webnovel

Seperti Semula

Satu tahun telah berlalu.

Suara riuh terdengar dari ruangan Kubo. Ada banyak karyawan disana, sedang menikmati secangkir kopi. Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari,namun mereka masih berkumpul disana. Ada dua perayaan penting yang akan dilakukan dekat dekat ini, pertama perayaan ulang tahun perusahaan dan kedua, perayaan suksesnya perilisan permainan yang dirilis oleh Kubo. Bahkan permainan itu kini bisa dinikmati di berbagai negara. Dan mereka disana untuk merencanakan itu semua.

Dari pintu lift, Naomi keluar. Kedua tangannya menjinjing plastik serba besar berisi makanan. Ia tampak kerepotan sampai salah satu pegawai laki laki berlari kearahnya untuk membantu.

"Makan malam tiba" Ucap Naomi sumringah saat masuk kedalam ruangan disambut dengan riang oleh yang lain.

Naomi melihat jam nya, ia menengok kearah Kubo lalu Tersenyum.

"Boleh aku pulang duluan?" Pinta Naomi dengan mata merayu.

Kubo mengangguk, "Minta Hirotada antar ke apartemen ya Nao?" Ucap Kubo.

Naomi mengangguk, setelah pamit ia pergi keluar dan segera pulang. Pulang, ke apartemennya yang lama. Setelah putus dengan Rio, keadaannya membaik. Ia tak lagi harus menjaga jarak dengan Kubo, ia juga kembali ke apartemen yang sama dengan Kubo. Hidupnya terasa bebas kini, tak ada benteng yang menghadang.

Naomi melambaikan tangannya saat supir Kubo pergi meninggalkan nya. Ia berjalan payah menyusuri lobi hingga sampai ke lift. Ditekannya dengan cepat lantai kamarnya. Wajahnya datar, biasa saja tanpa senyuman.

Senyumnya memudar seiring dengan tak ada orang lain disana. Ia melempar tasnya saat tiba diapartemen, lalu tanpa mencuci kaki dan tubuh ia juga ikut melempar tubuhnya keatas sofa. Sejak hari itu, Naomi bahkan tak bisa tidur lebih dari tiga jam sehari.

Ia bisa tersenyum, tertawa dan terlihat baik baik saja saat ada banyak orang didekatnya. Seolah olah itu membantunya melewati hari hari yang berat. Namun saat ia kembali, tanpa ada siapapun yang menemaninya. Hatinya tetap kosong. Tak jarang ia hanya melamun memandang kemerlap kota lewat jendela apartemen sampai tertidur. 

Hatinya terasa sepi, ia menarik diri dari kehidupan sosial yang membuatnya terhubung dari Rio. Ia ingin berusaha melupakan laki laki itu, tapi setiap kali ia mencoba. Ia hanya akan mengingat hal indah tentang Rio.

Ditatapnya ponsel miliknya, entah kenapa hari ini rindu terasa sangat berat. Tak seperti biasanya. Tiba tiba, ia merasa ingin melihat laki laki itu seperti dulu kala. Melihat Rio diatas motor sedang menunggu nya didepan rumah. Rio yang tersenyum padanya.

Naomi membuka ponselnya. Ia mulai mencari sebuab aplikasi yang sudah lama ia hapus. Ia ingin mencari tau tentang Rio, ia hanya ingin tau soal kabar laki laki itu. Sejujurnya Naomi masih menyimpan nomor ponsel Rio, namun ia tak berani untuk menghubungi laki laki itu. Begitupun Rio, tak ada satu kabarpun tentangnya. Laki laki itu seperti hilang, lenyap ditelan jarak.

Naomi mulai membuka Aplikasi tersebut, memasukkan akun ID dan sandinya. Ia menyusuri foto foto yang baru saja disebarkan oleh rekan rekannya. Ditekannya tombol pencarian, ia lalu memasukkan nama Rio disana. Begitu menemukan akun Rio, Perempuan itu dengan cepat membukanya karena penasaran.

Dilihatnya sebuah foto terakhir yang diunggah oleh Rio. Foto itu tepat sehari setelah ia meninggalkan Jepang. Ada foto langit yang cerah dibalik jendela pesawat, dengan awan yang menggumpal. Sebuah telapak tangan dilebarkan didepan. kamera seperti sedang berpamitan 

"Aku pulang, semoga kamu baik. Dan cepat seperti semula. Kamu yang tersenyum, kamu yang bahagia" tulis Rio disana.

