"Anak itu, kenapa tidak berbicara sedikitpun padaku mengenai hal ini? Aku pikir, dia tidak mau menggantikan diriku untuk mewarisi tahta, karena merasa tidak nyaman denganku, tapi ternyata, karena hasratnya yang menyimpang itu!"
"Entahlah. Mungkin, Jeelian takut dengan Yang Mulia."
"Baiklah. Kumpulkan semua pejabat penting, kita akan mengadakan rapat, selain itu untuk seluruh keluarga besar kerajaan, kita juga akan mengadakan rapat, ini menyangkut pembahasan tentang hilangnya Jeelian, selain itu, undang calon istri Jeelian beserta keluarganya, ini harus kau lakukan sebelum situasi gelap, mengerti?" titah, sang raja.
Pangeran Julian menjura hormat pada ayahnya sebelum akhirnya menyanggupi apa yang diperintahkan padanya.
Detik berikutnya, sang raja negeri fantasi itu menuntaskan pembicaraan, karena ia meminta Pangeran Julian untuk menjalankan apa yang tadi sudah ia perintahkan padanya.
Tidak berapa lama kemudian, ruangan khusus istana kerajaan negeri fantasi yang dipimpin oleh raja Jilian Shailendra Jaguar itu sudah penuh oleh para keluarga kerajaan.
Pangeran Julian sudah melakukan tugasnya dengan baik.
Membuat Raja Jilian merasa puas dengan hasil pekerjaan anak tirinya itu.
"Putri Jasmine, bagaimana kabar kau dan keluargamu?"
Sebelum duduk di singgasananya, sang raja melontarkan pertanyaan itu pada gadis cantik berambut panjang, yang awalnya adalah wanita yang akan dinikahkan dengan Pangeran Jeelian. Putri Jasmine. Gadis itu datang tanpa orang tuanya, karena sang orang tua berhalangan.
Wanita cantik itu menjura hormat pada calon mertuanya, sebelum menjawab pertanyaan.
"Kami sekeluarga, baik-baik saja Yang Mulia, yang tidak baik hanya pikiran kami saja, karena dipengaruhi oleh pikiran, mengapa Pangeran Jeelian, sampai saat ini belum ditemukan."
Putri Jasmine berkata, sembari menundukkan kepalanya.
"Maafkan. Hal ini masih harus kita perluas pencarian, sebab belum ada tanda-tanda bahwa Pangeran Jeelian ada di mana, tapi yang namanya rencana, tidak bisa kita batalkan atau terus ditunda. Masyarakat negeri ini, tidak akan mau bersabar untuk menunggu."
"Maksud, Yang Mulia?" tanya Putri Jasmine, tidak mengerti.
"Jika dalam waktu beberapa pekan ke depan kita masih belum bisa menemukan kabar dari Pangeran Jeelian, maka kau harus memutuskan sesuatu yang menyangkut kepentingan kita bersama dalam kerajaan ini!"
Suara raja negeri fantasi, terdengar membahana di ruangan serba kuning keemasan itu.
Keluarga besar kerajaan saling pandang. Sedangkan Putri Jasmine, merasa semakin tidak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh sang calon mertua.
"Mohon perjelas, apa yang Yang Mulia, maksud, hamba tidak mengerti!" pinta Putri Jasmine, sembari menunduk hormat.
"Aku tahu, kau mencintai anakku, Jeelian, tapi pernikahan kalian jika terus ditunda, akan membuat masyarakat di negeri ini akan tidak tenang, itu sebabnya, aku ingin kau menerima Julian menjadi suamimu jika pada waktu yang ditentukan, Jeelian tidak juga kita temukan!"
Situasi dalam ruangan itu riuh seketika. Beberapa anggota kerajaan, merasa setuju dengan apa yang dititahkan sang raja, beberapa yang lain tidak setuju, karena menurut mereka, kabar Pangeran Jeelian harus jelas, hidup atau mati, pergi atau diculik, agar mereka bisa memutuskan sesuatu.
Putri Jasmine melirik ke arah Pangeran Julian yang terlihat berseri, saat mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya.
Begitu juga dengan sang ratu.
Tidak menyangka, hari yang dinantikan keduanya akan segera terwujud.
Bagaimana tidak, jika Pangeran Julian menikah dengan Putri Jasmine, maka tampuk kekuasaan utama, akan diserahkan pada Pangeran Julian, di mana posisi itu awalnya akan diisi oleh Pangeran Jeelian.
Merasa dilirik wanita idamannya sejak dulu, Pangeran Julian membalas lirikan Putri Jasmine.
Hingga pandangan mata mereka bersirobok, dan hal itu membuat Pangeran Julian makin menggebu ingin memiliki wanita cantik itu.
"Mohon beri hamba waktu untuk memikirkan masalah ini. Hamba akan melibatkan orang tua hamba untuk memutuskannya, apakah Yang Mulia bisa menunggu?"
