webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · realistisch
Zu wenig Bewertungen
279 Chs

Kehilangan

Sesampainya di rumah sakit Avin segera di larikan ke ruang UGD, Zelsa di hadang oleh dua suster ia tidak boleh ikut masuk ke UGD. Beruntung Zen dan ketiga temannya datang, dengan cepat Zen menarik tangan Zelsa untuk menjauh dari pintu UGD. Zelsa merasa bersalah karena seharusnya dia lah yang tertembak bukan Avin.

"Kak bagaimana jika kak Avin tidak selamat hiks," ucap Zelsa sambil terisak.

"Zel, lo gak boleh ngomong begitu. Avin pasti bisa bertahan," sahut Zen yang mencoba menenangkan Zelsa.

"Zel, sebaiknya lo kabarin orang tua lo sama orang tua Avin. Keadaan Avin kali ini lebih parah dari yang kemarin," timpal Rival yang berada di hadapan Zelsa.

"Ta-tapi kak, aku takut hiks," jawab Zelsa dengan terbata.

"Biar gua yang ngabarin kalau begitu," sahut Rival dengan cepat dan langsung melenggang pergi menuju rumah orang tua Avin.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com