webnovel

BAB 13

"Mengapa?" Tanya Sila.

Avel mulai menatap datar dan dingin ke arah Sila.

"Karna jika aku mencintai mereka, maka mereka akan mati." Jawab Avel.

DEG.

Sila tersentak. "M-mati..? Ah ya.., Aku tahu.." Batin Sila. "Dia memiliki banyak musuh, di dunia yang kita tidak tahu kapan giliran kita kan mati, mencintai seseorang sama saja dengan membuat kuburan untuk diri sendiri. Dari pada menunggu di bunuh, lebih baik membunuh semua penghalang yang ada, seperti membunuh hati mereka."

"Jadi.., kau tidak pernah mencintai Sona.., apa aku benar?" Tanya Sila.

"Menurut mu?"

"Menurut ku, aku dan Sona bagaikan kandidat bertahan hidup di mansion ini, mansion ini bagaikan sebuah hutan. Siapa yang kalah harus merasakan jurang yang begitu dalam dan mati tanpa belas kasihan." Ujar Sila menatap kosong ke bawah.

"Semuanya semakin rumit., Apa dia tetap mempertahankan gelar Duchess pada Sila agar aku dan Sona setara? Tapi tidak mungkin, jika aku berpikir seperti itu, sama saja aku menganggapnya sebagai orang yang membuat kompetisi bertahan hidup, dan dia bukan orang yang seperti itu." Batin Sila. "Jadi., Apa alasan mu Avel? Tidak mungkin karna kau mencintai Sila bukan?"

Avel menghela nafasnya. "Lupakan, jelaskan padaku tentang sihir mu." Ujar Avel.

"Untuk apa?"

"Kau hampir meruntuhkan mansion ini, dan menurut ku itu bukan kekuatan sihir yang biasa." Ujar Avel.

"Aku tidak tahu." Jawab Sila.

"Apa maksud mu?"

"Aku benar-benar tidak tahu.., Saat ku lihat dia menyakiti Noel, aku juga merasa sakit, aku marah. Sangat sesak melihat Noel yang di perlakukan seperti itu." Ujar Sila dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Memang benar adanya, dirinya sangat sakit melihat Noel menderita, hatinya seperti tersayat ketika melihat luka-luka di tubuh kecil Noel. Hatinya terasa di remas melihat raut wajah Noel yang mengatakan seakan dia baik-baik saja.

Avel terdiam di tempat sambil terus menatap Sila dengan tatapan yang susah di artikan. Perlahan tangannya mengepal erat hingga membuat buku-buku tangannya memutih.

"Kenapa kau lakukan itu?" Tanya Avel dengan raut wajah datar.

"Apa maksud mu? Dia adalah Anakku!"

"Padahal kau bukan orang yang seperti itu." Ujar Avel.

DEG.

Seketika Sila langsung membulatkan matanya penuh menatap Avel. Benar adanya, Duchess Sila yang dulu memang seperti itu, namun ini berbeda. Sila benar-benar menyayangi Noel.

"Aku., Aku minta maaf. Aku tahu aku yang dulu selalu mengabaikan Noel." Ujar Sila dengan nada menyesal.

"...."

"Tapi., Aku selalu berpikir. Apakah dengan aku berubah, maka Noel juga bisa berubah? Setidaknya aku ingin dia mendapatkan masa kecil terbaik yang di alami anak-anak seusianya." Ujar Sila. "Walau aku tidak bisa menjadi yang terbaik, tapi setidaknya aku akan berusaha menjadi yang terbaik. Apa pun akan aku lakukan, demi Noel." Lanjutnya.

Avel terdiam.

"Apa kau benar-benar sudah berubah? Apa aku harus percaya?" -batin Avel.

"Aku tidak perduli jika kau tidak percaya Avel, aku juga tidak perduli kalau kau menganggap ini sebagai tipu muslihat untuk menarik perhatian mu." Ujar Sila lagi.

Avel masih terdiam.

"Bahkan aku tidak peduli jika kau menceraikan aku lalu memberikan posisi Duchess pada Sona. Sekarang tujuan hidup ku hanya satu."

"A-Apa maksudnya? Dia ingin bercerai? Setelah kau melakukan apa pun untuk bersama ku, dan sekarang kau ingin bercerai dengan ku?! Sebenarnya kau menganggap aku ini apa?!" -batin Avel.

"Kau-"

"Hidup bersama dengan Noel." Lanjut Sila memotong ucapan Avel.

"A-Apa?"

"Ya Avel, kau bisa menceraikan aku, aku tidak akan meminta apa pun termasuk harta, aku hanya ingin Noel."

"Apa kau sadar apa yang kau ucapkan?" Tanya Avel dingin.

"Ya-"

Bruk!

