkan kebodohan mu!"

imbuh pendeta agung dengan sedikit mengancam Lloyd.

dengan penuh rasa percaya diri dan juga sedikit pasrah Lloyd meneguhkan hatinya untuk mengatakan berita yang ia bawa.

sebenarnya mandi di danau suci sudah berputar-putar di otaknya sedari tadi, dalam lubuk hati yang paling dalam ia benar-benar menolak untuk mandi di danau suci jika berita yang ia bawa tak membuat pendeta agung terkesima.

pelan-pelan Lloyd mendekat menuju meja pendeta agung, ia kemudian merogoh kantong dan mengeluarkan surat, surat itu ia letakkan di atas buku yang tertumpuk tinggi di meja, Lloyd pun mulai menjelaskan,

"sepucuk surat datang dengan segel dari keluarga Lewis, segel yang sudah lama anda tunggu Sri"

ucapnya lirih kemudian mundur perlahan dengan sedikit menunduk.

"sraakkkkk"

pendeta agung bangkit dari tempat duduknya, ia segera mengambil sepucuk surat yang di berikan oleh Lloyd lalu segera membacanya.

benar bahwa sudah lama sekali ia menunggu surat tersebut dan kini sudah tepat di depan matanya, perasaan yang tak bisa ia gambarkan saat itu, berita yang membuatnya penasaran selama tujuh belas tahun, mengenai keturunan Anna Lewis.