Dina Baskoro sedang dalam suasana hati yang baik dan kemudian mempercepat langkahnya.
Dalam waktu kurang dari tiga menit, Dina Baskoro melompat ke persimpangan dan melihat sebuah mobil yang sangat mencolok.
Dengan senyum yang bahagia di wajahnya, Dina Baskoro kemudian mulai berlari.
Saat itu, Teddy Permana yang sedang berada di dalam mobil, melihat Dina Baskoro tersenyum bahagia dari kejauhan, wajahnya menjadi semakin dingin.
"Apakah dia sangat senang setelah bertemu dengan Budi Gumelar?"
Senyuman Dina Baskoro di wajahnya saat itu lebih cerah dari sebelumnya, tapi dia tidak pernah memberikan senyum seperti itu pada Teddy Permana.
Memikirkan tentang itu, mata Teddy Permana menjadi muram tanpa sadar.
Setelah itu, Dina Baskoro langsung melompat dan membuka pintu ke dalam mobil.
Begitu Dina Baskoro masuk ke dalam mobil, dia tersenyum dan berkata, "Teddy Permana, aku sangat senang kamu datang menjemputku!"
Teddy Permana diam saja bahkan tidak menatapnya.
Kemudian Teddy Permana berkata langsung kepada Rahmi, "Rahmi, jalan!"
Rahmi mengangguk dan langsung menginjak pedal gas tanpa melihat ke arah Dina Baskoro, seolah-olah Dina Baskoro hanyalah angin lewat.
Namun, Dina Baskoro sangat sensitif sehingga tahu ada yang tidak beres. Dari saat dia masuk ke dalam mobil, kedua orang sikapnya sangat dingin dan mereka bahkan tidak melihat Dina Baskoro.
Jika Teddy Permana yang bersikap seperti itu, Dina Baskoro masih bisa mengerti karena selama ini Teddy Permana memang sering bersikap seperti itu.
Tapi kali ini, bahkan Rahmi yang sedang menyetir mobil di depannya, juga tidak menyapanya.
Suasananya seakan kembali ke masa sebelum Dina Baskoro terlahir kembali.
Saat itu, Rahmi dan Teddy Permana memiliki sikap yang sama terhadap Dina Baskoro mirip seperti yang terjadi sekarang, cuek dan sangat asing.
Namun, itu adalah masalah kehidupan sebelumnya.
Dan Dina Baskoro tidak melakukan kesalahan lagi, mengapa kedua orang itu terlihat sangat dingin sekarang.
Dina Baskoro benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya, jadi dia bertanya, "Teddy Permana, apa yang terjadi?"
"Tidak..." Teddy Permana bahkan tidak menengoknya dan menjawab dengan cuek.
"Tidak heran!" Dina Baskoro memandang Teddy Permana dan berkata tidak puas, "Sejak aku masuk ke dalam mobil, bahkan Rahmi pun tidak menyapaku seperti biasanya dan kamu terlihat muram. Apa kamu baik-baik saja?"
Setelah berbicara, Dina Baskoro tanpa sadar mengulurkan tangan, mencoba menyentuh wajah Teddy Permana.
Namun, tiba-tiba pergelangan tangan Dina Baskoro dipegang dengan kuat oleh Teddy Permana di sampingnya, yang kemudian menatap tepat ke wajah Dina Baskoro dan berkata dengan nada dingin, "Jangan sentuh aku."
Dina Baskoro terkejut, karena dapat dengan jelas melihat ekspresi jijik yang muncul di mata Teddy Permana.
Melihat tangannya, seolah-olah melihat sesuatu yang kotor.
"Dina Baskoro, kamu seorang perempuan, apa kamu tidak tahu kebersihan yang paling dasar?" Setelah berbicara, Teddy Permana membuang tangan Dina Baskoro dengan jijik.
Di tengah kerumunan orang banyak, dia dan Budi Gumelar berpegangan tangan dan sekarang tangan itu yang sudah dipegang oleh pria lain, hendak menyentuh wajahnya. Tentu saja Teddy Permana jijik.
Dina Baskoro sesaat tertegun dan terdiam, sedikit bingung. Dia tidak tahu sama sekali, kenapa Teddy Permana merasa begitu jijik padanya.
"Aku adalah istrinya yang sah. Bukankah normal jika suami dan istri melakukan beberapa sentuhan yang intim? Apakah ada sesuatu pada diriku?"
Mungkinkah... Teddy Permana masih tidak mempercayai perubahan diri Dina Baskoro?
Memikirkan hal itu, Dina Baskoro tidak bisa menahan sakit di dalam hatinya, merasa sangat putus asa lagi.
Tapi apa yang bisa Dina Baskoro lakukan sekarang? Teddy Permana tidak mempercayai dirinya lagi dan lagi, membuat kesalahan sendiri lagi dan lagi.
