webnovel

CERITA 34

Marko menjauh dari ruangan itu hendak menelpon.

"pak apa kita akan melaporkan kejadian ini pada polisi?" tanya luis yang mengikuti marko.

"jangan sekarang, disini ada prayoga, kalau wartawan melihat dia masalah ini pasti tersebar. kita melaporkan kejadian ini tapi secara diam-diam" kata marko sambil berpikir.

"kalau boleh tahu pak, sejak kapan dia keluar?"

"prayoga? kemarin sore.."

"dia kelihatannya berubah sekali ya pak" marko mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan luis itu.

"maksudnya? dia kurusan?"

"bukan pak.. selama ini yang aku tahu pak prayoga itu orangnya tenang, penuh wibawa, tegas walau bicaranya memang kalem, tapi itu merengek.. seperti seorang anak yang merengek-rengek meminta sesuatu pada ibunya." marko yang sedang serius jadi tertawa mendengar pertanyaan luis itu, tapi kemudian menyadari kalau suara tawanya berlebihan.

"anggap saja kau mendapat kesempatan langka melihat dia seperti itu" kata marko masih tersenyum. Dan dia menelpon.

"halo, maaf pak mengganggu.." kata marko kembali serius pada seseorang yang ditelponnya.

"ada apa? apa ada yang serius?" jawab orang yang di telpon marko yang ternyata adalah kakeknya Prayoga, Juldy Novilus.

"ada orang yang mengirimkan hadiah ancaman pada nona Tiya filia, sepertinya dia belum mengetahui kalau Prayoga sudah bebas" kata marko

"ehm.. seperti dugaanku.. kau harus segera temui komdan angky, dia akan membantumu memecahkan masalah ini. hati-hati marko.. orang ini berbahaya." kata pak juldy tenang dan penuh wibawa.

"bagaimana dengan nona tiya pak?"

"biarkan prayoga yang mengurus dia. ah.. dan ku pikir kita harus segera menemui orang tua gadis itu.."

"maksudnya pak?"

"dia gadis yang baik. dan dari rekamanmu tadi siang.. dia sepertinya gadis yang pinter dan penuh semangat, aku sudah bisa membayangkan buyutku akan jadi seperti apa.. marko, kalau kau bisa buat kesempatan untuk mereka membuat buyutku lebih cepat lahir.. aku pasti akan memberimu hadiah yang besar.." kata pak juldy Novilus penuh semangat.

"ah.. cucu dan kakek ini nggak ada bedanya" pikir marko sambil menggelengkan kepalanya.