"Aku bukan pria yang asal memutuskan, Virna, ketika aku sudah membuat keputusan, aku sudah memikirkan segalanya, termasuk resiko dan cara menghadapinya."
"Jadi?"
"Kau hanya perlu menjawab, ia atau tidak itu saja."
Virna terdiam. Benar-benar punya aura kepimpinan yang luar biasa, hingga ia merasa sekarang tidak bisa bermain-main dalam bicara.
"Aku sudah menjawabnya, apalagi yang ingin kau dengar?"
"Jika aku meminta kau menjawab, maka jawablah, karena aku perlu penegasan, Virna. Kau lupa, kau sudah beberapa kali tidak jujur mengakui perasaanmu sendiri?"
"Aku bukan bermaksud seperti itu, aku hanya merasa ini seperti mimpi. Mengenalmu saja seperti mimpi bagaimana sampai menjadi pasanganmu segala."
"Ini bukan mimpi. Aku memang nyata untukmu, jadi bagaimana? Kita sekarang saling memiliki, bukan?"
Jemari tangan Pangeran Jeelian meraba wajah Virna, hingga sentuhan itu kembali membuat jantung dan sekujur tubuh Virna jadi tidak karuan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com