Hari pernikahan tiba. Ryan dan Lia telah resmi menikah dimata hukum negara dan hukum agama. Leonard dan Chia yang mendampingi Lia sangat bahagia melihat Lia mendapatkan laki-laki yang bertanggung jawab padanya. Ryan juga terlihat makin jatuh cinta pada Lia dikarenakan kebaikan hatinya, Alexa sangat terharu melihat mereka menikah.
"Hei, buat ntar malam uda minum obat kuat belum?", bisik Alexa menggoda Ryan.
"Ngga perlu obat kuat, aku bisa melakukan berkali-kali. Menyesal ya ngga menikah denganku?", bisik Ryan membalas.
"Sorry ya tuan Ryan Maxwell, tidak pernah ada kata menyesal dalam kamus hidup Alexandria Pratama", ujar Alexa tersenyum.
Ryan tertawa kecil namun ia merasakan dingin dari sisi kirinya, serta merta ia menengok ke arah kiri dan ia melihat Nathan sedang menatapnya tajam dengan api cemburunya.
"Waduh sama adik kandung sendiri segitu cemburunya, noh lihat singamu bentar lagi mengaum", ujar Ryan sambil menyenggol bahu Alexa yang makin membuat gelap muka Nathan.
"Akh dia bukan singa, dia rajanya iblis. Lebih baik aku menjauh daripada harus dipaksa melayani dia di ranjang nanti", ujar Alexa langsung bergegas menjauhi Ryan.
Ryan terlambat mengambil tangan Alexa untuk menghentikan nya, Nathan berjalan cepat melewati Ryan yang menyengir padanya karena Nathan mengejar mengikuti langkah Alexa.
"Rupanya mereka sedang perang dingin ya?", ujar Lia berbisik pada Ryan.
"Sepertinya begitu, dia kabur saat melihat kak Nathan. Eh kamu jangan seperti Alexa ya, kamu harus melayani aku nanti malam di ranjang", bisik Ryan yang membuat memerah muka Lia.
"Isssh pelan-pelan ya. Yang pertama kemarin sakit sekali tau walaupun kedua kalinya aku mulai menikmati", bisik Lia pelan.
"Mulai nanti malam aku bukan hanya meminta melakukannya 2 kali loh, bisa berkali-kali", ujar Ryan makin menggoda Lia.
"Sudah akh jangan menggoda ku lagi", ujar Lia lalu duduk di bangku singgasana nya.
Ryan pun kemudian duduk disebelah Lia. Tak lama photograper meminta kedua pengantin berpose untuk membuat dokumentasi pernikahan mereka.
Nathan berhasil mengejar Alexa dan memeluk pinggang Alexa saat ia sudah didekatnya.
"Mau lari kemana kamu. Jangan sampai aku membopongmu masuk ke kamar sekarang juga ya", bisik Nathan dengan emosi.
"Siapa yang lari si Nathan. Aku mau pipis nih. Lepaskan aku, ntar aku ngompol lagi. Lepaskan", ujar Alexa berusaha melepaskan diri dari cengkraman Nathan.
"Cium aku dulu baru aku lepaskan", ujar Nathan yang serta merta membuat Alexa langsung mencium pipi Nathan.
"Bukan dipipi tapi disini", ujar Nathan sambil menaruh telunjuk nya diatas bibirnya.
"Malu Nathan, banyak orang nih", bisik Alexa.
"Atau kamu mau aku membopongmu ke kamar?", ujar Nathan menatap tajam.
Alexa langsung mencium bibir Nathan dan Nathan langsung melepaskan tangannya. Setelah pelukan Nathan lepas, Alexa langsung berjalan cepat ke arah toilet.
"Nathan, sebentar nak", ujar Albert mencegah langkah Nathan mengejar Alexa.
"Kenapa pa?", tanya Nathan sopan.
"Tadi pengacara menghubungi papa. Orang tua Linda mau bertemu dengan kita memohon agar kita mencabut laporan kita soal anaknya. Papa sudah bilang kita tidak akan bernegosiasi", ujar Albert.
