Rega mengajak Angel pergi kesuatu tempat makan pinggir jalan yang lumayan ramai. Awalnya Rega ragu, karena biasanya cewe seperti Angel tidak mau makan ditempat seperti ini. Tapi ternyata salah. Justru Angel menerimanya.
"Lu kenapa kayanya seneng banget?" sedari tadi tanpa sadar Rega terus memperhatikan Angel. memperhatikan raut wajah cewe itu yang terlihat gembira.
"Aku, aku baru pertama kali ngerasain yang namanya makan dipinggir jalan. Kamu tahu aku ga punya temen, aku gak bisa makan bareng sama temen. Kalo ngajak Papa pasti papa bilang gak bagus, gak hiegenis. Tapi menurut aku sih sama aja. Yang penting rasanya." jelas Angel. Dari tadi gadis itu tak sadar jika ia sudah cukup berbicara banyak didepan Rega.
"Monoton banget ya hidup lu?" Rega langsung merasa tidak enak ketika ia refleks mengucapkannya. "Maksud gue, bukan gitu—"
Angel hanya tersenyum, tentu hal itu membuat Rega semakin merasa bersalah.
"Enggak apa, emang gitu faktanya kok."
Semua orang pasti akan mengira bahwa Angel akan baik-baik saja karena perempuan itu tidak pernah menampakkan wajah sedihnya. Hanya senyuman manis yang selalu ia perlihatkan. Tapi Rega yakin, jauh dalam lubuk hatinya sebenernya Angel tidak baik-baik saja.
"Kalo gitu kita temenan?" Rega menjabatkan tangannya ke arah Angel, gadis itu terlihat kaget.
"Kenapa? salah gue ngajak temenan?" tanya Rega memastikan.
Angel menggeleng lemah, lalu segera menjabat uluran tangan Rega yang masih setia menunggu balasan. Awalnya ragu, tapi mengapa tidak mencoba saja? Angel juga yakin kalo Rega sebenernya anak baik-baik yang tidak suka mencari masalah.
"Nah gitu dong, jadi sekarang waktunya gue minta nomor telfon lu," kata Rega dengan pedenya langsung memberikan ponselnya kepada Angel.
Angel tertawa karenanya. "Ini nomor aku, kamu chat aku biar nanti aku simpan."
"Oke."
Tak lama ponsel berdering, ternyata itu ponsel milik Angel. Dengan segera ia meraihnya. Perasaan ia tidak enak, ia pikir Papanya yang menelfon ternyata nomor asing.
"Gak usah bingung, itu nomor gue. Cuma mau buktiin aja," ucap Rega langsung tidak ingin membuat Angel khawatir.
Saat itu keduanya asik mengobrol hingga tidak ingat waktu. Bahkan kekhwatiran Angel akan Papanya yang mungkin sedang mencarinya kini memudar. Sejak bersama Rega, Angel merasa semua bebannya berkurang. Setidaknya ia kini bisa merasakan sebagai layaknya manusia.
*****
"Loh Tante pikir Rega pergi main sama kamu? makanya tuh anak gak pulang-pulang. Makanya Tante biarin, setau Tante dia belum punya temen disekolah barunya. " ujar Yuni pada Aini dengan cemas. Membuat Aini yakin bahwa semua itu benar.
Aini tadi sempat menelfon Rega untuk menanya dimana dia berada, dan kabarnya. Tapi nyatanya anak itu tidak mengaktifkan ponselnya. Dan dibiarkan tidak menjawab panggilan Aini.
"Masalahnya dari tadi Rega gak datang-datang. Aku sama anak-anak mikirnya dia ga boleh main sama Tante." balas Aini.
"Ya gak mungkin dong, masa gak boleh main. Kaya anak kecil aja, kamu kan tahu Tante."
Benar firasat Aini, tidak mungkin Yuni melarang Rega bermain apalagi itu dengan dirinya. Sudah ia bilang tadi, lantas kemana perginya Rega sekarang?
"Permisi Bu," Sapa seorang lelaki yang sangat asing dimata Aini. Lelaki yang sudah cukup tua namun masih terlihat gagah.
"Eh Pak Utomo, ada apa ya pak?" tanya Yuni, ternyata dia bernama Utomo. Entahlah Aini tidak mengenalnya.
"Saya mau nanya, apa ibu melihat anak saya, Angel? Saya mencarinya tapi dia tidak ada, siapa tahu ibu melihatnya pergi?" tanya pak Utomo.
Yuni langsung memikirkan mengapa kepergian Angel dan Rega bisa berbarengan seperti ini? apa mungkin mereka pergi bersama? Tapi rasanya itu tidak mungkin.
"Kebetulan juga pak, anak saya Rega tidak ada di rumah. Apa mungkin Angel pergi dengan Rega? tapi rasanya tidak mungkin kan ya?" Yuni kembali berpikir.
