webnovel

Keluar dari akademi.

Lalu menggaruk kepala belakangnya seraya menatapku dengan wajah bingung dan terkejut, ternyata selama ini kakak sudah tahu bahwa Tuan Zerlord itu seorang...

"Aku tidak ingin mengatakan ini, selama ini aku mencoba un—"

"Untuk membunuh Saya dan kakak Saya padahal Saya masih belum membahagiakan Ayah, Ibu dan Kak Silva. Saya sudah memutuskan bahwa Saya akan keluar dari Akademi, Terima kasih atas bantuan Tuan Zerlord selama ini."

Aku berjalan melewati Tuan Zerlord tapi di hadang oleh Beliau. Apa perasaan ku atau bagaimana?Aku mendengar sedikit suara gemetar dari Tuan Zerlord.

Tuan Zerlord menundukkan kepalanya sambil menggenggam kedua tanganku karena Tuan Zerlord berada di depanku. Beliau gemetar bahkan mulutnya juga ikut gemetar seakan Beliau ingin mengatakan sesuatu padaku.

Tapi...

Aku melepaskan kedua tangan Tuan Zerlord lalu berjalan melewatinya dengan wajah sedih aku membuka pintu lalu menutupnya kembali. Sesaat setelah aku menutup pintu terdengar suara keributan di lantai bawah,

Dengan berlari aku ke sana dan melihat Kakak dan Kenari saling bertarung, aku terdiam sejenak dan berpikir bahwa selama ini Kakak bisa bela diri dan gaya bertarungnya itu sangat terlatih.

Kalau Kenari memang kekuatan fisiknya bukan main-main tapi dia setara dengan Kakak, tanpa menunggu lama-lama aku berjalan mendekati mereka berdua lalu...

"BERHENTI!!!"

Kakak dan Kenari langsung berhenti bertarung, Kenari langsung tertawa terbahak-bahak seraya mengusap air mata yang keluar akibat dia tertawa terbahak-bahak.

Kenari mendekatiku dengan wajah yang sangat puas akan sesuatu, di saat yang sama Tuan Zerlord datang dan terlihat sangat marah. Beliau berjalan dengan cepat ke arah kami tapi saat Beliau jalan seluruh kaca di sekitar lorong ini tiba-tiba bergetar.

Kakakku mendatangi ku lalu menarik tangan kananku agar menjauh dari Tuan Zerlord. Aku dan Kakakku langsung pergi dari sana menuju ke apartemen dengan jalan kaki tapi sempat di hentikan Tuan Zerlord.

Namun, kami tetap pergi dari sana meninggalkan Kenari dan Tuan Zerlord di lorong yang di penuhi siswa lainnya termasuk teman-temanku. Saat sampai di apartemen aku duduk di kursi yang ada di ruang tamu lalu...

"Kak, Tuan Zerlord itu sebenarnya seorang pembunuh bayaran, bukan?"

"Cliva, apa kau mau kita tinggal di desa yang letaknya jauh dari sini? Maafkan kakak.... itu benar, Zerlord adalah pembunuh bayaran yang sangat lihai tapi sayangnya dia adalah orang yang sangat penasaran akan hal yang berbeda dari dirinya."

Kakak mulai bercerita, "Zerlord, dia memiliki kedua kakak laki-laki yang memiliki sifat unik tapi keunikan itu membuat mereka terpecah-belah. Zerlord dan Wilio tidak pernah mengungkit pembicaraan mengenai kakak tertua mereka...

Karena mereka cukup membencinya atau bahkan sangat membencinya, dari kabar yang kudengar kekasih Zerlord di bunuh oleh kakak tertuanya itu di depan matanya begitu juga dengan Wilio.

Akibat dari hal itu Wilio selalu terlihat biasa saja(Tidak syok) setelah sepeninggalnya kekasihnya tapi saat serius dia benar-benar mengerikan, layaknya pemain aktor dia bisa berperan jadi siapa saja tapi di baliknya itu...

Hmm... selanjutnya Zerlord setelah sepeninggal kekasihnya dia kehilangan tujuan hidup dan tak memiliki perasaan tapi sekarang dia tampak... lebih ganteng." Akhir cerita dari Kakak.

Bagian akhir cerita, aku memasang wajah datar tapi di tengah cerita aku merasa sangat sedih. Tapi bukannya Tuan Zerlord itu punya tunangan? banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalaku tapi yang kutanyakan ke Kakakku...

