webnovel

Kembalilah Padaku Stella!

Diabaikan oleh suami sendiri adalah hal yang sangat menyakitkan. Stella sudah cukup lelah menunggu cinta dari Saga. Hingga tiba saatnya Stella mengajukan surat perceraian dan melamar kerja diperusahaan musuh bebuyutan Saga, pria itu justru menaruh ketertarikan pada Stella. Satria yang merupakan kakak tingkat Stella dulu selalu melindungi Stella dari Saga, tapi Saga yang ambisius dan egois telah menekankan bahwa Ia akan mendapatkan segala yang dia inginkan cepat atau lambat. Stella tidak akan mungkin tergiur untuk kembali pada Saga, tapi apakah Stella akan memilih Satria sebagai suami barunya?

ClarissaFidlya · Teenager
Zu wenig Bewertungen
420 Chs

Malam Bersamamu

Saga memandang dengan tatapan kaku, dan sebelum pria itu sempat bertanya, Saga langsung menginjak dengan keras kedua kakinya, hingga terdengar bunyi tulang yang patah, diiringi dengan raungan kesakitan pria itu.

"Tangan dan kakimu telah menyentuh wanitaku. Aku melakukan ini untuk memberikan pelajaran padamu. Selain itu, ingatlah bahwa hal ini pantas kau dapatkan" ujar Saga dengan nada kaki.

Setelah itu, Saga berbalik dan berjalan menuju Stella, lalu menggendongnya dan keluar dari kamar itu.

Stella yang berada dalam gendongan, dapat merasakan detak jantung Saga yang berdetak dengan cepat, dan hal itu membuatnya gugup.

Perlakukan kejam Saga kepada pria tadi tidak hanya membuatnya terkejut, tetapi juga takut kepada Saga.

Dia berpikir, jika kemarin identitasnya diketahui Saga hingga membuatnya marah, Stella bertanya-tanya apakah pria itu akan memperlakukannya sama seperti orang tadi?

Dengan pemikiran ini, dia bahkan lebih meyakinkan diri untuk tidak memberitahu Saga bahwa dia adalah Dera.

Tak terasa mereka sudah sampai di samping mobil Saga. Pria itu kemudian, membuka pintunya, lalu mendudukkan Stella di kursi penumpang, dan memakaikan dan mengeratkan sabuk pengaman padanya.

Sedangkan, saat Saga secara tidak sengaja menyentuh tangan Stella yang terasa dingin, dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Masih takut?"

Stella yang melamun sedari tadi, menjadi sadar saat mendengar suara Saga. Dia kemudian hanya mengangguk cepat dan mengalihkan pandangannya ke samping. Bahkan, Stella tidak mendengar apa yang barusan Saga tanyakan.

Saga yang dapat melihat Stella panik dan masih ketakutan, berpikir jika dia seharusnya menghukum pria tadi lebih kejam.

Dia kemudian menghela napas, lalu mengusap rambut Stella pelan, mencium dahinya, dan berkata dengan lembut, "Bagus ... jangan takut. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi. Aku berjanji."

"Em … " Stella hanya bergumam karena tidak ingin membicarakan masalah yang ada di club tadi.

Karena Stella tidak menjawab lagi, Saga segera menutup pintunya, kemudian berjalan ke arah lain. Kemudian, masuk ke dalam mobilnya, dan duduk di sebelah Stella.

"Saga, bisakah kau mengantarkanku pulang?" tanya Stella dengan lemah, tanpa menoleh ke arah Saga.

"Tidak. Malam ini, kau harus bersamaku dulu." Sebelum Stella bisa menolak, Saga dengan cepat menyalakan mobilnya, kemudian mengendarainya keluar dari basement club.

Meskipun tahu jika Stella akan menolak, Saga tetap membawanya ke apartemennya yang berada di pusat kota.

Sesampainya di sana, Saga langsung memarkirkan mobilnya di basement, kemudian mereka segera menuju apartemennya.

Biasanya, Saga jarang sekali menginap di apartemennya ini. Tapi ada orang yang datang untuk membersihkannya secara teratur, yang membuat apartemennya masih terlihat bersih.

Saat sudah sampai di sana, Saga langsung mengambil kemeja baru di lemarinya, kemudian memberikannya ke Stella, dan berkata dengan lembut, "Mandilah dulu, kau juga bis berendam. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengambilkan pakaianmu di rumahmu dan membawakannya ke sini."

Stella mengambil kemeja putih itu, menangguk, dan segera pergi ke kamar mandi yang ada di sana.

Saat sudah berada di dalam kamar mandi, Stella langsung melepas semua pakaiannya, kemudian menyalakan keran. Setelah air hangat memenuhi bath up, dia segera berendam sambil memejamkan matanya. Hal itu, membuatnya lebih rileks, hingga rasa takutnya perlahan mulai hilang.

Dia kembali memikirkan kejadian di club tadi, dan Stella berpikir selama tiga tahun pernikahan mereka dan menyukai Saga, dia tidak cukup mengenal pria itu. Jadi, itu membuatnya semakin meyakinkan diri untuk bercerai dengan Saga.

