webnovel

BAB 04

"Maafkan Ibu Noel., Selama ini Ibu sangat lemah. Ibu tidak bisa melawan mereka., Maka dari itu ibu selalu mengurung diri dan berlatih. Sekarang Ibu sudah bisa melawan mereka dan menjaga Noel." Ujar Sila.

"Tentu saja itu alasan yang sangat pas., Aku tahu tubuh Duchess Sila sama sekali tidak lemah. Itu karna dia dari keluarga penyihir. Ayahnya adalah penyihir dan Ibunya adalah prajurit wanita bayaran, dan dia adalah anak haram yang tidak pernah di anggap dalam keluarga. Dia jatuh cinta pada Duke saat pandangan pertama dan meminta Ayahnya untuk menikahkannya. Permintaan pertama dan terakhir yang pernah Duchess Sila yang asli minta pada keluarga."

"J-jadi., Apa sekarang Ibu akan terus bersama ku?" Tanya Noel takut-takut.

"Tentu saja! Ibu akan selalu bersama Noel! Menjaga Noel hingga tidak ada yang berani menyentuh Noel!"

"Hiks.." lagi-lagi Noel menangis.

"Hentikan Noel, jangan menangis, air matamu akan jatuh mengenai luka-luka ini, dan itu akan sangat perih." Ucap Sila lembut.

"Duchess? Saya membawa perbannya." Ucap Ririn yang baru datang.

"Terima kasih Ririn." Ucap Sila.

Sila pun langsung membalut luka-luka di tubuh Noel dengan telaten tanpa rasa perih. Benar-benar lembut hingga membuat hati Noel menghangat.

Perlahan Noel mulai menguap dengan mata yang semakin mengantuk, Sila tersenyum dan mengelus pucuk kepala Noel Lembut.

"Tidurlah, Ibu akan berada di sini.," Ucap Sila.

"Apa aku tidak apa-apa tidur di kamar Ibu?" Tanya Noel.

"Tidak apa-apa, kau boleh tidur di sini kapan pun kau mau." Ucap Sila.

Cup.

"Tidurlah sayang." Ucap Sila.

Noel tersenyum, ia pun mulai memejamkan matanya perlahan dengan Sila yang terus bersenandung sambil mengelus kepala Noel, memberikan Noel kenyamanan dan kehangatan seorang Ibu yang selalu Noel dambakan.

"Sona Nixton! Aku akan menandai mu, bersiaplah." -batin Sila menatap dingin ke depan.

"Ririn? Siapkan aku minyak dan air." Pinta Sila.

"Tapi, untuk apa Duchess?" Tanya Ririn.

"Lakukan saja!"

"B-Baik."

Ririn pun segera pergi mengambil sesuatu yang di minta oleh Sila.

"Hmphh, kau harus merasakan rasa sakit yang di derita anakku sialan!" -batin Sila.

Beberapa saat kemudian, Ririn pun kembali dengan membawa minyak serta air di sebuah ember yang terbuat dari kayu.

"Ini, Duchess."

"Bagus!" Puji Sila. "Oh ya, kapan pasangan sial itu akan pulang?" Tanya Sila.

"Duchess?! Apa yang anda katakan? Bagaimana bisa anda mengutu-"

"Shhhh., Jangan berisik!" Ujar Sila sambil membungkuk bibir Ririn kuat.

Ririn mengangguk menatap Sila.

"Memangnya ada apa? Duchess." Tanya Ririn.

"Aku harus memberinya pelajaran atas apa yang dia lakukan pada Anakku! Jadi kapan dia akan pulang?" Tanya Sila.

"Hmm, sepertinya sebentar lagi. Mengingat ini sudah tengah malam." Ujar Ririn.

Sila tersenyum penuh arti menatap Ririn.

"Baiklah, Ririn? Aku akan menjelaskan sesuatu padamu, dan aku janji kau akan menjadi dayang pribadi ku dan hidup mu akan lebih enak!" Ujar Sila.

"D-Duchess? Mengapa anda berbicara seperti itu? Saya tidak pernah mendekati anda dengan maksud. Saya tulus." Ujar Ririn. "Namun saya takut kepala pelayan tidak akan mengizinkan saya menjadi dayang anda."

"Tidak apa, kau tenang saja." Ujar Sila. "Sekarang dengar baik-baik."

*****

Kini Sila dan Ririn sudah berada tepat di depan kamar Sona, dengan rencana yang di rangkai sempurna oleh Sila. Kini dengan yakin dirinya akan membuat Sona mengerti akan rasa sakit yang di derita Noel.

"Heh, wanita sialan, seharusnya dari awal kau tidak mengganggu singa yang sedang tidur." -batin Sila.

"Hey Ririn? Kau sudah siap dengan kain untuk mengepel lantainya?" Tanya Sila.

