webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · realistisch
Zu wenig Bewertungen
279 Chs

Rasanya Bekerja

Pra melakulan kegiatan itu selama 8 jam, dan juga ia nampak terlihat begitu lelah. Minum yang di bawanya pun juga hanya menyisakan botolnya saja, ternyata begini lelahnya bekerja? Dan harus mengulangi kegiatan yang sama setiap harinya? Apakah Pra mampu melakulannya? Ahh, masa seorang Pra yang mempunyai jiwa muda tidak mampu bekerja 8 jam sehari.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, Pra juga bingung bagaimana caranya ia untuk pulang? Apakah akan di jemput oleh pak Sul menuju laboratorium? Apa pak Sul audah menunggu di parkiran motor?

Karena pak Sul yang belum datang ke sini, Pra berinisiatif datang ke parkiran. Jalan dengan hati yang senang, Pra mendapatkan teman baru, pengalaman baru dan juga kegiatan baru yang cukup menyenangkan.

Ternyata rekan kerja tidak seburuk yang Pra kira, mereka yang berada di laboratorium memiliki hati yang baik semua. Ya meskipun candaannya melewati batas, tetapi itu hanya sebuah candaan yang mereka maksudkan.

Dari kejauhan Pra sudah melihat pak Sul yang berada di parkiran, dan Pra mempercepat langkahnya.

"Gimana hari pertama kamu?" tanya pak Sul setelah Pra sampai di parkiran motor.

"Berjalan dengan lancar" jawab Pra.

"Bagus deh, semoga bisa betah ya kerja di sini. Ya begini lah suasana kerja, jangan gampang di masukin hati omongan orang. Kalo menurut kamu nggak penting jangan di buat pusing, anggap aja masuk telinga habis itu keluar lagi, sesimpel itu Pra. Dan beda lagi dengan perkataan orang yang mampu membuatmu lebih baik, itu harus di ingat-ingat. Okay?" setelah memberi wejangan ke Pra, pak Sul langsung mengambil motornya dan bergegas untuk pulang.

Pak Sul sudah bekerja di sini selama 20 tahun lebih, hebat. Seusia Pra sekarang. Ini juga merupakan pabrik peninggalan zaman penjajahan Belanda pada masa itu, semua mesin-mesinnya, bangunannya terlihat sangat kokoh dan kuat. Apalagi pabrik ini sudah ratusan tahun berdiri. Memang bangunannya terlihat seperti sudah tidak terawat dan kotor. Tetapi, semua mesin di sini masih berjalan dengan normal, meskipun terkadang ada mesin yang rusak dan bisa di benahin kembali.

Pak Sul di sini sudah menjadi terkenal karena masa kerjanya yang sudah 20 tahun lebih, banyak orang yang mengenal pak Sul. Mulai dari proses produksi sampai ke bagian kantor, semua kenal.

Pak sul juga pernah bercerita, dulu sewaktu pertama kali kerja hanya di bayar dengan 80 ribu rupiah sebulan. Dan sekarang sudah naik dengan drastis, apalagi pak Sul juga karyawan tetap pabrik sini.

Tak terasa mereka berdua sudah sampai di rumah, dan Pra langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Padahal sewaktu di laboratorium memiliki ruangan yang ber-ac.

"Praaa, dari mana aja lu?" tanya Evan, karena sedari siang tidak melihat sosoknya.

"Napee" jawab Pra singkat.

"Di tanyain malah jawab gitu doang, gimana sih lu. Gue ulangi lagi, lu darimana aja sih?"

"Kerjaa lah!"

"Lah, kerja sama bapak?" tanya Evan, karena melihat mereka berdua menaiki sepeda motor bersama ketika pulang.

"Iyalah, siapa lagi?"

"Emang lu bisa kerja, Praa? Mending lu daftar aja jadi musisi, atau ciptain lagu. Kan setiap hari lu mainin tuh gitar" ledek Evan yang membuat Pra jengkel.

"Main gitar aja gue bisa, apalagi kerja?" jawab Pra dengan sombong agar Evan tak meledeknya lagi.

