webnovel

Kembang Berbuah

Bagian Duapuluh.

Mobil milik Astuti datang dan berhenti di depan rumah kontrakan Herman, bersama sopir mbok Minah keluar dari dalam mobil itu dan dengan tergopoh-gopoh masuk ke pekarangan rumah,lalu mengetuk pintu dengan kerapnya.

Herman keluar,melihat mbok Minah seperti sedang bersedih segera Herman menyambut , diajaknya mbok Minah masuk ke dalam rumah.Setelah mbok Minah duduk di kursi tamu.Setelah itu dia bicara," Ada apa mbok ?".

Mbok Minah bercerita tentang keadaan Asuti,sesudah itu ia kelihatan sedang bersedih.Beberapa saat Herman juga terhanyut oleh kesedihan.

" Neng Astuti,Den....", ujar mbok Minah,tidak bisa bicara tenang.

" Ada apa dengan Astuti,mbok ? ", tanya Herman penasaran.

" Saya tidak tahu, barusan Neng Astuti dibawa ke Rumah sakit oleh den Agung...", jawab mbok Minah,tapi ia tidak mampu berbicara banyak karena rasa sedih yang sudah masuk ke dalam hatinya membuat ia sebentar-sebentar terisak.

Herman kelihatan terbawa sedih,dia menjadi tidak karuan karena kekhawatiran yang besar.Dan kemudian tanpa berpikir panjang,tidak memikirkan apa yang harus dia bawa,langsung mengajak mbok Minah untuk menyusul Astuti ke rumah sakit." Mbok dengan siapa ? ", tanya Herman.

" Mang Dudung,sopir nya den Agung ".

" Astuti dibawa ke rumah sakit mana ? ",tanya Herman mulai kalut.

" Rumahsakit Persahabatan Rawamangun ".

Herman menutup pintu rumah seperti orang nervous,kemudian berjalan cepat menuju mobilnya .Mbok Minah bersama sopir Dudung berjalan di belakang mengikuti melihat Herman mengendarai mobilnya sangat kencang.Mobil yang dikemudikan mang Dudung,membawa mbok Minah,berjalan dengan kecepatan tidak terlalu kencang berusaha menyusul mobil Herman menuju rumahsakit Persahabatan.

" Kita kalem saja mang Dudung,jangat ngebut ", ujar mbok Minah,ia mengingatkan mang Dudung agar tidak ngebut seperti Herman tadi.

Sopir Dudung menoleh kepada mbok Minah seraya berkata," Saya memang tidak suka ngebut mbok..." sahut mang Dudung.

Tukang parkir di rumahsakit melihat sebuah mobil yang dikemudikan Herman meluncur cepat tiba-tiba berhenti sehingga ban mobil menimbulkan suara mengejutkan orang.Ia segera menghampiri mobil itu karena ingin memberi sebuah peringatan jika masuk halaman parkir rumahsakit mobil harus pelan.Namun baru ia beberapa langkah dilihatnya Herman sudah jauh dan tergesa-gesa masuk ke ruang utama rumah sakit.

Mang Dudung memarkir mobilnya disamping mobil Herman.Mbok Minah membuka pintu mobil lalu turun tanpa menutupnya kembali ia berjalan menuju ruang utama,pikiran mbok Minah juga kalut sama seperti Herman.Melihat pintu mobil masih terbuka mang Dudung geleng-geleng kepala,lalu segera ia menutup pintu mobil itu.

Di depan pintu ruangan emergency ibu Yulinar kelihatan sedang tidak tentram,berjalan mondar-mandir.Ketiga anaknya,Agung yang sulung sedang duduk di bangku tunggu, Evi dan Yudi sedang bercakap-cakap tak jauh dari Agung.Sekali-kali mereka melihat ke arah ibu Yulinar yang sedang gelisah.

Melihat ibunya gelisah seperti itu Evi menjadi khawatir lalu ia mendekati untuk menenangkan perasaan ibu Yulinar." Sudahlah bu, jangan gelisah seperti itu.Sebaiknya ibu tenang...kak As pasti sembuh kok ", ujar Evi seraya mengajak ibu Yulinar duduk.