Mungkin, perceraian adalah pilihan terbaik, batin Stella.

Tok, tok, tok.

Suara ketukan di pintu yang tiba-tiba membuatnya membuka mata. Kemduian, segera bertanya, "Ada apa, Saga?"

"Sudah malam, Stella" jar Saga dari balik pintu.

Saat mendengar itu, Stella segera melirik jari-jari tangannya yang ternyata sudah berkerut karena terkena air untuk waktu yang lama.

Apakah tadi aku terlalu lama berendam? batinnya.

Lalu, dia segera bangkit, menyeka tubuhnya dengan handuk, dan memakai kemeja putih Saga yang terlihat kebesaran ditubuhnya. Kemudian, segera keluar dari kamar mandi.

Dia melihat sosok Saga yang memakai kaos dan celana panjang saja, membuat Stella merasa aneh saat melihat pria itu tidak memakai jasnya. Namun, baginya Saga masih tetap terlihat tampan.

Sedangkan, Saga yang melihat Stella baru saja keluar dari dalam kamar mandi, tersenyum, dan berjalan ke arahnya.

Saat sudah sampai di depannya, Saga menelan ludahnya, dan memandang Stella dengan pandangan gugup.

Stella yang merasa aneh dengan tatapan Saga, segera menunduk dan melirik penampilannya sendiri. Ini adalah pertama kalinya dia mengenakan kemeja pria. Walaupun kemejanya cukup panjang, dia menarik ujung kemejanya dengan canggung untuk menutupi pahanya yang terlihat.

"Saga, apa bajuku sudah sampai?" tanyanya dengan sedikit malu.

Mendengar itu, Saga berdehem, dan menunjuk ke arah tas berisi pakaian di bawahnya.

Stella menghela napasnya dan merasa lega, kemudian dengan cepat mengambil tas itu, lalu berbalik ke kamar mandi lagi untuk berganti pakaian.

Saat melihat itu, Saga sedikit merasa menyesal karena Stella mengganti kemejanya dengan pakaiannya.

Mungkin, lain kali aku bisa melihatnya memakai kemejaku lagi? batin Saga.

Untungnya, Stella tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini, jika tidak, dia pasti akan menampar wajahnya.

Sedangkan, Stella yang berada di dalam kamar mandi, masih memandangi piyama yang baru saja dia ambil dari dalam tas dengan ekspresi malu.

Dia tadi juga menemukan pakaian dalamnya di dalam tas itu, sehingga membuatnya malu saat memikirkan seorang pria yang menyiapkan itu untuknya.

Setelah beberapa saat, Saga melihat Stella keluar dari kamar mandi yang sudah memakai piyama merah mudanya dan merasa semakin menyesal. Meskipun menurutnya Stella juga masih terlihat seksi dengan piyamanya, namun wanita itu terlihat lebih menggoda saat memakai kemeja putihnya tadi.

"Eum … aku tidur dimana?" tanya Stella yang menyadarkan pikiran kotor Saga.

Sedangkan, Stella memandang Saga dengan bingung saat melihat apartemen pria itu yang hanya memiliki satu kamar tidur.

"Kita tidur bersama" ujar Saga yang membuat Stella melotot dan dengan tegas langsung menolak ide itu. "Tidak mau."

Saga tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kau juga sudah tahu, kan? Hanya ada satu kamar di sini."

Saat mendengar itu, Stella langsung menunjuk sofa abu-abu yang ada di ruang tamu, dan berkata, "Kalau begitu aku akan tidur di sofa saja."

Saga menghela napasnya , kemudian segera menggendong Stella dengan gaya bridal. Walaupun wanita itu sedikit berontak, dia segera berjalan menuju kamar tidurnya.

Saat sudah sampai di kamar, Saga segera membaringkan Stella dengan hati-hati di ranjangnya, kemudian menyelimuti tubuhnya.

Sebelum Stella dapat berbicara, Saga langsung berbaring di sebelahnya dan memeluk tubuhnya.

Posisi mereka yang sangat dekat ini membuat Stella dapat merasakan nafas hangat Saga di hidungnya. Hal itu membuatnya gugup, hingga jantungnya berdebar dengan keras.

"S-saga, sebaiknya aku tidur di sofa" ujar Stella, mencoba melepaskan pelukannya.

Namun, Saga semakin mengeratkan pelukannya dan berkata dengan nada penuh penekanan, "Tidak, kau harus tidur di sini bersamaku." Kemudian mengancam, "Jika kau tidak patuh, aku akan menciummu."

"Aku … " Sebelum Stella selesai berbicara, Saga mengecup bibirnya.

Stella merasa sangat malu, kemudian kembali berkata, "Aku akan tidur di sofa … "

Namun, Saga seperti tidak mendengarkannya, dan malah mencium bibir Stella.

Setelah beberapa saat, dia perlahan melepaskan bibir Stella, memandangi wajahnya yang cantik, kemudian mengelus pelan pipinya sambil berkata dengan lembut, "Tidurlah."

Saat mendengar itu, jantung Stella berdetak lebih kencang. Dia juga hanya bisa berkata, "Saga ..."