webnovel

BAB 02

"S-saya.., saya m-mengerti Duchess!" Ucapnya dengan tubuh bergetar takut.

"Pergi!" Tegas Sila.

"B-Baik."

Brak!

Pelayan itu langsung berlari keluar meninggalkan Sila yang masih terdiam di tempat. Setelah kepergiannya tubuh Sila benar-benar di buat bergetar.

"Pfffft..., Hahahaha! Hahahaha! Rasakan! Mungkin kau bisa kurang ajar pada pemilik tubuh ini, tapi tidak dengan ku." Ujar Sila puas.

"Hahhh.., Duchess Sila? Mengapa kau bodoh sekali? Padahal kau cantik dengan rambut perak ini. Tapi malah tidak percaya diri."

"Haah, sepertinya aku harus keluar untuk mencari tahu. Sebelum itu aku harus berganti baju dulu." -batin Sila.

Sila mulai berjalan mendekati lemari untuk mencari gaun yang akan ia pakai untuk keluar. Namun betapa terkejutnya ia ketika membuka isi lemarinya.

"Apa?! Apa baju-baju ini milikku? Di lihat dari mana pun ini seperti baju pengemis! Apa kediaman Duke ini sangat miskin?!"

Sila kembali membongkar isi lemari untuk mencari gaun yang benar-benar layak, namun siapa sangka di antara banyak gaun itu terdapat satu gaun berwarna biru gelap, namun hanya gaun itu yang terlihat masih layak di pakai.

"Ayolah, apa mereka bercanda? Hanya satu gaun yang kondisinya baik-baik saja, yang lain sudah seperti kain untuk mengelap dapur."

Tanpa banyak berpikir, Sila langsung memakai gaun biru itu dan berjalan kembali ke meja rias. Lagi-lagi dirinya di buat terdiam dengan pemandangan meja riasnya.

"Astaga, meja ini sudah berapa tahun tidak di ganti? Meja belajar ku bahkan lebih bagus dari ini. Dan lagi, riasan ini bukankah sudah sangat lama? Apa wajah ku akan baik-baik saja jika memakainya?"

Sila benar-benar tak habis pikir dengan semuanya, bukankah wanita yang ia rasuki tubuhnya ini adalah seorang Duchess? Lalu mengapa ia menerima perlakuan buruk dari para pelayan? Dan lalu mengapa kehidupannya seperti ini?

"Haah, sepertinya aku harus mendisiplinkan pelayan-pelayan di sini, pertama-tama aku akan meminjam riasan yang mereka pakai." -batin Sila.

Sila pun mulai berjalan ke arah pintu untuk memanggil para pelayannya, dan beruntungnya ia, saat dirinya membuka pintu, ada pelayan yang tengah bersiap masuk ke kamarnya.

"Hey kau?!" Panggil Sila.

"Ah?!" Kaget pelayan itu. "D-Duchess ada apa? A-apa ada sesuatu?"

"Aku baru pertama kali melihatnya., Hmm., Apa dia khawatir padaku?" -batin Sila.

Sila mulai mengalihkan tatapannya ke sekeliling untuk memastikan keadaan aman, lalu ia pun langsung menarik pelayan itu masuk ke kamarnya.

"Kyaa! Duchess ada apa?"

"Shhh., Hey? Aku ingin meminta tolong padamu." Bisik Sila.

Pelayan itu menatap bingung pada Sila.

"Apa kau punya riasan? Aku ingin meminjamnya, aku akan keluar sebentar, tapi semua barang ku seperti sampah, bahkan gaun-gaun ku seperti kain untuk mengelap lantai." Ujar Sila.

Pelayan itu masih menatap bingung pada Sila. Sila yang melihat itu tampak heran dengan pelayan di depannya.

"Apa dia tuli? Hmm..." -batin Sila.

"Hey? Apa kau tuli?" Tanya Sila sambil memperagakan bahasa isyarat dengan tangan.

Hal itu semakin membuat pelayan di depannya menatap bingung ke arahnya, lagi-lagi Sila di buat angkat tangan dengan semua keadaan.

"Apa dia tidak mengerti bahasa isyarat?" -batin Sila.

Sila menghela nafasnya panjang lalu memijat keningnya, mengapa dirinya benar-benar sial?

"D-Duchess?" Panggilnya.

"Diam kau dasar tuli." -batin Sila kesal.

"D-Duchess a-apa anda baru saja meminta saya untuk meminjamkan riasan yang saya punya pada anda?" Tanya pelayan itu.

"Wahh? Ternyata dia tidak tuli?" -batin Sila.