Utomo tidak menjawab. Justru kimia situasi menjadi hening, apalagi ditambah Aini yang tidak mengetahui permasalahan nya. Siapa Angel? mengapa dia disangkut pautkan dengan Rega?
"Tante, Angel itu siapa?" tanya Aini dengan suara pelan.
"Dia anaknya bapak ini, rumahnya tepat disamping rumah Tante." Yuni menunjuk rumah yang ada disampingnya, yang hanya dibatasi oleh tembok tidak terlalu tinggi.
Aini kini jadi was-was. Rega punya tetangga perempuan yang seumuran dengannya? Apa mungkin Rega akan sering bermain dengan perempuan itu seperti Rega bermain dengannya dulu waktu masih berdekatan?
"Kamu gak usah khawatir, mungkin sebentar lagi Rega pulang. lagi pula dia cowo, bisa jaga diri."
Bukan, bukan itu yang Aini khawatirkan. Ia justru khawatir jika nantinya Rega beneran pergi dengan perempuan bernama Angel itu. Ia hanya tidak ikhlas ketika Rega lebih dekat dengan perempuan lain, dibandingkan dirinya.
Tak lama Aini mendengar suara motor, suara yang sangat tidak asing bagi dirinya. Yang ia yakini itu adalah suara motor milik Rega. Ketika ia menoleh, benar saja, ternyata Rega sudah pulang. Tapi bersama perempuan dibelakangnya. Apa dia Angel?
"Ya ampun Rega, ternyata kamu pergi sama Angel. Aduh kenapa kamu gak bilang sih, kan Papanya Angel juga khawatir." Ujar Yuni langsung menghampiri Rega, dibarengi oleh Utomo.
"Tadi gak sengaja ketemu sama Angel dijalan, dia mau ke toko buku yaudah Rega anterin, dari pada jalan kaki kan pasti capek,"
Aini hanya menyimak pembicaraan mereka semua. Tidak berniat membuka suara, dan juga sepertinya Rega belum menyadari kehadiran dirinya dirumah ini.
"Kenapa kamu gak bilang Papa kalo kamu pergi ke toko buku sendiri?" ujar Utomo langsung memberi pertanyaan tajam kepada Angel. Sementara Angel hanya terdiam gugup karena ragu menjawabnya.
"Terima kasih nak Rega sudah mengantar Angel, tapi lain kali tidak usah seperti itu. Nanti dia kebiasaan merepotkan, terima kasih sekali lagi." ucap Utomo
"Enggak kok Pak, Angel ga ngerepotin. Saya sendiri yang nawarin buat nganterin dia, jadi Angel gak pernah ngerepotin saya." jawab Rega dengan tegap. Ia hanya tak ingin ada kesalahpahaman.
Jadi itu alasannya Rega tidak ikut main? karena ia dengan sukarela mengantar seorang perempuan yang baru saja menjadi tetangga dekatnya? Apa Rega secepat itu dekat dengan orang baru.
Tanpa menunggu lama lagi, Aini akhirnya memilih untuk pergi dari rumah ini. Dari pada disini ia merasa dirinya seperti tidak dianggap.
"Tante, Aini pamit pulang dulu ya." Aini langsung menghampiri Yuni dan berpamitan pada Namanya Rega. Semantara Rega terlihat kaget akan kehadiran Aini.
"Loh Ai, sejak kapan lu disini, dari tadi?" tanya Rega tiba-tiba yang terlihat terkejut akan kehadiran Aini. Sudah Aini duga, Rega memang tidak melihatnya.
"Tanya aja mama lu," Aini langsung beranjak pergi. Sementara ditempatnya Angel melihat Rega yang langsung lari mengejar Perempuan yang tidak ia tahu namanya itu.
"Bu, terima kasih sekali lagi. Saya dan Angel pamit pulang juga." ucap Utomo langsung diberi anggukan oleh Yuni.
Sementara dari tempatnya Yuni memperhatikan Rega dan Aini yang terlihat sedang tidak akur itu. Tapi bedanya kali ini seperti terlihat serius. Ia tidak mau terlalu ikut campur dan memilih untuk masuk kedalam rumah.
"Ai, lu kenapa?" tanya Rega mencegah Aini pergi.
Namun Aini tidak menjawabnya. Ia justru tetap menghidupkan motornya dan bersiap untuk pergi dari sana.
"Aini, lu kalo ada masalah ngomong, jangan diem aja, bukan lu banget." ujar Rega tetap menahan pergelangan tangan Aini, namun dengan sekuat tenaga Aini melepasnya.
"Lu tanya sama diri lu, bukan sama gue." Aini langsung menancap gas motornya dari hadapan Rega. Membuat lelaki itu sedikit terkejut karena Aini mengendarai kendaraan dengan sangat cepat. Tidak seperti biasanya. Rega kembali berfikir sebenernya apa salahnya?