"Yaudah sono mandi, bau lu" setelah mengucapkan itu, Evan langsung pergi lagi entah kemana.

Satu pengganggu pergi, satu lagi datang, "Pra" kata Anto.

"Apaa lagi ini? Ada saja perasaan yang mengganggu gue mandi"

"Ini gue mau nembak cewek, gimana caranya?"

"Ya tinggal bilang suka" Karena Pra sudah kesal, dan juga ingin segera mandi ia menjawabnya dengan sangat singkat dan padat.

Pra langsung berjalan menuju kamar mandi, "Udah gue mau mandi dulu, tar aja gue ajarin" Pra melambaikan tangannya.

Setelah mandi, Pra merasakan tubuhnya menjadi segar kembali dan langsung pergi ke kasurnya, "Kalo masuk malem gimana vibesnya ya? Apakah akan sepi orang? Bukahkah pabrik itu peninggalan Belanda? Angker dong?"

Memang benar, pabrik tersebut sangat banyak penghuni mahluk halusnya. Bahkan, terkadang banyak orang yang di hantui di sana. Yang lebih parah adalah ada yang sampai meninggal, tetapi Pra belum mengetahui kejadian orang yang meninggal di pabrik.

Setiap tahun pasti ada saja orang yang meninggal di sana, entah karena terjatuh dari atas, kesetrum, dan lain-lain.

Harus berhati-hati intinya kalo bekerja, dan juga terus berdoa meminta keselamatan.

"Praaa, katanya mau bantuin gue sehabis mandi. Eh malah bengong di kasur" kata Anto.

Pra menghembuskan napas berat, "Hmmm, iya gue bantu. Sini, ceritain ke gue apa masalahnya"

Karena Toni tidak ada di kasurnya, Anto langsung menempatinya, "Jadi, gimana cara nembak cewek yang harus di terima?"

Pra kaget dengan perkataan Anto yang harus di terima, "Lah? Kan elu sendiri yang tau apakah si cewek itu suka sama elu apaa kagak"

"Iya tiap hari gitu gue telfon dia, kalo nggak kita ketemuan. Rumahnya agak jauh sih dari sini" jawab Anto.

"Terus terus?"

"Kalo terus terus ya nabrak tembok, Praa!"

"Maksudnya terus gimana lagi cerita lu tadi, gue ingin tahu"

Anto terkekeh karena Pra yang begitu polos, "Nah, gue ada rasa sama dia. Langsung ungkapin aja? Lewat telfon apa mending ketemu dia langsung? Kayaknya kalo ketemu langsung mental gue nggak kuat, Pra"

"Emang mental lo lemah, bilang suka aja nggak kuat. Lu kan laki laki nih ya, kalo jentel tuh ya ketemuan langsung lah. Ajak dia ke suatu tempat yang romantis, viewsnya bagus, dan buat dia senang. Terus ya lu awalin topik, kayak suka nggak di tempat ini dan lain-lain. Kalo udah, baru lu bilang serius sama dia. Panggil namanya dulu, lalu bilang suka aja udah. Udah gitu aja, semuanya tergantung di lu sendiri!"

"Kalo gue di tolak gimana, Pra? Rugi dong gue udah ajak ke tempat yang romantis?"

"Yaa elu gak boleh mikir kayak gitu, kan buat orang yang lu suka masa perhitungan banget soal uang? Dah lah gue mau tidur dulu, capek!" Pra menutup wajahnya dengan selimut, agar Anto tidak mengganggunya lagi. Karena menurut Pra, menembak cewek adalah hal yang mudah di lakukan.

"Ahh, gak asik lu. Yaudah makasih informasinya, gue akan lakukan nanti malam ketemuan langsung sama dia, karena apa? Gue laki-laki yang jentel!"

Pra tidak menggubrisnya lagi karena tubuhya sudah capek ingin istirahat, dan Anto pergi dengan sendirinya.

Hari pertama bekerja lancar, semoga saja hari-hari berikutnya juga lancar. Jikalau ada yang tidak lancar, semoga Pra bisa menghadapinya dengan baik dan kuat.