Bigian empatbelas
Halimun merasakan sakit hati telah direndahkan martabatnya dengan perkataan begitu rupa.Setatusnya sebagai wanita memiliki suami membuat ia naik pitam dan kalap." Kalau kamu ingin tahu harga saya silahkan tanya kepada suami saya di kampung ! ".
Ade Ucup tercengang.Selama ini mengira Halimun seorang janda ternyata salah.Kemudian mulutnya seperti terkatup.Namun dasar lelaki matakeranjang,sebentar saja ia dapat akal curang.Ia tidak mau terpojokan dengan begitu saja." Saya akan cerita kepada semua orang di kampungmu, bahwa kamu di sini bekerja sambil melayani banyak lelaki ! ",ujar Ade Ucup seperti sedang membusungkan dada," Dan kemudian suamimu mendengar lalu menceraikan kamu ".Setelah berkata kata Ade Ucup pergi sambil menggrutu," Ingat kata-kata saya,kamu akan menjanda...saya akan berusaha supaya kamu menjadi janda ".
" Apa kerugian kamu ! ",Halimun sengit,suaranya terdengar keras.Ia berharap dibalas oleh Ade Ucup agar ia bisa menyerang dengan cakaran.Namun Ade Ucup tak menghiraukan,ia sadar Halimun bisa bertindak nekad.Ia terus melangkah meninggalkan Halimun yang sedang geram menahan amarah.
Setalah Ade Ucup pergi, Halimun teringat kepada Herman.Ingin rasanya melepaskan dahaga kasih sayang kepada suami,selain itu karena keinginan untuk pulang memang sudah menjadi besar di hatinya.
Malam setelah Halimun mandi,merapikan seluruh pakaian dan memasukan ke dalam beberapa koper,sambil ia berpikir menenangkan perasaannya yang kesal karena perkataan Ade Ucup." Satu minggu ini saya masih di Taiwan,lepas seminggu saya sudah berada di kampung ".
Selesai merapikan pakaian tiba-tiba merasa bimbang dan takut, kata-kata ancaman dari Ade Ucup terasa menghantui pikiran dan membuat hati ciut takut terjadi benaran cerai dengan Herman.Berdebar dada Halimun mengingat apa yang sudah ia perbuat selama ini,dan dengan penuh linangan airmata ia memohon-mohon sebuah pengampunan kepada Allah SWT.
Satu hari sebelum pulang ke kampung.Halimun merasakan hatinya sedang gembira,mendapat kabar dari Asih bahwa Herman sudah bekerja di Jakarta.Asih juga telah memberi nomer Telepon celular milik Herman.Kemudian ia mencoba menghubungi Herman dan bergetar hati Halimun,kemudian dengan sedih ia memohon agar Herman mau memaafkan.
" Kang,maafkan saya. Saya besok pulang,jemput saya di Bandara ", ujar Halimun.
Yang ditelpon bingung,heran mendengar kata-kata Halimun.
" Jika kang Herman tidak mau menjemput tidak soal..Hanya perlu kang Herman ketahui,saya pulang karena tidak betah,saya pulang sebelum masa kontrak kerja habis ".
Yang ditelpon belum mau menjawab,masih dalam kebingungan.
" Saya tidak akan kerja ke Taiwan lagi,saya akan mengabdi kepada suami ".
Yang ditelpon hanya menarik nafas.
" Kang Herman, apakah Akang tidak gembira mendengar saya pulang ?".
Yang ditelpon lunglai,trenyuh hatinya.
" Halo, apa kang Herman masih tidak mau bicara dengan saya ? ",terdengar Halimun mengeluh.
Yang ditelpon masih tidak bicara tapi hatinya mulai bergetar.
" Halimun....", terdengar yang ditelpon mulai bicara." Bukan saya tidak ingin bicara,tapi saya sedang berpikir apakah kamu tidak merasakan rindu pada suami ? ".
Airmata Halimun meleleh,kepedihan muncul kembali dalam hatinya." Saya tahu kang Herman mendengar kabar tidak baik mengenai saya.Bila kabar itu yang menyebabkan kang Herman marah,saya memaklumi..tapi setelah tiba di rumah saya akan menjelaskan semua itu ".
Yang ditelpon menarik nafas lega.
Kemudian hubungan lewat saluran telpon celullar itu terputus,karena pulsanya habis tak terasa.
Hati Halimun dan Herman sama berdebar.Gelora rindu telah menguasai mereka.