webnovel

Malam Berkabung Dengan Sang Raja

Sudah tiga minggu berlalu semenjak kematian Ratu Revania, dan Raja Louis sebenarnya memerintahkan satu bulan sebagai hari berkabung nasional. Itu semua dilakukan agar warga Aarez bisa mengenang segala kebaikan Ratu Revania.

Tidak hanya itu saja, bahkan Raja Louis memerintahkan semua anggota istana kecuali para pengawal. Mereka semua harus mengekakan pakaian putih, sebagai penghormatan mereka pada Ratu Revania selama satu bulan.

Pada siang hari itu, setelah jam makan siang. Disebuah taman kerajaan istana, Helena sedang tertidur lelap dengan menyandarkan wajahnya, dengan menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Helena baru saja berisitirahat, dan ia sudah menghabiskan makan siangnya, lalu tertidur sejenak untuk menghilangkan penat dari jam belajarnya.

Rambut pirangnya yang ia kuncir satu dengan sedikit rendah, sedikit terjuntai melewati pundaknya. Rasanya sangat nikmat bagi Helena saat itu, karena ia bisa merasakan tidur siang walaupun hanya sebentar. Karena belakangan ini semenjak kematian Ratu Revania, Helena terlalu giat untuk belajar dengan Harika yang selalu mendampinginya.

Rima sang kepala pelayan, mengenakan seragam berwarna putih. Sama halnya dengan pakaian yang digunakan oleh Harika. Dan yang membedakan dari pakaian mereka terletak pada sabuk berwarna, menandakan perbedaaan tingkatan posisi pelayan Istana. Rima menggunakan sabuk berwarna emas, sedangkan Harika berwarna biru.

"Permaisuri sedang tertidur, maafkan hamba karena membiarkannya. Karena... seharian ini Permaisuri Helena sudah terlalu giat untuk belajar." Jelas Harika menunduk, sebenarnya dia cukup takut dengan kehadiran Rima yang tiba-tiba.

"Pastikan setelah jam istirahat selesai, permaisuri sudah bangun." Perintah Rima dengan tegas.

"Baik, Kepala Pelayan." Jawab Harika patuh, dan mengangguk cepat.

"Dan satu lagi, bantu dia untuk persiapan nanti malam. Ini sudah minggu ketiga semejak Ratu Revania meninggal, ingatkan dia untuk bersiap-siap menjalani malam berkabung dengan Raja Louis." Ucap Rima menjelaskan kembali, dan melirik kearah Harika yang menunjukkan wajah cemas. "Ada apa?"

"Maaf, tapi... Permaisuri Helena masih baru. Dan... apakah tidak terlalu terburu-buru jika permaisuri dan baginda raja harus..." Harika terlalu bertele-tele menjelaskan, membuat Rima yang mendengarnya mendengus kesal.

"Apa yang kau khawatirkan sebenarnya, Harika? Bahkan Permaisuri Dilara dan Permaisuri Emira sudah melakukannya beberapa minggu kemarin." Rima menegakkan wajahnya, tatapan tajam yang berbahaya ia perlihatkan pada Harika.

"Kau pasti sudah mendengar banyak... mengenai apa yang terjadi dengan dua permaisuri tersebut, aku harap hal yang sama tidak terjadi pada Permasuri Helena. Dia adalah tanggung jawabmu, Harika. Jangan buat aku dan Ratu Revania kecewa." Lanjut Rima, dan dia tidak perlu menunggu jawaban dari Harika. Segera saja Rima membalikkan badannya, dan meninggalkan taman Istana.

Tepat ketika Rima berlalu, Helena pun terbangun dari tidurnya. Ia merentangkan kedua tangannya keatas tubuhnya, seraya menarik napas dengan dalam. "Harika? Kau sedang apa disitu?" Tanya Helena yang bingung, karena Harika berdiri terlalu jauh darinya.

"Ah... kita belajar apa lagi sekarang?" Tanya Helena dengan nada malas, dan sudah membuka kembali buku catatannya. Ia pun berpangku tangan, dan memandang tak bersemangat pada buku pelajaran sejarah Negara Aarez yang amat tebal.

"Hoaahhmmm...." Helena menguap besar.

Harika menghampiri cepat, dan segera saja menutup kembali buku catatan dan buku sejarah milik Helena. "Permaisuri Helena, malam ini adalah giliran anda untuk melakukan malam berkabung." Ucap Harika dengan wajah cemas, sedangkan Helena merasa tak paham dan hanya mengeryitkan dahinya.

