(Tokyo, 3 Desember)
POV Kediaman Kepengurusan
Lex Luthor terdiam duduk di bawah dengan meja lesehan di depannya. Dia ada di ruangan kediaman rumah yakuza miliknya. Di luar juga banyak lelaki maupun pria yang berjaga.
Lex Luthor menatap ke teh kecilnya di depannya. Ia teringat wajah Alandra.
"(Kenapa aku begitu kaget dia melakukan itu padaku... Bukankah itu adalah hal yang biasa... Juga... Aku tidak tahu lagi harus apa soal gang ini,)" dia menatap ke dinding di mana ada sebuah kalung yang terpajang di sana. Kalung itu ber liontin yang berbentuk tulisan nama yakni LUTHOR.
"Dia selalu memakai kalung itu... Tapi aku tidak berani sama sekali memakai nya," dia teringat ayahnya, Luthor. Akan di jelaskan siapa itu Luthor.
Lalu ada yang mengetuk pintu dan membukanya, seorang pria paruh baya menatap. "Permisi Luthor, apa aku bisa berbicara denganmu sebentar?"
Dia adalah pria pengurus kediaman saat Lex Luthor pergi mengurus departemen kekuasaannya.
Lalu dia duduk di hadapan Lex Luthor agak jauh. "Soal perkumpulan ini... Kita butuh penerus ke tiga," kata pria itu. Maksud dari penerus ketiga adalah penerus yang akan menjadi pemimpin setelah Lex Luthor.
"Kenapa? Bukankah aku penerus kedua masih ada di sini?"
"Di luar sana.... Kemungkinan akan membuatmu terbunuh dan jika kau terbunuh tanpa persiapan membuat penerus itu akan berakibat buruk untuk kediaman ini... Karena jika di teruskan oleh orang lain tanpa sedarah mungkin kita akan lebih masuk ke gang Wuno, gang Wuno juga akan menguasai tempat ini," kata pria itu dengan tatapan seriusnya.
Lex Luthor juga tak kalah memasang tatapan serius, ia lalu menghela napas mencoba berpikir sejenak, memegang helaian rambut panjang yang terurai nya.
"Luthor.... Adalah pendiri gang ini... Dia melakukan semuanya dengan hebat, jadi bilang saja kau memintaku membuat penerus ketiga hanya untuk membuat nya tinggal di sini karena aku masih mengurus departemen kekuasaan," tatap Lex Luthor.
Seketika pria itu terdiam dan mengangguk pelan. "Kau benar... Aku meminta seperti itu... Karena jika di sini di pegang penerus ketiga maka kau juga akan tenang mengurus departemen kekuasaan-
"Jaga mulutmu!!" teriak Lex Luthor menyela nya membuatnya terkejut diam tak berkutik.
"Alasan kenapa aku membangun departemen kekuasaan adalah aku ingin menunjukan pada ayahku bahwa aku bisa membangun organisasi ku sendiri... Tapi dia.... Dia malah mati pergi begitu saja.... Jika aku tinggalkan departemen kekuasaan yang telah mati matian aku bangun sendirian, itu juga akan berdampak buruk pada masa lalu ku....
Itu sama seperti aku hanya akan mengurus kediaman ini.... Kau pikir mengurus 2 tanggung jawab sekaligus akan mudah jika kau hanya punya satu hak?!" Lex Luthor menatap kesal.
"Ma... Maafkan-
"Bacot... Kau hanya bisa menyuruh nyuruh... Aku tahu, aku tahu ayahku memang juga mati matian membangun keluarga ini, kediaman ini... Tapi dia bahkan bisa melakukan dua tanggung jawab, meskipun membangun kediaman ini... Dia tetap menjadi pebisnis Kriminalitas dan aku tak tahu... Harus menerus kan bisnisnya itu atau menjaga departemen ku.... Jika aku mengurus semuanya... Aku akan punya tiga tanggung jawab yang akan membuat tubuhku remuk... Inti dari penerus Luthor adalah penyiksaan!!" kata Lex luthor.
