webnovel

CERITA 32

Tiya filia tiba di rumahnya setelah sebelumnya dia makan siang sendirian di restoran dekat apertemannya. Tiya filia sebenarnya tak keberatan untuk makan siang dengan prayoga tapi debar jantungnya yang terlalu kuat, juga rasa malunya karna tak sengaja menempelkan bibirnya dengan prayoga membuatnya seakan melarikan diri. walaupun didepan prayoga terlihat cuek, tapi sebenarnya dia sangat malu. harus dia akui walaupun pertemuannya dengan prayoga Novilus dahulu hanya sebentar tapi kenangan itu bisa dikatakan adalah kenangan indah. Dia menyukai saat dia menggoda dan tertawa bersama prayoga, prayoga yang sangat menurutinya dan juga memberikan apapun yang dia inginkan, seakan memanjakan dia melebihi ayahnya. itulah sebabnya saat ayahnya menyebutkan nama prayoga Novilus membuatnya teringat dengan kenangan itu lagi. dan saat bertemu kembali walaupun awalnya tingkah prayoga membuatnya frustasi, tapi pertemuan mereka yang tadi menyadarkan dia ternyata prayoga tidak berubah.

Dengan santai tiya filia menuju apartemennya. tapi pandangannya terhenti pada kotak hadiah yang diletakkan didepan pintu apartemennya dan ada namanya disana.

"siapa yang memberikan hadiah? apakah kak luis atau Prayoga? kalau kak luis nggak mungkin tak memberitahunya, hadiah itu pasti dari prayoga" pikir tiya filia dan sambil tersenyum dia membawa masuk kotak hadiah itu.

di dalam rumah dengan rasa penasaran dia membuka kotak itu dan DEG..

"OH.. TUHAN!!..." pekik tiya filia kaget dan takut, dengan kaki dan tangannya yang sedikit gemetar dia mencari hpnya.

Dirumah Prayoga gelisah menatap Hpnya, dia ingin menelpon tiya filia tapi terlalu takut karna sebelumnya dia telah menelpon dan di marahi Tiya filia, dia mengatakan kalau Prayoga mengganggunya yang sedang makan.

Prayoga yang sedang menatap hpnya tiba-tiba seperti mendapat mujisat, tiya filia menelponnya dan saking senangnya di panggilan pertama langsung di angkatnya.

"halo.." sapa Prayoga lembut.

"kenapa kau mengirim hadiah seperti itu..itu menakutkan" kata tiya filia suaranya sedikit bergetar karna takut.

"hadiah.. oh.. shiiiiit.." umpat prayoga. tapi dia langsung meminta maaf, dia langsung menyadari ada sesuatu yang buruk dengan tiya filia.

"ada apa?" tanya marko yang kaget mendengar umpatan prayoga.

"kita kerumah tiya kak, pakai heli biar lebih cepat"

"ada apa? nggak bisa pakai heli disana nggak ada landasan" protes marko dan mengganti panah turun di dalam lift.

"Tapi Tiya Dalam Bahaya Kak!.."

"lanjut telpon dia, buat dia tenang.. aku akan berusaha tiba secepatnya"

"kak.."

"dengarkan aku prayoga.. kamu juga harus tenang!!.." kata marko tegas.