webnovel

KORBANMU

Menjadi seorang korban dari orang dipercayai, menjadi korban akan keganasan maupun juga peristiwa. Bagaimana kisahnya?

Januar_EL_Capirco · Urban
Zu wenig Bewertungen
409 Chs

Munculnya Kejanggalan

Bab 23 Kejanggalan Muncul

Merasa cukup malu ketika pembantu rumah tangga telah memberitahu bahwa jarum infus masih melekat di tangan.

Tak seberapa lama kepulangan Eleora tentu menjadi sebuah tanya lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Dia yang kepikiran akan hasil laboratorim maupun juga berkenaan kedatangan kepala sekolah semakin menubruknya.

"Nanti mau dimasakkin apa, non? Non, non Eleora?"

"Apa, bi? Gimana?"

"Non Eleora, melamun ya?"

"Enggak sih."

"Coba tadi bibi tanya apa ke non Eleora?"

"Apa ya? He he, iya kalah aku. Aku melamun."

"Bi Atun tanya, non Eleora mau dimasakkin apa?"

"Apa saja deh, nanti aku mau istirahat dulu. Ya agak siangan saja makannya."

Pokok masalah yang belum kelar telah membuat Eleora sedikit pening dan mencoba memejamkan kedua bola mata.

"(Aku sama sekali bingung, aku tidak mungkin membahas permasalahan kecil ini ke papa atau pun mama. Mereka yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri membuat aku semakin pusing saja.)"

Tiba di rumah Eleora bergegas masuk ke dalam kamar tanpa memikirkan tas yang ada ponselnya.

Menghadapi masalah yang ini dirasanya cukup berat membuat Eleora kali ini menghadap ke cermin.

Sedikit menceritakan apa yang pada cermin di depannya dirasa sudah cukup baik ketimbang harus cerita kepada kedua orang tuanya.

"Aku hanya menceritakan ini kepadamu saja, ya tanpa harus bercerita panjang lebar ke manusia yang ada makin sakit hati."

'Tok, tok, tok.'

Terdengar suara ketukkan pintu yang dirasa adalah bi Atun benar saja.

Pembantu rumah tangga telah memberikan tas maupun juga kartu Atm yang jelas dianggapkan oleh Eleora cukup jujur.

Sedikit dengan apa yang dianggapnya ke bi Atun cukup jujur tetap saja hatinya berkata. "(Lebih baik aku menyimpan daripada aku melukai atau pun terluka sendiri.)"

Kembali seorang diri di dalam kamar dan menutup pintu rapat-rapat dipilihkan untuk membuka jendela.

Suasana yang damai itu berbeda dengan apa pada suasana hati dan pikirannya.

Menelaah satu per satu sembari memandang hasil laboratorium yang belum dibuka membuatnya sangat penasaran,

Sedikit merobek amplop itu lalu mengambil hasil dan melihat analisa yang panjang hingga satu kotak berisikan keterangan membuat ia menjatuhkan kertas tanpa sengaja.

Hatinya semakin terombak dahsyat, air mata itu telah meneteskan cukup deras dan bahkan bibir terasa kaku ketika ingin mengecap kata.

"Lebih baik aku simpan saja masalah ini, aku benar-benar tidak mempercayai jika hal ini terjadi pada kehidupanku."

Kepahitan harus diterima oleh Eleora ketika melihat hasil yang ada, tetapi dia sendiri pun berusaha tenang dan menuju ke laptopnya.

Menghilangkan sejenak pemikiran yang semakin menumpuk membuatnya tidak berkonsenterasi untuk melakukan hal lain.

'Clunting'

Grace : Siang, Eleora. Gimana keadaanmu sekarang?

Eleora : Siang juga Grace, aku sudah baikkan dan ini sudah di rumah

Eleora : Nanti sore ya agak petang sih aku mau keluar

Grace : Mau ke mana? Lah kan aku mau ke rumah kamu

Eleora : Oh kamu mau ke sini? Ya sudah jika begitu enggak papa, he he aku berniat mau ke rumahmu pinjam buku catatan

Grace : Sudah enggak usah, lebih baik kamu di rumah dan istirahat. Nanti aku ke sana, ingat baik ya jangan pergi sendirian

Eleora : Iya, iya. Ya sudah sono lanjut lagi sekolahnya, nanti aku pinjam buku catatan tahu

Sedikit mengalihkan akan apa yang terjadi telah membuat Eleora merasa berkurang bebannya.