"Malam berkabung?"

***

Didalam kamar Helena.

Harika tidak hentinya bergerak, memastikan Helena sudah paham dengan semua penjelasannya. Ia sedang mengatur rambut pirang Helena, ia tata dengan apik dan dan menyisirnya perlahan.

"Harika? Apa aku harus melakukan ini?" Tanya Helena yang ikut menjadi panik.

"Permaisuri Helena, tatap mata saya? Anda adalah orang yang sangat pintar, pasti anda paham dengan semua penjelasan saya barusan. Coba jelaskan kepada saya, sekali lagi." Harika berputar dan memandangi wajah Helena dengan tatapan serius.

"Malam berkabung, malam dimana Raja yang ditinggalkan oleh Ratu akan ditemani permaisuri lainnya. Selama beberapa malam Raja dan Permaisuri akan tinggal satu kamar, mereka akan berdoa untuk mendoakan keselamatan negara dan juga kepergian Ratu." Jelas Helena cepat.

"Bagus sekali permaisuri." Puji Harika.

"Bukankah ini bisa dikatakan sebagai malam untuk melayani nafsu Raja Louis." Ucap Helena yang kesal, dan merungutkan wajahnya dengan masam.

"Hah! Ssst..." Harika meletakkan jati telunjuknya pada bibir Helena. "Jaga ucapan anda, kalau ada yang mendengar dan melaporkan ini pada Raja Louis. Bahkan dewa dan dewi tidak bisa menyelamatkan nyawa anda permaisuri!" Harika menegaskan wajahnya, sedikit jengkel dengan sikap Helena yang bicara terlalu asal.

"Tapi bagaimana kalau dia benar-benar ingin dilayani? Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Helena polos, karena saat ini ia lebih merasa frustasi ketimbang senang.

"Permaisuri Helena, anda adalah salah satu istri dari Raja Louis. Tentu saja anda harus melayani suami anda dengan baik, apalagi suami anda adalah seorang Raja Aarez. Apa anda tidak tahu, berapa banyak wanita cantik diluar sana yang berharap bisa ada diposisi anda?" Harika bertolak pinggang. Ia tahu kalau Helena masih berusia belasan tahun, dan masih berjiwa muda. Sehinga sedikit sulit menjelaskan, bagaimana hubungan suami istri yang seharusnya.

"Harika... asal kau tahu saja. Bahkan malam pertama yang kulalui, Raja Louis memandang sangat muak padaku. Seakan-akan dia ingin membunuhku, dan sekarang aku harus satu minggu disana?" Helena mengerang sedih, membayangkan hal seram apa yang nanti akan menimpa dirinya.

"Permaisuri Helena, memang waktu yang diberikan hanya satu minggu. Tapi jika Raja Louis sudah meminta anda pulang sebelum waktunya, maka anda bisa kembali. Dan tenang saja, setiap harinya saya akan selalu datang menemui anda." Ucap Harika seraya menyematkan jepit bunga emas pada rambut Helena.

"Tapi... tetap saja aku gugup dan juga takut." Helena masih menunjukkan wajah sedihnya.

"Permaisuri Helena, ada rumor yang aku dengar." Ucap Harika dengan senyum simpulnya.

"Rumor? Apa... tentang apa?" Tanya helena bersemangat.

"Aku dengar Permaisuri Dilara dan Permaisuri Emira, bahkan tidak bertahan lebih dari satu malam. Raja Louis sudah meminta mereka untuk pulang, sepertinya Raja Louis juga tidak terlalu mempedulikan ritual ini? Jadi... anda tenang saja." Jelas Harika menyeringai, dan kembali ia menatap puas pada riasan wajah yang sudah ia lakukan pada Helena.

"Anda terlihat cantik." Ucap Harika dan mengambil cermin bundar, yang ia hadapkan pada wajah Helena.

"Mmm... aku harap Raja Louis juga tidak betah dengan keberadaanku. Aku hanya ingin semua ini cepat berlalu, dan bisa kembali belajar denganmu." Ucap Helena jujur.

"Tenang saja Permaisuri, semuanya akan baik-baik saja." Harika memberikan senyumannya yang lebar, walaupun dalam hatinya sebenarnya ia pun merasa khawatir. Berharap Raja Louis tidak terlalu keras dengan Helena.

Seorang pengawal istana masuk kedalam ruangan, berbadan tegap dengan pandangan menunduk. "Hamba akan mengantar Permaisuri Helena, untuk menemui Raja Louis." Ucapnya memberikan penjelasan.

Nächstes Kapitel