webnovel

CERITA 21

"kak luis jangan lupa janjimu.. jangan cerita ke ayahku dulu, pokoknya apapun yang terjadi jangan cerita ke ayah" Tiya filia menahan tangan Luis yang hendak pulang, dan menatapnya tajam.

"baik aku janji, tapi kamu juga harus ingat janjimu.. kalau kau akan selalu cerita apa yang kau dapatkan sekecil apapun itu harus cerita." Dua anak itu saling menatap untuk sesaat. beberapa saat sebelumnya Tiya filia telah menceritakan kepada Luis tentang kecurigaannya kalau orang yang meninggal dalam kasus Prayoga Novilus itu adalah saudara kembarnya yang telah hilang 17 yang lalu. Dan walau dia telah mengunjungi kuburan saudara kembarnya itu, tetapi dia tetap penasaran apa yang telah terjadi,l. bagaimana saudaranya bisa hilang, dan sekarang apa sebabnya dia meninggal, dari bukti-bukti yang dia dapat dia terlalu ragu kalau Prayoga pembunuhnya.

"kayaknya kamu akan ingkar janji ya?" kata luis tak percaya pada Tiya filia.

"nggak aku nggak akan ingkar janji.. sudah sana kakak pulang.." kata Tiya filia dan membalikkan tubuh Luis serta mendorongnya pergi.

semetara itu di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat Tiya filia dan Luis, di dalam sebuah mobil sedan mewah, Prayoga yang melihat tingkah Tiya filia dan Luis dari jauh terlihat muram dan marko meliriknya kwatir.

"kamu nggak ingin turun untuk menyapanya?" tanya marko kwatir.

"hm?..eh.. nggak usah kak.. " kata Prayoga seperti tersadar dari pikirannya.

"kak.. itu pacarnya?" tanya Prayoga pelan.

"siapa?.. oh mereka.. nama pemuda itu Luis dia salah satu anak buahku. kalau dari pengakuan mereka, katanya mereka tak punya hubungan, tapi bisa saja mereka berbohong." kata marko sambil memperhatikan wajah Prayoga.

"kenapa kau menyukai nona Tiya?" tanya marko, dan mendengar itu Prayoga menatap marko sesaat, dia ingin bicara tapi akhirnya hanya tertunduk diam dan wajah Prayoga terlihat muram.

"kak kita pulang saja.." kata Prayoga Novilus pelan.

Prayoga..kamu itu tampan, pinter dan pewaris semua kekayaan kakekmu.. semua gadis pasti akan menyukaimu.."

"kak jangan ngaco.. ayo kita pulang" sekarang Prayoga terlihat mulai gelisah.

"Prayoga..apa jangan-jangan kau?!"

"kak.. mereka saudara kembar kak.. dan aku telah membunuh thio saudaranya.." suara prayoga tercekat, seperti hendak menangis.

Prayoga!.. berhenti bicara seperti itu, aku baru saja membuktikan kalau bukan kamu yang telah membunuh orang itu, kamu tak bisa menolongnya bukan berarti kamu.."

"harusnya aku tak menyetujui keinginannya untuk ke laut.. padahal aku tau dia takut laut..." potong Prayoga.

"itu buktinya kalau dia memang ingin bunuh diri. dia tau dia takut laut tapi kenapa harus ke laut?" marko jadi kesal.

"Thio Nggak Mungkin Bunuh Diri Kak!!" protes Proyoga, dia juga terlihat kesal. mendengar protes Prayoga itu Marko hampir tersenyum akhirnya Prayoga hampir kembali seperti dahulu, akhir-akhir ini dia seperti orang bodoh yang putus asa, yang dia lakukan hanya menangis dan bersedih.

"oke.. maafkan aku. aku bicara seperti itu karna temannya temanmu itu punya hutang yang banyak.. dan sekarang temannya itu hilang entah dimana. yang pasti pokoknya kita akan mencari bukti bersama-sama, apakah dia mati di bunuh, atau bunuh diri, atau kecelakaan.. kau akang membantuku kan?" Prayoga yang mendengar perkataan Luis itu hanya menganggukkan kepala, dan dia melihat Tiya filia kembali masuk ke dalam apartemennya setelah mengantar Luis.