webnovel

BAB 10

"Ada apa dengan Noel?" Tanya Sila.

"Tadi Tuan Muda memaksa untuk mengantarkan kudapan untuk Duchess." Ujar Ririn. "Saya takut nyonya Sona akan melakukan sesuatu padanya." Lanjutnya.

DEG.

Sila tersentak.

"Ah aku harus memanggil Noel!" -batin Sila.

"Kau tunggu di sini, aku akan menyusul Noel." Ujar Sila.

"B-Baik Duchess." Ujar Ririn.

Buru-buru Sila keluar dengan perasaan cemasnya, ia bahkan tak peduli dengan gaun tidur yang ia pakai. Saat ini pikirannya di penuhi dengan Noel.

"Ukhh., Ku kira tubuh ku sudah sedikit membaik setelah beristirahat, tapi masih sedikit lemas." -batin Sila.

Sila terus melanjutkan langkahnya mencari Noel, rasa cemas semakin menghampiri dirinya membuat keringat di tubuh Sila semakin bercucuran.

PLAK!

Sebuah suara yang begitu kemat berhasil membuat langkah Sila terhenti. Ia langsung mengedarkan tatapannya ke seluruh ruangan.

"Itu., Itu seperti tamparan?" Gumam Sila khawatir.

Sila kembali melanjutkan langkahnya, bukan langkah, melainkan berlari kecil menuju asal suara. Percayalah Sila benar-benar takut. Pikirannya di penuhi dengan Noel sekarang.

"Aku mohon Noel, kau tidak boleh terluka sayang.." -batin Sila.

DEG

Tepat di suatu ruangan, Sila di buat terkejut dengan pemandangan Sona yang mengangkat tangannya dengan Noel yang terduduk dengan pipi memerah menyala. Rasa sakit kembali menghampiri dada Sila. Begitu sesak hingga membuatnya susah bernafas.

"Sona! Aku akan membunuhmu!" -batin Sila penuh amarah.

Langsung saja Sila berjalan cepat mendekat ke arah Sona, saat sampai di sana. Ia langsung mengangkat tangannya dan menampar Sona kuat.

PLAK!

"Beraninya kau menyentuh Anakku?! Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan?!" Teriak Sila penuh kebencian. Ada aura membunuh di sana.

DEG.

Sona terdiam sambil memegang pipinya yang sakit seperti terbakar. Tamparan Sila begitu keras dan kuat. Bahkan 10 kali lipat dari tamparan yang Sona berikan pada Noel.

"D-Dia..." -batin Sona.

"Sona? Sepertinya kau tidak mendengar aku ya?" Tanya Sila dingin.

Sila berjalan perlahan mendekati Sona dengan tatapan dinginnya yang menusuk hingga ke tulang.

PLAK!

Sekali tamparan lagi, kini tubuh Sona sudah jatuh tersungkur ke lantai. Sementara Sila masih menatap dingin pada Sona. Kesabarannya sungguh habis ketika melihat warna rambut merah Sona yang sama seperti wanita di dalam mimpinya, kebencian tiba-tiba menghampirinya.

Sila berjongkok dan menjambak rambut Sona kuat.

"Akhh! Sakit! Lepaskan aku! Ini sakit!" Ronta Sona.

"Hoo? Lalu kau pikir apa yang di rasakan Putra ku selama ini?" Tanya Sila.

Sila benar-benar di kuasa amarah yang membara, bahkan rasa lemas yang ia rasakan tadi seperti menghilang akibat kemarahannya.

"Aku benar-benar ingin membunuh wanita sial ini." -batin Sila.

Dengan penuh Amarah, Sila mulai melepaskan cengkeramannya pada rambut Sona dan beralih mencengkeram kuat leher Sona.

"Sepertinya kau harus mati." -batin Sila.

"Ukhhh, apa yang kau lakukan? Uhuk! Lep-hass khan akhuu! Akkhh!" Ronta Sona.

Tubuh Sona mulai terangkat ke udara berkat Sila yang mencekiknya, Sona terus memukul-mukul dan mencakar lengan Sila kuat agar Sila melepaskan cengkeramannya pada leher Sona. Namun hasilnya Nihil. Sila benar-benar seperti di kuasai oleh iblis.

Sihir mulai keluar dari tubuh Sila tanpa bisa Sila kontrol. Ruangan sudah terlihat begitu acak-acakan berkat sihir Sila yang keluar tak beraturan. Semua benda-benda berserakan, begitu juga dengan kertas-kertas yang beterbangan di satu ruangan. Sementara Noel masih terdiam sambil menyipitkan matanya akibat sihir Sila yang begitu menyilaukan dan mencolok.

"Ukhh l-lephas akhh! Hukk! Hiks lephas khan akhuu!" Ronta Sona semakin tak berdaya.

*****

Berkat pekerjaan yang selesai lebih cepat, Avel akhirnya bisa pulang ke kediamannya. Saat ia turun dari kereta kuda, tiba-tiba saja dirinya di buat terkejut dengan cahaya yang keluar dari mansion.

