webnovel

Lusa yang Dinanti

Hari berlalu dengan cepat. Kini sudah waktunya bagi kaum Mensis untuk membeli daging di tempat Adoria. Tampak Cleon bersolek layaknya perempuan. Ia mematut dirinya di depan kaca cukup lama, menata penampilannya dengan begitu teliti. Ia berpose dengan apik di sana, hingga omega pribadinya terkekeh geli.

"Apa tidak bagus, Nia?"

Nia, -nama dari omega pribadinya- berhenti tertawa. Ia membicarakan hal yang agaknya membuat tuannya khawatir karena terlihat kernyitan di dahi Cleon disertai tatapan ragu saat menatap Nia. Lantas ia menjawab, "Tidak, tuan. Hanya saja tuan sepertinya sangat menyukai calon mate tuan karena tuan hanya begini saat tiba waktunya membeli daging di pondok Nona Adoria."

Cleon malu, wajahnya memerah. Ia tak tahu kalau ucapan wanita berusia tiga tahun lebih tua darinya itu mampu membuatnya tersipu malu seperti ini. Sepertinya memang tak bisa disembunyikan lagi fakta bahwa Cleon sangat mencintai calon matenya itu. Seluruh penjuru benteng sudah tahu hal ini layaknya kabar mengenai Nikk yang sangat menantikan Luna-nya.

"Kau selalu bisa membuatku salah tingkah begini, Nia. Kau sendiri, bagaimana dengan calonmu?" tanya Cleon sambil mengikat sepatu dari kulit miliknya. Nia tidak membantu karena Cleon memang lebih senang mencocokkan dan memakainya sendiri.

"Tuan, apa mau saya bantu rapikan sedikit rambut anda? Sepertinya agak berantakan."

"Kau selalu mengalihkan topik pembicaraan. Hm, baiklah, tapi ceritakan soal calonmu juga. Sudah lama aku tak mendengarnya."

Nia menghela napasnya lalu tersenyum. Ia pun menyentuh surai pendek milik Cleon dan mulai menatanya dengan baik. Terlihat jelas tatanannya tampak amat sempurna sekarang.

"Tuan mau tahu keadaan calon mate saya? Dia baik saja, tuan. Hanya ia masih bertugas di klannya saja jadi belum sempat mengambilku di sini."

"Kau yakin akan pergi bersamanya?"

Cleon melirik Nia dari kaca di hadapannya. Ia melihat Nia tersenyum bahagia di sana. Memang tak rela, tapi apa boleh buat.

"Yah, kau pasti sangat menyukainya. Pria itu gagah dan pembawaannya begitu dewasa. Cocok untukmu yang anggun dan keibuan."

"Tuan bisa saja. Sejak dua hari lalu, tuan selalu menyebut hari ini, lusa yang tuan nantikan karena akan bertemu Nona Adoria. Saya harap tuan juga bisa berbahagia kelak."

"Ya, terimakasih Nia. Kapan pun kau akan di ambil, aku juga mendoakan yang terbaik untukmu."

Nia bergeser dan beranjak pergi dari kamar Cleon. Sebelum itu tentu saja ia mengatakan kalau Cleon sudah tampan dan Adoria pasti akan terpesona. Selalu saja begitu. Nia pandai membuatnya malu.

Cleon berjalan keluar kamar menuju kamar Nikk. Ia mengetuk dan masuk begitu saja. Sudah kebiasaan baginya mengetuk dan langsung masuk meski tak ada jawaban dari Nikk. Nikk juga tak akan marah karena Cleon adalah adik kesayangannya. Cleon melihat Nikk masih pulas tertidur. Di sana tidak ada Lea. Mungkin itu sebabnya kakaknya ini masih terlelap. Lantas ia pun menggoyangkan badan Nikk dengan kuat dengan maksud membangunkannya.

"Hm, Cleon?"

Suara Nikk serak sekali. Ia meminta air pada Cleon untuk membasahi tenggorokannya. Tentu saja itu ia lakukan dengan gerakan dan bukan dengan kata-kata.

"Iya, ayo bangun Nikk. Hari ini kau bukannya mau ikut ke pondok Adoria? Mana tahu ada Deana di sana. Dari lusa lalu aku sudah melihatmu gelisah memikirkannya. Sudah seperti takut di ambil yang lain saja. Haha...."