Dia juga sangat kecewa pada apa yang di lakukan ayahnya semasa hidup. Karena ayahnya sangat lah mudah menjalankan dua tanggung jawab dengan menjadi pemimpin gang Luthor dan menjadi mafia kriminalitas di kehidupan Luthor.
Kriminalitas adalah suatu kegiatan yang tidak bisa di bilang ilegal. Luthor menganggap ilegal adalah legal.
Tapi Lex Luthor bahkan tak bisa membedakan hal itu, dan masih ragu meneruskan bisnis ayahnya hanya karena sebuah tanggung jawab yang ketat.
"Jika aku mengambil tiga pilihan itu, itu sama saja aku mengambil resiko untuk diriku sendiri."
Sementara itu, Alandra keluar dari kampus dengan seperti biasanya menatap ke ponselnya, ia lalu melihat sekitar. "(Aku masih memikirkan kondisi Lex Luthor kemarin. Apakah dia masih baik baik saja atau bagaimana...)" ia tampak khawatir.
Lalu berpikir lagi. "(Apa aku perlu ke dermaga itu... Apa aku juga perlu menghubungi nya?)" dia menatap ada nomor kontak milik Lex Luthor di ponselnya. Sepertinya dia sudah mendapatkan nomor ponsel milik Lex Luthor.
Tapi ia ragu akan menghubunginya. Ibu jarinya tak bisa menekan tombol panggilan karena terlalu ragu. "Lebih baik tak usah... "
"Hei... Kawan!!" tiba tiba Lucky datang mendadak sambil menepuk pundak nya, membuat Alandra terkejut dan menekan panggilan itu.
"Apa yang!!!... Matikan," dia panik akan mematikanya tapi rupanya Lex Luthor langsung begitu saja mengangkat teleponya.
"Siapa ini?" kata Lex Luthor berbicara dari ponsel membuat Alandra terbisu.
Lucky yang melihat itu juga terdiam. "Oh kayaknya sibuk hehe... Aku pergi ya bro..." dia akan kabur tapi Alandra menahan bahu Lucky dengan tatapan membunuh. "Aku akan menunggumu besok di parkiran," tatap nya membuat Lucky berkeringat dingin.
Lex Luthor terdiam dan bingung karena orang yang menghubungi nya itu tak berbicara. "Aku akan menutup."
"Tunggu jangan," Alandra menyela, dari suaranya Lex Luthor sudah tahu itu Alandra.
"(Dari mana dia dapat nomor ku.... Oh.... Saat di rumah sakit itu, dia meminta ponselku dan rupanya dia mengambil nomor ponsel ku...) Apa yang mau kau inginkan?" tanya Lex Luthor.
"Aku ingin bertanya apa kau ada waktu hari ini, mungkin kita bisa bertemu?"
"Aku sedang ada di taman, jika mau, kemarilah sebelum aku pergi," kata Lex Luthor.
"Oh baiklah... Aku akan ke sana. (Apa dia benar benar tipe orang yang suka melihat luar, kupikir dia orang yang sibuk,)" pikir Alandra sambil berjalan pergi ke taman.
Sesampainya di taman, dia melihat dari jauh Lex Luthor terduduk di salah satu bangku taman dengan posisi menyilangkan kakinya seperti duduknya gadis yang menawan.
"(Itu dia, dia tampak sangat masih menawan, mengapa aku begitu beruntung... Tapi, ketika aku melihat dia ada di sana, seperti nya dia terlihat sangat sedih... Apa luka saat itu masih terasa? Padahal baru satu hari tapi ia sudah terlihat sembuh begitu, aku benar benar heran pada tubuhnya yang kuat,)" Alandra terdiam lalu terpikir sesuatu, ia berbalik dan berjalan pergi padahal dia belum bertemu Lex Luthor.
"(Haiz... Apa yang harus kulakukan seharusnya.... Ini mulai kacau...)" Lex Luthor terdiam berwajah putus asa.
"(Kediaman itu dan pekerjaan ayah sendiri.... Aku benar benar payah, jika aku memang harus mengangkat orang untuk memegang salah satu, harusnya aku memilih orang yang tepat dan dapat di percaya, tapi... Siapa?)" ia menghela napas panjang.