Dina Baskoro harus merasa begitu tersesat saat ini, bergerak sedikit ke samping mendekat ke jendela mobil dan berusaha menjaga jarak dari Teddy Permana.
"Maaf, aku hanya ingin menyentuh wajahmu barusan dan aku tidak ingin wajahmu terlihat sedingin itu padaku. Padahal aku tidak melakukan apa-apa."
Nada bicara Dina Baskoro terdengar khawatir, "Aku hanya merasa bahwa kita adalah suami istri, jadi bukankah tidak masalah jika aku menyentuh wajahmu. Tapi kamu tidak perlu bersikap seperti itu kalau tidak mau aku menyentuh wajahmu dan tidak menyukainya. Maafkan aku."
Setelah berbicara, situasi di dalam mobil benar-benar sunyi dan dipenuhi hawa yang tidak nyaman.
Rahmi, yang melihat pemandangan itu melalui kaca spion, hanya bisa diam tapi membatin dalam hatinya, "Ternyata Bu Dina memiliki kemampuan akting yang sangat baik dan realistis, sayangnya dia tidak menjadi seorang aktor. Beberapa saat yang lalu, dia masih berpegangan tangan bersama pria lain di lingkungan kampus, terlihat enggan untuk pergi. Dan sekarang dia berpura-pura tidak bersalah. Tsk tsk tsk, aku benar-benar tidak menyangka bahwa Bu Dina adalah orang yang seperti itu."
Kemudian, keadaan di dalam mobil semakin sunyi dan semakin tidak nyaman. Dina Baskoro tidak lagi berisik dan hanya diam di dekat jendela mobil, begitu juga dengan Teddy Permana. Sedangkan Rahmi hanya fokus menyetir mobil dan tidak berani berbicara apa-apa.
Keadaan itu berlangsung selama lebih dari sepuluh menit dan akhirnya berakhir saat mereka tiba dirumah orang tua Teddy Permana.
Rumah itu benar-benar berbeda dari rumah yang ditinggali Dina Baskoro dan Teddy Permana, dengan tampilan yang sangat mewah, menunjukkan rumah itu memang rumah orang berada, bukan orang sembarangan.
Gaya dekorasi rumah Dina Baskoro dan Teddy Permana sedikit bergaya Eropa dan Amerika, mulai dari desain bangunan, hingga warna dinding rumah secara keseluruhan, sarat dengan gaya Eropa dan sangat cocok untuk ditinggali pasangan muda seperti mereka.
Sedangkan rumah orang tua Teddy Permana adalah rumah mewah yang benar-benar klasik. Dengan area lantai yang besar, ditambah dengan tampilan cokelat yang kalem. Setiap sudut rumah didesain sangat rapi dan membuat orang merasa tenang dan nyaman saat melihatnya, bahkan jika hanya sekilas saja.
Belum lagi dengan adanya gapura yang terbuat dari kayu berharga, yang cukup membuat orang bisa membayangkan keindahan di dalamnya.
Setelah turun dari mobil, Teddy Permana tidak langsung masuk ke rumah. Tapi menunggu didepan. Dina Baskoro kemudian keluar dari mobil juga, mengikut Teddy Permana, dan berdiri di sampingnya.
Lalu Teddy Permana menoleh dan menatap Dina Baskoro, tampaknya khawatir.
Jadi dia lalu menasihati, " Dina Baskoro, bahkan jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini lagi, tetapi para tetua di keluargaku tidak tahu tentang itu. Dan kita datang hari ini, hanya untuk makan, tidak lebih dari dua jam. Dan dalam dua jam itu, aku harap kamu bisa menjaga diri dan menjaga perasaan keluarga yang ada di dalam."
Terlihat bahwa Teddy Permana sangat khawatir Dina Baskoro akan menjadi temperamental dan merusak acara makan malam, malam ini.
Mendengar instruksi seperti itu, Dina Baskoro merasa sangat tidak nyaman.
Mendengarkan nada bicara Teddy Permana, sepertinya dia sangat takut akan terjadi sesuatu yang salah, sampai-sampai dia harus diperingatkan terlebih dahulu.
Dina Baskoro berpikir, "Kita hanya akan makan malam disini dan aku memang tidak ingin mencari masalah, apakah perlu mengatakan itu?"
Namun, ketika dipikir-pikir lagi, di kehidupan sebelumnya Dina Baskoro sepertinya sering dimarahi oleh keluarga Teddy Permana, terutama para tetua nya. Terlepas dari apakah itu ayahnya, ibunya, kakek dan nenek. Dina Baskoro selalu bertolak belakang dengan apa yang mereka harapkan, membuat Dina Baskoro malu saat mengingatnya lagi.
Jadi Dina Baskoro hanya mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tidak akan macam-macam."