Sebelum Sila menyelesaikan ucapannya, Avel langsung mendorong tubuh Sila ke belakang hingga membuat Sila kembali berbaring. Setelah itu, Avel pun menindih tubuh Sila sambil mencengkeram pergelangan tangan Sila ke atas dan menatapnya tajam.

"Apa kau menganggap aku ini lelucon?!" Tanya Avel begitu dingin dan menusuk.

"A-Ada apa dengannya?" -batin Sila.

"Dengarkan aku baik-baik Sila, sejak kau masuk ke mansion ini, kau sudah kehilangan kebebasan mu untuk keluar."

DEG.

Sila langsung membulatkan matanya penuh menatap Avel. Avel begitu berbeda, tatapannya yang dingin yang memancarkan aura menyeramkan, ini pertama kalinya Sila merasakan hal itu dari Avel.

"Tapi kau-"

"Noel adalah pewaris Nixton satu-satunya, dan kau adalah Duchess Nixton satu-satunya." Tekan Avel mencengkeram kuat lengan Sila.

"Shhh.., Avel...? Sakit. Kau menyakiti aku." Ujar Sila kala Avel mencengkeram terlalu kuat tangannya.

Avel sama sekali tidak mendengarkan ucapan Sila, dirinya terus menatap Sila tajam dan dingin. Sementara Sila di buat terdiam di tempat tanpa bisa berbuat apa pun, Avel begitu kuat baginya.

"Jika kau ingin bercerai, seharusnya dari awal kau tidak perlu menikah dengan ku, karna dalam sejarah keluarga ku.., Tidak ada yang namanya perceraian." Tekan Avel.

Avel mulai bangkit dari posisinya dan berjalan menjauh dari Sila.

"Tenangkan pikiran mu. Dan jangan pernah lagi membahas perceraian dengan ku." Ujar Avel.

"Avel?! Ini tidak adil!" Ujar Sila tak terima.

"Apa maksud mu?" Tanya Avel.

"Aku hanya ingin Noel!"

"Kau bisa merawatnya di sini bukan? Tidak ada yang bisa mengambilnya dari mu." Ujar Avel.

"Aku tidak segila itu untuk membiarkan Anakku tinggal bersama iblis merah itu!" Ujar Sila.

"Lalu.., gunakan kekuatan mu untuk menekannya." Ujar Avel dingin.

"Pria ini!" -batin Sila geram.

Langsung saja Sila bangkit dari posisinya dan berjalan mendekat ke arah Avel yang berada di depan pintu sambil menatapnya tajam.

Brak!

Sila mengunci tubuh Avel tepat di depan pintu dengan kedua tangan yang di taruh di masing-masing sisi Avel, sementara Avel di buat sedikit terkejut dengan aksi Sila. Kini jarak wajah mereka begitu dekat, hanya tinggal beberapa centi saja maka mereka akan berciuman.

"Dengarkan aku Avel, jika kau tidak ingin bercerai atau melepaskan aku! Maka kau harus memilih!" Ujar Sila tajam.

"Apa?" -batin Avel.

"Aku ini wanita yang serakah, aku tidak ingin berbagi pria ku dengan orang lain. Kau hanya mempunyai dua pilihan." Ujar Sila.

Sila mendekatkan wajahnya ke telinga Avel. "Ceraikan aku., Atau Sona." Bisik Sila tajam.

Avel terdiam dengan raut wajah terkejutnya menatap Sila, Apa katanya barusan?

"A-Apa?" Tanya Avel.

"Aku memberi mu pilihan yang mudah Avel, kau tahu sihir ku kuat bukan? Bukan hal yang sulit untuk membawa pergi Noel dari sini." Ujar Sila tajam.

"Sila? Apa yang-"

Tok Tok Tok.

Sebelum Avel menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja pintu di belakangnya di ketuk. Langsung saja mereka membetulkan posisi mereka kembali.

"Ibu? Mengapa pintunya tidak bisa di buka?" Tanya Noel dari luar.

"Noel?" -Batin Sila.

"Noel?" -Batin Avel.

Sila mengalihkan tatapannya kembali ke arah Avel, menatapnya tajam dan dingin. Kemudian kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Avel.

"Ingat kata-kata ku ini Avel, sejak kau mengatakan bahwa kebebasan ku sudah di cabut saat aku memasuki mansion ini, maka kau harus tahu., Sejak kau menyuruh aku tetap menjadi istri mu, maka kau kehilangan hak untuk mendapatkan istri lagi." Tekan Sila.

Ceklek.

Sila membuka pintu di belakang Avel, saat itu pula raut wajahnya berubah drastis. Jika Sila yang tadi memancarkan aura dingin dan tajam, kini berbeda. Hanya ada Sila dengan kelembutan bak malaikat. Avel bahkan di buat tertegun karnanya.

"Noel? Ada apa sayang?" Tanya Sila lembut.

Bersambung.....