Putri Jasmine, meminta waktu pada raja negeri fantasi tersebut, karena ini tidak ia kira sebelumnya.
Bukankah rencana awalnya, dia yang harus menikah dengan Pangeran Jeelian?
Putri Jasmine tidak menolak, karena memang menyukai Pangeran Jeelian. Meskipun selama rencana itu akan dilaksanakan, Pangeran Jeelian tidak pernah sedikitpun menyentuhnya, seperti kebanyakan pasangan yang ada, tapi Putri Jasmine tahu, seiring waktu, kebekuan hati Pangeran Jeelian akan mencair juga.
"Putri Jasmine tunggu!!"
Saat pembicaraan telah ditutup oleh raja negeri fantasi, Pangeran Julian, mengejar Putri Jasmine yang langsung pamit pulang pada ayah beserta keluarga besar kerajaan yang lain, untuk pulang.
Wanita cantik itu menghentikan langkahnya.
Membiarkan Pangeran Julian menyusulnya.
"Aku sudah berusaha untuk mencari Pangeran Jeelian, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain mengatakan bahwa, Pangeran Jeelian memang harus kau lupakan!"
Pria itu bicara demikian di hadapan Putri Jasmine dengan raut wajah serius.
"Aku tahu. Tapi, aku juga berhak meminta waktu karena aku harus membicarakan ini pada kedua orangtuaku."
"Benar, aku paham untuk hal itu, aku hanya ingin kamu tahu satu hal, tentang Pangeran Jeelian yang mungkin tidak kau ketahui selama ini."
"Pangeran Jeelian tidak mencintaiku? Aku juga tahu, kau tidak perlu membahasnya karena itu akan semakin menyakitiku."
Suara Putri Jasmine sarat luka ketika mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Pangeran Julian.
"Aku tidak membahas hal yang sudah kau ketahui, tapi sesuatu yang tidak kau ketahui!"
"Sesuatu apa itu?" tanya Putri Jasmine dengan tatapan mata menyelidik.
Pangeran Julian untuk sesaat meneliti sekitar mereka, hingga akhirnya, pria itu merunduk dan mendekatkan wajahnya pada Putri Jasmine.
Putri Jasmine awalnya ingin mundur tidak mau posisi mereka jadi saling berdekatan seperti itu, namun Pangeran Julian menahan gerakan wanita tersebut, dengan cara mencekal salah satu pergelangan tangan sang putri.
"Jangan kurang ajar Pangeran Julian! Meskipun raja menitahkan kau adalah calon suamiku, tapi itu nanti, jika tidak ada kabar dari Pangeran Jeelian, aku harap sampai waktu itu tiba, kau tidak menyentuh diriku sembarangan!"
Pangeran Julian tersenyum kecut menanggapi ucapan Putri Jasmine, dan sentakan tangan Putri Jasmine pada tangannya yang tadi memegang salah satu pergelangan gadis itu.
"Putri Jasmine. Aku hanya kasihan padamu, karena selama ini kau hanya membuang waktumu mencintai Jeelian!"
"Aku tahu itu, tapi aku tidak peduli, karena aku masih menikmatinya, meski tidak mencintaiku, Pangeran Jeelian tetap patuh dengan apa yang dikatakan oleh Yang Mulia."
Suara Putri Jasmine semakin datar, dengan raut wajah yang semakin suram.
"Ada sesuatu yang lain, mungkin harus kau ketahui, dan ini bisa menjadi bahan pertimbanganmu untuk meninggalkan dia atau tetap bertahan."
"Apa itu?"
"Apakah, janjimu tadi itu benar-benar bisa kau tepati?" tanya Pangeran Julian dengan tatapan mata serius.
"Aku tidak pernah main-main saat bicara dengan siapapun!"
"Baiklah, karena kau sudah menyanggupi untuk menepati janji, aku akan memberitahukan rahasia besar Pangeran Jeelian padamu."
"Katakan sekarang, aku tidak mau kau berbelit-belit!"
Pangeran Julian tersenyum melihat, betapa wanita cantik di hadapannya ini begitu penasaran pada apa yang ingin ia sampaikan.
"Aku tahu, selama kalian berhubungan, Pangeran Jeelian tidak pernah menyentuhmu layaknya seorang pria yang menggilai wanita."
Wajah Putri Jasmine merah padam mendengar perkataan Pangeran Julian.
"Apa maksudmu sebenarnya?"
"Putri Jasmine, aku terpaksa mengatakan hal ini agar kau tahu, Jeelian itu tidak sesempurna yang kau lihat!"
"Lalu?"
"Dia tidak menyukai wanita, itu sebabnya, dia tidak bernafsu untuk menyentuhmu seujung jaripun!"
Note: Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, itu sebabnya hati hati saat menggunakan lidah ketika mengeluarkan kata-kata.
(Apakah Putri Jasmine percaya dengan apa yang diucapkan oleh Pangeran Julian? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)