webnovel

Aul Menolak jadi Raja Siluman Hutan

Sejalan dengan waktu, Aul semakin tumbuh, telah menjadi dewasa. Satu adik Aul tetap tinggal di hutan ini, sedangkan satu lagi adik Aul, telah pergi merantau ke hutan lain.

Pagi itu saat Aul berdua dengan Serigala Cahya di tepi sungai, menikmati cahaya matahari, datanglah Babi Hutan Siluman. Babi Hutan ingin agar ada pengukuhan raja siluman hutan. Namun, Aul menolak. "Aku lebih suka kesederhanaan. Lagi pula aku tidak mau diperlakukan sebagai seorang raja." Babi Hutan sudah bisa menduga hal ini.

Kemudian satu siluman Babi Hutan pergi ke rumah Buaya Siluman. Keduanya merencanakan acara pengukuhan. Mereka akan mengadakannya di tepi Sungai Citarum.

Maka saat itu juga, Babi Hutan itu menyuruh siluman-siluman hewan yang ada di hutan ini untuk mendorong satu batu datar ke tepi sungai. Batu ini nanti akan menjadi tempat pengukuhan Aul menjadi raja, juga sekalian berpidato.

Kemudian tentang hidangan makanan, siluman Babi Hutan bicara pada Buaya Siluman. "Bagaimana dengan ikan-ikan yang mati di sungai? Sudahkah kau kumpulkan?"

Dengan berseri Buaya menjawab. "Sudah siap Babi Hutan. Itu memang bagianku. Aul akan gembira."

"Bagaimana dengan undangan?" Babi Hutan masih cemas dengan persipan acara besok.

"Itu bagian burung-burung gagak. Berita dapat lebih cepat tersebar. Kemarin juga beritanya sudah disebar," jawab Buaya. Babi Hutan pun tersenyum puas.

Tibalah pula hari pelantikan. Sore-sore, semua hewan siluman di hutan ini telah berkumpul. Rencananya, saat matahari tenggelam, acara pengukuhan akan dimulai.

Namun, Aul belum tampak di tempat itu. Maka, Babi Hutan bersama kuda pergi ke tempat tinggal Aul.

Aul tampak sedang tiduran di mulut gua. Mendapati kedatangan Babi Hutan dan Buaya, Aul terbangun.

"Ada apa ini ya, kawan-kawan? Seperti ada urusan yang penting?" Aul bertanya dengan kaget.

Babi Hutanlah yang menjawab, "Dimohon dengan hormat Aul, agar hadir ke pinggir sungai. Semua hewan siluman hutan sudah menunggu pelantikanmu."

Aul terdiam. Kemudian merebah. Matanya diterawangkan ke seantero hutan.

Babi Hutan mengulangi permintaannya. "Ayolah Aul.. Mereka sudah menunggu. Kau tidak perlu bicara panjang-panjang. Cukup sepatah dua patah kata. Yang penting adalah acara pengukuhanmu sebagai sebagai Siluman Raja Rimba."

"Apakah tidak ada yang lebih pantas selain diriku?" Aul menyempatkan bertanya. "Bukankah di hutan sebelah utara juga ada harimau?"

Kali ini Buaya yang menjawab, "Tidak ada lagi yang cakap untuk menjadi Siluman Raja Rimba di hutan ini. Biarlah harimau siluman menjadi raja siluman di sebelah utara. Lagi pula, beberapa waktu lalu, adikmu sudah mengikhlaskan agar kau yang menjadi raja."

Aul kembali terdiam.

Kemudian, datanglah seekor burung gagak ke mulut gua. Mengabarkan bahwa di lapang telah ramai, semua siluman hewan hutan sudah menunggu pelantikan.

Aul beralasan akan mandi dahulu di Sungai Citarum bersama Serigala Cahya.

Kemudian di satu pertigaan jalan setapak, keduanya sepakat akan kabur ke satu kota, menyusuri tepi sungai Citarum.

Tetapi di tengah jalan, Aul bingung. "Apakah kita akan terus berjalan kaki hingga sampai ke tepi kota? Yang sebegitu jauhnya?"

"Tentu tidak. Di depan, kita berbelok kiri. Kita nanti akan sampai di tepi hutan, lalu naik ojek ke tepi jalan raya. Untuk kemudian naik bus."

"Baiklah."

**