Belum juga selesai mengetik pesan kepada Grace telah membuatkan ia melihat ada pesam dengan nomer yang tak dikenal.

Enggan memberikan sebuah respon dengan sembarang oerang tengu membuat Eleora memilih bersikap tak acuh.

Kembali berfokus dengan laptopnya dan berusaha membuat desain yang melingkup hobinya telah menjadikan Eleora tenang.

Jiwa yang tenang semakin membawanya jauh lebih berpikir positif dan terlebih lagi bisa mengharapkan akan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

"Bagus deh dengan membuat desain begini membuat aku tenang, ya setidaknya ketenangan bisa membawa aku lebih bergerak maju ketinbang yang tidak-tidak. Bosan melihat, mendengar kepanikkan melulu."

'Tok, tok, tok.'

"Sebentar. Ada apa, bi?"

"Bukan apa, non. Tapi ada yang barusan datang cari non Eleora?"

"Siapa?"

"Tidak tahu, non. Yang jelas tadi mencari non Eleora begitu."

"Ya sudah suruh masuk, tapi sebentar aku ganti pakaian dulu."

"Baik, non."

Laptopnya ditutup dan segera mengambil pakaian lengan panjang untuk segera menemui tamu.

"Loh, kok enggak ada? Bi... bi Atun, bi...."

"Iya, non. Ada apa?"

"Loh tamunya mana, katanya tadi ada tamu mencari aku?"

"Loh iya, tamunya di mana ya? Perasan tadi bibi minta masuk dan baru mau dibuatkan minuman kok enggak ada ya?"

"Ya sudah minumannya nanti buat aku saja, di belakang rumah ya?"

"Iya, non Eleora."

Kedatangan tamu yang cukup misterus membuat ia hanya beranggapan mungkin saja orang salah alamat.

Tetapi permasalahan bukan terletak pada salah alamat bagi Eleora.

"Masalahnya bukan mengenai salah alamatnya, tapi masak iya nama Eleora ada dua dan enggak mungkin dong orang tiba saja datang tanpa ada niat tertentu?"

Baru saja merasa sedikit tenang namun kembali terusik lagi.

"Apa jangan-jangan om Oje ya? Tapi kenapa orang itu datang ke mari, apa mama yang menyuruh dia ke mari? Mana mungkin, ini kan jam kantor dan enggak ah aku enggak mau berpikir yang tidak-tidak dulu."

Teh hangat telah selesai dibuat bi Atun dan disuguhkan ke Eleora.

Secuil informasi begitu ingin didapatkan oleh Eleora mengenai orang yang bertamu padanya.

Bi Atun pun diberikan berbagai pertanyaan, tetapi hanya sedikit yang diketahui.

"Bi, aku mau tanya. Orang itu emangnya tadi gimana ceritanya mau ketemu aku?"

"Ya kan bilang cari non Eleora di mana? Ya bibi ada di kamar, terus bibi tanya emang bapak siapa dan ada keperluan apa mencari non Eleora? Eh bibi malah didiamkan saja, ya sudah terus bilang sama non Eleora."

"Terus tampang orangnya itu gimana, galak kah atau apa begitu?"

"Kalau dilihat sih orang itu jelek bukan galak, tapi gagah sih non."

"Cowok ya berarti? (Em, apa benar itu om Oje? Tapi, kenapa bukan mama sendiri ke sini mengenai masalah dulu?)"

"Bibi salah ya, non Eleora?"

"Ya sedikit, tapi lain kali minta tamunya nunggu di depan dulu saja ya? Jangan lupa pintunya ditutup, ya takutnya orang jahat."

Iya, non. Maaf kalau bibi salah, ini terakhir kalinya bibi melakukan salah. Jangan pecat bibi ya non?"

"Enggak, enggak ada yang bakalan mecat bibi. Ya sudah sekarang bibi boleh melanjutkan pekerjaan yang lain, aku masih mau bersantai di sini."

"Baik, non Eleora. Bibi permisi dulu."