Wajah Nikk merah padam mendengar ucapan Cleon yang begitu gamblang. Betul-betul bawahan kurang ajar. Yah, meski begitu, Nikk tidak sungguh sebal padanya, ia hanya akan memasang wajah garang di depan Cleon.

Cleon segera beranjak dari kasur itu dan pergi dari kamar Nikk. Ia membiarkan lelaki itu bersiap sendiri. Sementara menunggu, ia keluar guna melihat Schouts yang baru saja masuk hari ini. Terlihat Gamma sedang memberikan pengarahan dan ada juga di sana beberapa Warrior yang berkeliling memandangi wajah junior mereka satu persatu. Cleon hanya tersenyum mengingat dirinya pun dulu pernah mengalami hal itu. Ia menanjak karirnya hingga kini diberi kepercayaan menjadi Beta.

Tak lama Nikk keluar dan mendapati Cleon tengah mengamati para Schout muda di depan sana. Dengan tanpa banyak mulut, ia menarik baju Cleon dan menggiringnya menjauh dari sana.

"Aduh! Kau ini seperti tidak punya mulut saja!"

"Kau sedang nostalgia kan? Kalau aku banyak mulut, akan lama jadinya. Lebih efisien kalau seperti ini."

Cleon mendecih mendengar ucapan Nikk yang menyulut emosinya. Tapi lagi-lagi ia tak jadi marah karena Nikk adalah pemimpinnya. Ia tahu, marah hanya akan menumbuhkan benih benci dalam dirinya. Kalau itu terjadi, maka klan itu akan terancam pecah.

"Lain kali jangan begitu. Kalau masih begitu, jangan salahkan aku kalau kau kupukul."

"Iya iya, tapi kau itu memang harus dibeginikan agar mempersingkat waktu. Kau lupa kalau kau sering bercerita tentang masa lalu kalau aku membuka mulutku?"

"Oh, ya? Haha...."

Nikk berjalan mendahului Cleon setelah ia melepaskan genggamannya dari baju Cleon. Mereka dengan cepat tiba di depan gapura desa. Ia mencium sesuatu yang janggal. Meskipun kini desa itu terlihat rapi, masih ada sisa-sisa kekacauan tempo hari perkara penyerangan misterius dari bangsa werewolf. Mata mereka melirik ke kanan ke kiri untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Dalam hati, Nikk berpikir keras tentang mengapa ia tak tahu sama sekali insiden ini. Ia melupakan fakta bahwa Watcher sedang mencari informasi keluar perihal Dentes dan klan lain di luar sana yang masih satu lingkup dengan Mensis.

Akhirnya mereka tiba di kediaman Adoria. Tak banyak terlihat daging segar di sana seperti biasanya. Hanya ada beberapa saja yang menggantung. Itu membuat hati Cleon berdesir sedih. Ia juga bertanya-tanya kapan desa ini diserang sampai mereka tak tahu sama sekali.

"Nikk, kau tahu sesuatu tentang ini?"

"Bagaimana bisa? Hari ini adalah hari pertama bangsa kita diizinkan keluar, kecuali Watcher itu. Ia tak mengirimkan informasi karena ia masih dalam masa tugas sejak seminggu yang lalu."

Cleon bergegas menghampiri Adoria yang ada di pondok dagingnya. Ia terlihat menghela napasnya berat dan menunduk sehingga tak mengetahui kehadiran Cleon dan Nikk di sana.

"Nona Adoria?"

"Oh! Ya? Rupanya anda Tuan Cleon dan Tuan Nikk. Daging kami sedang tidak banyak dan persediaan ini pun bukan yang baru."

Cleon menggeleng dan berkata tak masalah. Yang terpenting dagingnya tidak busuk.

"Apa yang terjadi di desa, Adoria? Kenapa terlihat sisa-sisa peperangan di sini? Bahkan pondokmu saja terlihat mau rubuh begini."

Adoria menghela napas dan menatap Cleon dengan tak karuan. Bingung harus memulai dari mana agar ceritanya mudah dipahami.

"Mungkin saya akan menceritakannya nanti setelah saya membawa anda pada Deana. Ia ingin menanyakan sesuatu. Saya rasa di sana adalah tempat terbaik untuk membicarakannya karena Tuan Nikk akan leluasa berpendapat."