"Iya pa, jangan beri kesempatan orang itu melukai orang lain lagi", ujar Nathan gemas.
"Tapi orang tuanya memohon mohon dan bahkan besok mereka akan datang ke kantor kita untuk menemui kamu atau papa. Papa si akan tetap pada keputusan papa tidak akan melepaskan perempuan itu. Yang papa takutkan mereka membawa wartawan untuk mendukung mereka", ujar Albert.
"Aku yang akan temui mereka besok pa", ujar Nathan tegas.
"Oke papa serahkan tugas ini padamu ya. Ya sudah sana tangkap lagi kelinci mu. Sepertinya kelinci mu mulai nakal ya kabur terus dari kamu. Pantas saja kemarin kamu langsung menikahi dia biar dia tidak lari lagi", goda Albert sambil menepuk lengan Nathan dan kemudian berlalu menyapa rekan bisnisnya yang datang.
Nathan langsung berjalan menuju ke arah toilet dan pada saat yang sama Alexa keluar dari toilet. Saat melihat Nathan, Alexa berbalik badan akan berjalan ke arah lain namun ia kalah cepat karena Nathan sudah menangkap tangannya.
"Mau kemana lagi kelinci nakal. Sudah akh, aku lelah dengan permainan tangkap kelinci ini lagi. Aku lapar. Ayo kita makan bersama", ujar Nathan lembut.
"Kamu janji dulu jangan mabuk lagi. Aku ngga suka orang mabuk. Kalau kamu mabuk lagi, aku akan kabur dari rumah", ujar Alexa mengancam.
"Iya ngga lagi sayang. Aku akan minum hanya sesuai batasanku, ngga akan mabuk lagi", ujar Nathan.
Alexa menatap mata Nathan dan ia menemukan kejujuran di mata coklat Nathan. Kemudian dengan menggandeng Nathan ia menuju ke tempat makanan prasmanan.
"Papa memintaku mengurus soal orangtua Linda. mereka datang memohon untuk mencabut laporan kita", ujar Nathan sambil menyendokkan makanan ke piringnya.
"Kapan kamu akan bertemu mereka? Sertakan aku, aku punya suprise buat mereka", ujar Alexa tersenyum.
"Lusa saja ya. Karena besok kamu pasti tidak akan bisa bangun dari tempat tidur", goda Nathan.
"Hmm baiklah. Apa kamu sudah minum obat kuat?", balas Alexa.
"Aku tak perlu obat kuat, aku bisa memuaskanmu di ranjang", bisik Nathan.
"Aku nantikan malam ini ya", ujar Alexa datar namun mukanya memerah karena malu.
"Hah, benaran? Kamu tidak sedang menggoda ku kan? Beneran kita akan melakukan nya?", bisik Nathan senang sekali dan Alexa mengangguk.
"Aku mencintaimu Alexa", ujar Nathan sambil mencium pucuk kepala istrinya.
"Akupun mencintaimu Nathan suamiku", balas Alexa yang makin membuat Nathan kehilangan kendali dan langsung ia meletakkan piring makannya dan piring makan Alexa langsung memeluk Alexa serta mengangkat tubuh istrinya senang.
"Hei malu dilihat orang", ujar Alexa.
Nathan tersenyum lalu menurunkan istrinya dan kembali mengambil piring makan tadi yang ia letakkan. Sambil menyantap makanannya, Nathan tak hentinya melihat ke arah Alexa dan membuat Alexa makin memerah karena diperhatikan oleh suaminya. Senyum terlihat di muka Liliana dan Albert yang melihat tingkah keduanya.
"Sebentar lagi kita akan punya banyak cucu nih pa", bisik Liliana.
"Bagaimana kalau kita juga buat adonan anak satu lagi ma, aku masih kuat kok ma untuk melayani kamu", bisik Albert menggoda yang sukses membuat muka Liliana memerah.