webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · realistisch
Zu wenig Bewertungen
279 Chs

Obat

"Zelsa, ayo kita sarapan!" ajak Zahra sambil tersenyum ramah.

"Baik tante," jawab Zelsa sambil menganggukkan kepala.

"Jangan tante dong, bunda saja ya biar sama kaya Avin manggiilnya," pinta Zahra.

"Iya tan, eh bund maksudnya hehe," jawab Zelsa sambil menampakkan cengirannya malu-malu.

"Kamu sudah baikan kan zel?" tanya Zahra yang menunjukkan ke khawatiran.

"Sudah kok bun," jawab Zelsa sambil mengulas senyum khasnya.

Zahra dan Zelsa menuruni tangga sambil mengobrol. Membuat dua laki-laki yang sedang menunggu di meja makan mengalihkan atensinya pada dua perempuan yang sedang menuruni tangga. Sesampainya di meja makan Zahra dan Zelsa duduk bersisihan, tidak lupa Zelsa menyapa Senno dan Avin.

"Pagi om, pagi kak," sapa Zelsa dengan ramah serta tersenyum ramah.

"Panggil ayah saja Zel, biar sama kaya Avin," usul Senno.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com