"Kakak dapat informasi sedetail ini dari mana?"

Sesaat setelah aku mengatakan itu Kakak langsung tertawa kecil sambil pergi ke kamar untuk beres-beres. Saat tengah hari, aku mulai beres-beres karena sore ini kami akan pergi dari sini.

Di tempat lain...

Tuan Zerlord berjalan menuju ke perusahaan Tuan Wilio karena pelajaran telah usai, dan pada saat sampai dia langsung menuju ke ruangan Tuan Wilio.

Saat sampai, Tuan Zerlord membuka pintu seraya menundukkan kepalanya. Tuan Wilio yang terkejut melihat Tuan Zerlord datang dengan kepala menunduk dia langsung mendatangi Tuan Zerlord lalu mengelus kepalanya dengan lembut.

"Aku yakin di kesempatan berikutnya kau bisa mengatakannya... jadi jangan menyerah!"

"Padahal kami sudah bertemu tapi... aku tidak bisa mengatakan terima kasih dengan benar. Aku belum mengatakannya tapi dia sudah pergi jauh!"

Kejadian beberapa waktu lalu...

Sudut pandang Tuan Zerlord!

Aku menaiki mobil dan melihat seorang perempuan yang pingsan di tengah guyuran hujan yang sangat deras dan pada saat kulihat perempuan itu...

Dia kembali lagi untuk kedua kalinya, Selia kembali di hadapanku dan pada saat aku membawanya ke rumah sakit banyak dokter berkumpul untuk membicarakan mengenai eksperimen yang akan mereka lakukan.

Orang yang menjadi eksperimen adalah Silva. Aku terkejut jadi aku membungkam mereka semua dengan kekerasan dan semua dokter langsung minta ampun serta akan membatalkan eksperimen itu.

"Tak kusangka kau membantuku!"

"Silva, sudah hampir tiga tahun kita tidak bertemu sebaiknya kau istirahat mereka tidak akan melakukan apa pun padamu."

"Jangan sentuh adik rapuhku dengan tanganmu, pembunuh! dia bukan Selia yang kau kenal!"

Aku sangat terkejut dan tidak percaya tapi Silva tidak terlihat berbohong. Setelah mengatakan itu dia kembali ke kamarnya sedangkan Selia di rawat di ruangan lain.

Aku pergi keluar untuk melihat cuaca sambil membeli payung di toko payung yang cukup jauh jaraknya. Aku membeli payung hitam, sesaat akan menuju ke sana aku melihat Selia yang sedang berada di halte bus.

Saat aku mendekati halte bus, aku hanya memastikan dia Selia atau bukan jadi aku ikut duduk di halte bus. Busnya sampai dan Selia masuk ke dalam karena penasaran aku ingin mengejarnya.

Setelah bus berangkat aku berdiri dan mengejarnya tapi Kakak pertamaku datang menghadangku. Jadi, aku tidak bisa mengejarnya...

"Dia adalah Cliva bukan Selia yang kau kenal! Kau masih saja cengeng gara-gara satu cewek itu. Meskipun dia berpenampilan berbeda dari Selia tapi wajahnya tetap saja sama."

Setelah di hadang dan di beri tahu kalau dia bukan Selia plus ceramah dan hinaan yang di lontarkan kakak pertamaku, akhirnya aku bisa kabur darinya meski butuh waktu yang cukup lama sesaat setelah kabur darinya hujan berhenti menguyur kota.

Aku langsung di seret oleh kakak pertamaku. Sejak saat itu aku masih percaya kalau dia adalah Selia bahkan sifatnya juga sama tapi tetap saja dia terlihat berubah mulai dari warna rambutnya.

Sudut pandang Cliva!

Di tempat lain, aku dan kakak sudah beres-beres barang kami dan sudah di masukkan ke dalam mobil yang kakak sewa untuk mengantar kami ke desa.

"Semua urusan Akademi akan kakak tangani jadi kau pergi duluan saja!"

"Baiklah... tolong sampaikan salamku pada ayah dan ibu."

Kakak hanya tersenyum lalu aku masuk mobil dan mobilnya berangkat dengan kecepatan sedang. Selamat tinggal Kota Sun Rise aku pasti akan kembali nanti...