Naomi tersenyum getir, setelah itu tak ada lagi jejak Rio. Tak aneh bagi Naomi yang sudah mengenal Rio. Laki laki itu bukan tipe laki laki yang suka memberikan semua informasi kegiatannya pada siapapun. Atau bahkan sekedar mengunggah sebuah foto. Dan Naomi putus asa untuk sekedar mencari tau sendiri kabar Rio.

Ia mencari cari nama Hana di ponselnya, lalu menelpon perempuan itu.

"Assalamualaikum" Ucap perempuan itu saat panggilannya terhubung.

"Waalaikumsalam Mba" Jawab Naomi.

"Ehh Nao, aku sempet ga percaya liat nama kamu dilayar hape aku. Eh ternyata bener kamu" Ledek Hana.

"Hahahaha" Naomi tertawa.

"Apa kabar?" Tanya Hana. 

"Baik mba, mba apa kabar?" Tanya Hana balik.

Begitu Hana dan Naomi memulai percakapan mereka, seperti kakak dan adik yang sudah lama tak bicara.

"Aku denger kamu udahan sama Rio" Tanya Hana tiba tiba.

Naomi tersenyum kecil, "Pasti mas yang kasih tau" Tebak Naomi.

"Bukan, bukan mas. Tapi Rio yang ngasih tau langsung waktu itu mas aja kaget ngedengernya" Jelas Hana. 

"Ada apa si Nao?" Tanya Hana lembut.

Naomi terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan pada Hana. Itu sudah satu tahun berlalu. 

"Kita sama sama pengen untuk bebas aja dulu mba, kalau merasa perlu balikan kita akan balikan kok. Ya kalau enggak, mungkin kita memang lebih nyaman untuk sendiri sendiri" Jawab Naomi berhati hati.

"Rio apa kabar mba? masih kerja sama mas?" Tanya Naomi.

"Rio, baik. Masih Nao, dia jadi karyawan andalan disini. Ini kita masih rayain pesta kesuksesan dia. Kemarin dia baru balik dari Australia, ketemu klien" Jelas Hana.

"Syukur kalau dia baik baik aja" Ucap Naomi dengan nada sedikit kecewa.

"Rio sedikit berubah sekarang Nao, sejak kembali dari Jepang dia benar benar jadi orang yang berbeda. Dan jujur, aku banyak senang melihat perkembangan dia sampai saat ini" Jelas Hana lagi. 

Naomi mengangguk diujung sana, ia lalu mengakhiri telponnya. Hatinya sedikit lega saat tau kabar soal Rio. Pikiranya kembali memutar ucapan Hana.

"Apakah memang ini yang terbaik?" Tanya Naomi didalam hatinya.

"Apa Cuma aku yang rindu?" Pikirnya lagi.

Naomi mulai berpikir bahwa semua baik baik saja meski mereka tak bersama. Bahkan masing masing diantara mereka kembali ke keadaan seperti semula. Tak ada yang tersakiti, semuanya merasa adil dan bahagia. Namun tidak dengan Naomi, ia tidak baik baik saja.

Ada kehilangan yang besar, yang tak bisa ditutupi apapun.

Drrrrrrtttttttttt! Drrrrrrtttttttttt!

Ponselnya bergetar, Naomi terkejut saat menemui nama yang ada disana. Ia menimbang nimbang soal apa yang akan ia lakukan. Mengangkat telponnya atau membiarkan panggilan itu terputus dengan sendirinya.

"Hai" Ucap seseorang saat telponnya tersambung.

"Hai" Jawab Naomi.

Keheningan menghampiri mereka, Ternyata Rio yang menelponnya, laki laki itu seolah tau bahwa Naomi sedang sangat merindukan nya.

"Apa kabar?" Tanya Rio lembut.

Ada sedikit air mata diujung mata Naomi saat mendengar laki laki itu bicara. Ia menyeka air mata tersebut, dan berusaha agar tak terdengar lemah.

"Baik, kamu apa kabar? ada apa telpon aku Ri?" Tanya Naomi kejam.

"Baik juga, ga apa. Tiba tiba kangen" Jawab Rio.

"Emang ga boleh ya? apa sekarang telpon kamu harus selalu ada alasan?" Tanya Rio.

"Haha, enggaklah. Aneh aja" Ucap Naomi.

"Udah lama ya Nao, udah setahun"

"Iya"