"(Aku benar benar tidak tahu lagi, mau bagaimana lagi memang nya... Padahal aku membangun bisnis dengan usaha ku sendiri untuk di tunjukan pada ayah, tapi kenapa dia malah mati begitu saja tanpa melihat pencapaian ku, sekarang dia malah menyerahkan pekerjaan besar nya padaku, jika aku tahu kau akan mati begitu, aku juga tak akan susah payah dan mati matian membangun bisnis dengan usaha ku sendiri... Apa yang harus aku lakukan sekarang.)"
Tapi tak di sangka sangka ada yang memberinya es krim kotak panjang berwarna putih.
Dia menoleh dan menengadah ke orang yang memberinya es krim itu dan rupanya itu adalah Alandra berdiri tepat di depannya.
Rupanya juga Alandra tadi pergi meninggalkan nya sebentar untuk membeli es krim.
"Maaf lama," kata Alandra. Tapi wajah Alandra menjadi terkejut melihat ekpresi Lex Luthor yang terdiam kaku menatap ke tubuh Alandra.
"(Yeah.... Aku mungkin menemukan orang yang terpercaya di sini.)"
--
"Apa yang kau lakukan?" tatap Lex Luthor pada Alandra yang masih berdiri mengulur kan es krim putih yang ia bawa di satu tangan nya untuk Lex Luthor.
"Ini... Untukmu... Putih untukmu, hitam untukku," kata Alandra, dia juga memegang es krim potong berwarna hitam. Sepertinya warnanya dari coklat hitam.
"Terima kasih," Lex Luthor menerimanya. Lalu Alandra duduk di sampingnya. "Maaf telah mengganggu waktumu."
"Tak perlu minta maaf, aku hanya kebetulan di sini."
"(Dia kebetulan di sini? Apa dia semacam sesuatu yang selalu kebetulan bertemu dengan ku saat itu, hingga akhirnya aku memang benar benar mengambil nomor ponsel nya dan dia tidak menolak ku sama sekali,)" pikir Alandra.
"Hei, apa kau yang mengambil nomor ponsel ku ketika di rumah sakit itu?" lirik Lex Luthor seketika wajah Alandra menjadi terdiam.
"(Aku baru saja memikirkan nya dan sekarang dia pasti akan mengatakan untuk menghapus nomor nya, karena dia tak suka,)" pikir kembali Alandra dengan pasrah menunggu perkataan Lex Luthor yang lain.
"Kau harus tahu, sebelum mengambil nomor ponsel ku, aku seperti nya harus memberitahumu bahwa itu akan percuma jika kau menyimpan nomorku, karena ponsel ku sering rusak dan membuat ku ganti nomor," kata Lex Luthor. Rupanya dia tidak mengatakan sesuatu yang membuat hati Alandra terluka.
"Kenapa begitu?" tatap Alandra dengan bingung.
"Yah, hanya sesuatu, yang jelas ponsel ku itu gampang rusak jadi untuk sementara ini mungkin tak apa jika kau menyimpan nomorku," kata Lex Luthor.
Di saat itu juga, Alandra berpikir bahwa ponsel Lex Luthor selalu rusak itu karena dia menggunakan nya untuk menghantam orang. "(Mungkin pikiran ku ada benar nya...) Lalu, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Alandra.
". . . Memikirkan apa?"
"Ketika aku melihat mu di sini, kau seperti sedang memikirkan sesuatu dan itu pasti sangat mengganggu di kepalamu," tatap Alandra.
"..... Ini bukanlah apa apa untukmu," balas Lex Luthor.
"(Dia masih tak mau mengatakan semuanya padaku, apa yang harus kulakukan agar membuatnya percaya padaku,)" Alandra menjadi terdiam berpikir.
"Ngomong ngomong kau benar benar masih menjadi mahasiswa?" tanya Lex Luthor. Mereka masih ada di tempat mereka tadi, yakni di salah satu bangku taman.
"Ya, masih ada waktu satu tahun lebih lagi sebelum kelulusan."
". . . Berapa lama?"
"Sekitar 13 bulan lagi."
"Kau sudah putuskan akan kemana?" tatap Lex Luthor. Tapi siapa sangka, Alandra terdiam khawatir.