" Apa kah mbok Minah sudah datang,Vi ? ", tanya ibu Yulinar.Evi sejak tadi merasa heran melihat mbok Minah tidak ada maka ia balik bertanya.

" Belum...memangnya sedang ibu suruh ? ", tanya Evi." Ibu suruh kemana ? ".

" Menyusuli Herman ", jawab ibu Yulinar.

" Herman ? Siapa Herman itu,Bu ? ", Evi tertegun.

" Kawan dekat kak Astuti ", jawab ibu Yulinar.

Evi lalu tersenyum.Rupanya sekarang kakak Astuti sudah punya kawan dekat ,pikirnya.Ditatapnya sejenak ibu Yulinar.Kemudian ia melihat ke arah pintu utama ada mbok Minah bersama mang Dudung sedang berjalan masuk." Itu mbok Minah datang Bu ", ujar Evi.

Herman menghampiri ibu Yulinar,dan bertanya seperti sedang gelisah.Evi memperhatikan Herman.Agung dan Yudi bertanya-tanya melihat Herman begitu khawatir bertanya kepada ibu Yulinar-ibu mereka.

" Kenapa Astuti, kanapa Astuti Bu ? ", tanya Herman,raut wajahnya mencerminkan hatinya sedang bersedih.Yang ditanya tidak menjawab,ia hanya menggelengkan kepala.Kesedihan Herman dan ibu Yulinar pun nampak di wajahnya masing-masing.Airmata nya nampak menggelanggang.Saat itu pintu ruang pengobatan emergency terbuka,meja roda disurung oleh dua orang suster dan seorang dokter berjalan disebelahnya keluar.

Di atas meja roda itu nampak berbaring Astuti dengan tangan diimpus.Herman segera menghampiri sambil berkata-kata." Kamu kenapa Astuti ? Kamu tidak apa-apa kan ? ", dan mengikuti kemana meja roda itu dibawa.

Astuti dengan badan berbaring lemas masih bisa menatap Herman.Ia tersenyum bangga melihat Herman punya perhatian yang begitu besar terhadap dirinya.Sambil merasakan hangat pegangan tangan Herman kemudian Astuti berkata menenangkan perasaan Herman.

" Aku tidak apa-apa Herman. Kata dokter Gunawan aku hanya terlalu lelah ".

Herman masih dalam perasaan khawatir.Ia pegangi pegangi terus lengan Astuti sampai masuk ke ruang kelas pengobatan.

Agung bersama kedua adiknya mengikuti mejaroda dari belakang.Ibu Yulinar di belakang mereka sambil mendengarkan kata-kata dokter Gunawan." Dokter Astuti hanya karena terlalu capek.Kondisi badan nya lama sudah lemah tapi dia tidak menyadari ",kata dokter Gunawan.

Ibu Yulinar menarik nafas lega,wajahnya yang muram perlahan kelihatan cerah.

" Saya berharap kepada ibu untuk selalu mengingatkan dokter Astuti banyak waktu istirahat ", kata dokter Gunawan .

" Mudah-mudahan saya bisa ",sahut ibu Yulinar.

" Sementara ini dokter Astuti harus di rawat inap dulu.Tidak lama, dua atau tiga hari sudah boleh pulang ",dokter Gunawan menjelaskan,sesudah itu ia pergi.

Ibu Yulinar melihat anak-anak nya masuk ke ruang kelas pengobatan,ia pun melangkah menyusul anak-anaknya ke sana.

Herman hanya perhatian kepada Astuti yang sedang berbaring,sampai datang nya ibu Yulinar dan kakak -adik Astuti dia tidak sadari.

" Kamu jangan bersedih begitu,Herman...itu dilihati oleh kak Agung,malu dong ",kata Astuti setengah berbisik.

Melihat wajah Herman seperti orang memelas Agung tersenyum,tak lama kemudian menyapa.