"Gak ngerti, si abang yang ngerti," jawab Ema lemas.
"Ya udah, bawa hp Dirga ke sini. Gue yang undur deh. Lagian kalau panas Dirga masih kek gini, yang ada ga diizinin buat masuk juga ke dalam pesawat."
"Ntar si abang marah." Ema takut Dirga marah kalau dia membatalkan secara sepihak, tanpa diskusi sama Dirga terlebih dahulu.
"Gak akan marah. Ambil gih," suruh Satria dengan santai.
"Ya udah bentar. Tapi nanti gue harus bilang bunda sama Abi soal pengunduran ini."
Ema masuk lagi ke kamar Dirga, mau ambil HP abangnya itu diam-diam. Dirga masih memejamkan matanya. Sepertinya dia beneran pusing.
Untung saja Dirga gak sadar saat hp nya diambil oleh Ema di atas meja.
"Nih bang, udah gue buka juga kuncinya." Ema memberikan hp Dirga agar Satria bisa undur waktu penerbangan.
"Jadi hari Senin aja gimana? Atau gak Selasa?" tanya Dirga.
"Senin"
"Oke Senin ya. Dah nih, udah gue bayar juga."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com