"Ya, Duchess."

"Bagaimana dengan air sabun untuk menghilangkan minyaknya?" Tanya Sila.

"Sudah, Duchess!"

"Kau pintar, tunggu di sini." Ujar Sila yang di balas anggukan oleh Ririn.

Sila mulai berjalan mendekat ke arah pintu kamar Sona. Sebelum itu, ia sudah terlebih dahulu membasahi lantai dengan minyak yang ia bawa.

Sambil dengan senyuman iblis yang terpasang di wajahnya, Sila terus membasahi lantai itu hingga lantai itu benar-benar licin.

"Ini saatnya, Sona Nixton." -Batin Sila.

Tok tok tok.

Sila mulai mengetuk pintu di depannya dengan perlahan.

"Siapa?!" Teriak Sona dari dalam.

Tok tok tok.

Sila kembali mengetuk pintu di depannya.

"Ku bilang siapa?! Apa kau tuli?!"

"Jika ku jawab maka aku akan ketahuan dasar bodoh!" -batin Sila.

Tok tok tok.

Sila lagi-lagi mengetuk pintu di depannya, kali ini Sila yakin jika Sona sudah merasa kesal di dalam dan akan segera keluar. Sila pun mulai berjongkok di bawah sambil menunggu Sona keluar.

Krieett....

Pintu mulai terbuka dan menampilkan Sona di sana. Perlahan Sila mulai mengendap masuk ke dalam.

"Siapa? Dasar kurang ajar!" Marah Sona.

Sila yang kini sudah berada tepat di belakang Sona mulai tersenyum puas ke arahnya. Ia pun mendorong Sona pelan hingga Sona akhirnya melangkah maju dan berakhir dengan jatuh di lantai akibat minyak yang di tuangkan oleh Sila ke lantai.

Bruk!

"Akhh! Sia-"

BANG!

Sebelum Sona menyelesaikan ucapannya, Sila lebih dulu memukul kepala Sona dengan tempat minyak yang ia bawa tadi, hal itu mengakibatkan Sona langsung pingsan di tempat.

"Hehehe., Ini balasan dariku., Dasar sial kau." Ujar Sila.

"Omong-omong, dia cantik juga. Yaah wanita sepertinya hanya bisa menghabiskan uang saja. Bahkan jika Aku berdandan, aku akan terlihat lebih cantik darinya." -batin Sila.

"Hey Ririn? Kemari, cepat bereskan sisa minyak itu, aku akan membawanya masuk." Ujar Sila.

"Baik, Duchess." Jawab Ririn.

Sila mulai menarik kaki Sona dan menyeretnya ke tempat tidur lalu menidurkannya di sana.

"Wah, aku harus menghilangkan barang bukti." Gumam Sila.

Sila mulai mengambil sebuah pisau dan merobek gaun yang di kenakan oleh Sona. Ia mengelap sisa minyak di wajah dan tangan Sona.

Setelah selesai, Sila mulai menatap datar pada tubuh di depannya. Ketika mengingat tentang apa yang wanita itu lakukan pada Noel, Sila mulai merasakan kebencian yang mendalam pada wanita di depannya.

"Kau menyakiti Noel bukan? Kalau begitu kau harus merasakan sakit yang di rasakan Noel juga." Ujar Sila.

Dengan senyum iblisnya, Sila mulai melebarkan paha Sona. Kemudian ia pun mengeluarkan pisau dari saku gaun tidurnya.

"Hehehe., Ku rasa kau tidak akan bisa menikmati apa itu surga dunia untuk beberapa waktu." Ujar Sila.

Sila mulai membuat garis-garis di sekitar paha dalam Sona, garis-garis yang kini mengeluarkan darah. Sila yakin dengan adanya garis-garis itu maka Sona akan merasakan sakit yang teramat ketika ia berjalan dan pahanya akan bergesekan.

Setelah itu, Sila kembali membuat luka-luka di sekitar ketiak Sona, dengan itu maka Sona akan memakai pakaian panjang di musim panas ini, serta akan terasa perih karna gesekan ketiaknya.

Be"Hehehe., Ku rasa kau tidak akan bisa menikmati apa itu surga dunia untuk beberapa waktu." Ujar Sila.

Sila mulai membuat garis-garis di sekitar paha dalam Sona, garis-garis yang kini mengeluarkan darah. Sila yakin dengan adanya garis-garis itu maka Sona akan merasakan sakit yang teramat ketika ia berjalan dan pahanya akan bergesekan.

Setelah itu, Sila kembali membuat luka-luka di sekitar ketiak Sona, dengan itu maka Sona akan memakai pakaian panjang di musim panas ini, serta akan terasa perih karna gesekan ketiaknya.

Bersambung....