"A-apa itu?" -batin Avel.

"T-Tuan? A-Ada apa itu?" Tanya Kusir.

"Aku akan masuk!" Ujar Avel segera berlari masuk.

Saat Avel sudah berada di ruang utama Mansion, tiba-tiba saja Ririn berlari menghampirinya dengan raut wajah panik.

"Tuan?! D-Duchess!"

DEG.

"Ada apa?!" Tanya Avel.

"Duchess dan Nyonya! Mereka bertengkar."

"Apa?!" Kaget Avel.

"Bertengkar?!" -batin Avel.

"Y-Ya! Nyonya Sona menampar tuan muda, kemudian Duchess marah besar. Dan sekarang..." Ujar Ririn. "Jika anda tidak bergegas, maka nyonya Sona akan mati!"

Mendengar itu, Avel langsung membulatkan matanya penuh. Segera saja Avel berlari menghampiri Sona dan Sila dengan Ririn yang menunjukkan tempatnya.

"Apakah itu adalah sihir?" -batin Avel.

Mengingat Sila adalah anak haram dari keluarga penyihir, keluarga hebat yang menghasilkan banyak penyihir berbakat dari generasi ke generasi. Bahkan tak sedikit penyihir hebat berasal dari sana. Namun satu yang Avel herankan, Sila.

Setahunya Sila adalah gadis pendiam yang hidup dalam bayang-bayang serta tatapan kebencian semua orang. Dirinya yang notabenenya adalah anak haram sering kali mendapat perlakuan buruk dari semua orang. Maka dari itu Sila selalu hidup dengan memikirkan pandangan orang lain. Hal itu pula yang membuatnya kurang percaya diri serta tak berani bermewah-mewah.

Dan lagi, sihir? Avel memang mengetahui jika Sila menguasai sihir. Namun setahunya sihir Sila begitu lemah. Tapi apa ini? Sihir yang bisa membuat Perasaan berdebar karna takut? Ini kah Sila?

Mansion mulai bergetar, gempa mulai terjadi di sekeliling Mansion. Sila benar-benar marah hingga mengakibatkan sihir dalam tubuhnya bergerak tanpa kendali.

Avel semakin mempercepat langkahnya menuju ruangan di mana Sila berada. Saat sampai di sana, langsung saja Avel membuka pintunya keras.

Brak!

DEG.

Avel di buat tertegun dengan pemandangan yang ia lihat, Silaunya sihir Sila membuat penglihatannya terasa sedikit sakit seperti tertusuk. Perlahan Avel melangkah maju ke depan.

"Apa yang kau lakukan Sila? -batin Avel.

Terlihat Sila tengah mencekik Sona kuat dengan tatapan dingin dan membunuh, begitu banyak kebencian yang tersirat dalam matanya. Avel bisa merasakan hal itu.

DEG.

"A-Apakah..., Apakah dia benar-benar Sila?" -Batin Avel tak percaya.

Pikiran Avel teralihkan kala melihat tubuh Noel yang meringkuk sambil menatap Sila dengan air mata yang bercucuran di pipinya yang memerah.

"Noel?" Panggil Avel.

"Ayah? Hiks., Ibu.." ujar Noel.

"Kemarilah." Ujar Avel merentangkan tangannya bermaksud meminta Noel ke pelukannya.

Noel terdiam. Ia begitu ragu. Pasalnya ini pertama kalinya Avel memedulikannya.

"Kemarilah Noel, kita harus menghentikan Ibumu." Ujar Avel.

Akhirnya Noel pun mengangguk dan langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Avel. Langsung saja Avel bangkit dan berjalan mendekati Sila.

"Sila?! Hentikan semua ini! Kau bisa membunuhnya!" Ujar Avel.

Sila mengalihkan tatapannya pada Avel.

"Heh? Aku memang ingin membunuhnya!" Ujar Sila dengan senyuman kebengisan.

"Y-Yang muliahh t-tolong akhuu.." ujar Sona.

"Sila aku mohon hentikan ini!"

"Siapa kau berani menghentikan aku?" Tanya Sila dingin.

"Sila? Kau lihat Noel? Dia ketakutan karna kau yang seperti ini! Maka hentikan itu! Jika tidak demi aku, maka hentikan demi Noel!" Ujar Avel.

DEG.

Sila tersentak. Benar. Dengan dia yang seperti ini, mungkin saja akan membuat Noel takut padanya dan kemudian menjauh lagi darinya.

Perlahan Sila mulai melepas cengkeraman tangannya pada leher Sona. Sihirnya perlahan memudar, tatapannya menjadi kosong.

"N-Noel....."

Bruk.

"Duchess?!"

"Sila?!"

Saat itu pula kegelapan menghampiri Sila, Sila pingsan akibat mengeluarkan tenaganya yang begitu banyak. Avel dan Noel di buat panik dengan hal itu, dengan sigap Avel langsung mengangkat tubuh Sila dan membawanya ke kamar.

Bersambung....