Sila mengangguk sambil menatap pelayan di depannya.

"D-Duchess? A-apakah akhirnya anda akan merawat diri anda?" Tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

"Ohoo, apa kau menganggap aku gorila yang ingin berdandan?" -batin Sila.

"Ya, jadi., Apa kau ingin meminjamkan atau tidak?" Tanya Sila.

"Mau! Tentu saja mau! Saya sangat mau!" Jawab pelayan itu cepat sambil menggenggam tangan Sila.

"K-kalau begitu, terima kasih." Ucap Sila.

"Anda tunggulah di sini, saya akan mengambilnya!" Ucap pelayan itu hendak pergi.

"Hey tunggu! Siapa nama mu?" Tanya Sila.

"Ririn! Anda bisa memanggil saya Ririn." Ucap pelayan tadi lalu hilang di balik pintu.

"Ah, ternyata namanya Ririn. Akhirnya ada juga orang baik di dunia ini." Gumam Sila.

Sembari menunggu Ririn kembali, Sila memutuskan untuk melihat keluar jendela, sekedar untuk mencari angin. Dirinya benar-benar sangat lelah akibat kejadian yang baru saja ia alami.

"Wahh, apa itu taman? Luas juga." Gumam Sila.

Tanpa sengaja, Tatapan Sila jatuh pada seorang Anak yang tengah terduduk di samping semak-semak sambil meringkuk, ia memegang sebuah buku di tangannya.

Sila mengernyit, ia pun mencoba menajamkan penglihatannya pada anak itu.

"Tunggu, siapa anak itu?" -batin Sila.

Tiba-tiba saja anak itu mendongak dan menatap Sila, saat itu pula tatapan mereka bertemu dan terkunci satu sama lain.

DEG.

Seketika Sila di buat terpana dengan wajah anak yang ia lihat, bagaimana tidak? Rambut perak yang sama sepertinya serta hidung mancungnya. Pernahkah Sila melihat anak yang lebih tampan dari pada anak yang ia lihat saat ini?

"Uwahh., Tampannya!" -batin Sila.

Tiba-tiba saja rasa sakit menyerang kepala Sila, ia sampai di buat terjatuh karenanya.

"Ukhh.., sakitnya. Ada apa ini?" -batin Sila.

Potongan ingatan memenuhi kepala Sila, potongan ingatan yang menyakitkan hingga membuat Sila tanpa sadar menangis mengeluarkan air matanya. Apakah Sila menangis karna merasa sedih ataukah sakit?

"Ukhh., Apakah itu ingatan?! Ingatan pemilik tubuh ini?" Batin Sila. "Dan, mengapa aku menangis?"

"Noel..."

"Noel...

Suara seseorang begitu jelas terngiang-ngiang di kepala Sila, bahkan wajah anak yang barusan ia lihat tadi kini terlihat jelas di kepalanya.

"NOEL!" Pekik Sila langsung membuka matanya.

"D-Duchess?! Apa yang terjadi? Apa anda baik-baik saja?" Tanya Ririn yang baru sampai.

Sila menggeleng.

"Ingatan itu., Itu adalah ingatan pemilik tubuh ini. Berarti anak itu? Itu adalah anakku? Apakah aku menangis karna begitu sedih?" -Batin Sila.

Sila kembali bangkit dari duduknya dan menengok ke luar jendela untuk melihat anak yang tadi ia lihat. Namun anak itu sudah tidak ada di sana. "Di mana anak itu?" -batin Sila.

Sila pun segera berbalik menatap Ririn.

"Ririn?!" Panggil Sila.

"Y-ya Duchess?"

"Cepat dandani aku, aku harus menemui Anakku!" Ujar Sila.

Ririn di buat mematung mendengar perkataan majikannya.

"A-anda akan menemui Tuan Muda?" Tanya Ririn.

"Tentu saja! Aku harus segera menemuinya."

Ririn tertegun. "Duchess akhirnya perduli dengan tuan muda?" -batin Ririn.

Ririn tersenyum penuh arti ke arah Sila. "Baiklah, Duduklah Duchess." Ucap Ririn.

*****

Kini Sila sudah berada di taman di mana ia melihat anaknya, Noel. Ia terus berkeliling untuk menemui Noel. Namun ia sama sekali tidak bisa menemui keberadaan Noel di sana.

"Haah, di mana anak itu? Aku harus menemuinya." Gumam Sila khawatir.

Sila mulai menunduk dengan air mata yang sebentar lagi akan keluar. Ia mengepalkan tangannya kuat karna rasa marah bercampur sedih yang ia rasakan saat ini.

Bersambung....