"Siapa yang kau katakan kotor? Kalau bicara jangan sembarangan, ya! Aku wanita baik-baik, enak saja kau bicara!" teriak Caroline, tidak terima dikatakan kotor oleh salah satu orang yang mengejar pria yang mengotori pakaiannya saat membawa motor tersebut.
Lian hanya melirik ke arah wanita bertubuh kecil di sampingnya itu. Dalam hati, ia memuji juga sebab wanita itu terlihat cukup berani saat berbicara dengan orang-orang yang sedang mengejarnya itu.
"Kau sok berani, atau memang berani?" bisik Lian di telinga Caroline, sembari menjongkokkan tubuhnya.
"Diam kamu! Sekarang bagaimana caranya para kutu ini pergi, setelah itu baru masalah kita diselesaikan!"
"Serang saja!"
"Sedangkan kau?"
"Bukankah kau cukup emosi sekarang? Menyerang mereka adalah obat bagimu, jadi lakukan sana!"
Pria sialan! Dia tidak bisa berbuat apa-apa kah, hingga memintaku untuk menyerang?
Caroline memaki di dalam hati, tapi ia bersiap juga memasang kuda-kuda, hingga kemudian tanpa berpikir panjang, wanita itu menyerang beberapa orang yang sudah mengepung mereka.
Lian yang melihat hal itu sedikit terkejut juga. Tidak menyangka, wanita itu justru benar-benar melakukan apa yang diperintahkannya.
Entah karena terlalu polos atau justru sedang jadi manusia bodoh. Yang pasti, niat Lian yang tadinya ingin pergi saja terpaksa tidak diteruskan, karena tidak mungkin ia meninggalkan wanita itu bertarung dengan orang-orang yang menyekapnya tersebut.
Caroline sendiri sudah terlanjur kesal. Ia tidak menyadari, kekuatannya jadi bertambah dua kali lipat, hingga dalam satu kali gebrakan saja, ia berhasil membuat para pengejar pria tinggi yang mengotori pakaiannya itu berjatuhan begitu saja seperti daun kering.
"Aku kalau lagi emosi, ternyata bisa sekuat ini, ya?"
Wanita itu menatap kepalan kedua tangannya yang tadi habis menghajar dua orang sekaligus hingga roboh di jalan beraspal tanpa ampun.
Bersamaan dengan itu, Lian juga berhasil merobohkan salah satu orang yang lain, hingga kini semua pengejar itu lari tunggang langgang, ketika Lian mengancam ingin menghajar lagi jika mereka semua tidak pergi.
Sekarang tersisa mereka berdua saja di jalanan itu, dan Caroline menghadap ke arah pria tinggi tersebut untuk melanjutkan perselisihan mereka.
"Sekarang apa lagi?" tanya Lian pada gadis itu.
"Minta maaf!" hardik Caroline sambil menunjuk pakaiannya yang kotor.
"Tidak! Aku tidak bersalah!" sahut Lian sambil berbalik dan melangkah ke arah motornya yang terparkir di tepi jalan.
Melihat gelagat Lian yang ingin kabur, Caroline kesal, wanita itu meraih salah satu tangan Lian dan menariknya dengan sedikit kekuatan, tapi di luar dugaan, apa yang dilakukan oleh Caroline justru membuat tubuh tinggi Lian tertarik ke belakang, dan nyaris tersungkur di jalan jika saja pria itu tidak berusaha untuk bertahan dengan memperkokoh pijakannya.
"Wah, tubuhnya ringan sekali, padahal dia tinggi, masa aku tarik sedikit saja dia sudah terbang seperti daun kering?"
Lagi-lagi, Caroline bicara demikian, hingga memperhatikan kedua telapak tangannya, yang terasa berbeda dari biasanya.
Kenapa ia sekarang menjadi sangat kuat? Mengejar pria itu dengan sepeda saja ia bisa, lalu bertarung dengan orang-orang yang mengejar laki-laki tampan tapi kurang ajar itu, sampai menariknya hingga nyaris tersungkur.
Apakah kemampuan bela dirinya semakin berkembang setelah tadi malam ia merasakan ada sesuatu yang sakit masuk ke dalam tubuhnya, tapi ia tidak tahu, sesuatu apa itu?
"Hei! Kau kasar sekali, kurasa tanpa minta maaf juga sekarang kita impas, aku pergi saja, aku tidak suka wanita sekasar dirimu ada di depan mataku!"
Habis bicara demikian, Lian yang merasa tidak ada urusan dengan wanita yang mengejarnya itu segera naik ke atas motornya, lalu ingin pergi dari tempat itu dengan kecepatan penuh.
"Kau mau pergi tanpa minta maaf padaku terlebih dahulu?!" teriak Caroline masih dengan mode kesalnya.
Lian acuh. Pria itu bersiap untuk tancap gas, dengan kecepatan yang sudah ia persiapkan, dan Caroline siaga mencegah kepergian Lian dengan berdiri di depan jalan yang akan dilalui oleh Lian dan motornya.
Lian yang melihat aksi nekat wanita itu jadi kesal, sebab sekarang ini ia sedang buru-buru, lalu didahului raungan suara mesin motornya, yang dibuat pemuda itu sekeras mungkin, Lian nekat menerjang tubuh Caroline dengan cara melambungkan motornya ke udara, seperti melakukan aktraksi!
Caroline menjerit melihat aksi nekat pria tersebut, dan menutup kedua telinganya merasa tidak bisa menghindar dari terjangan motor milik Lian yang ingin melintasi kepalanya!
Gadis itu membayangkan tubuhnya akan hancur ketika motor itu menerjang ke arahnya, dan tidak mungkin bisa melintasi kepalanya dengan baik seperti seorang jagoan yang sering dilihatnya di sebuah film action.
Tapi, ketika suara mesin motor itu seketika menjauh setelah sempat meraung tiada henti, Caroline baru sadar, pria itu sudah melewati atas kepalanya dengan motor yang ia pakai tanpa melukai dirinya sama sekali!
"Dia manusia atau bukan? Tidak mungkin bisa melakukan hal itu di luar medan atraksi sebuah pertunjukan motor, siapa dia sebenarnya?"
Gadis itu bicara sembari menatap kepergian Lian yang sudah tidak nampak lagi bersama motor besarnya tersebut.
"Lupakan keingintahuan kamu itu, Nona! Karena dia bukan pria sembarangan!"
Sebuah suara membuat Caroline memalingkan wajahnya, dan ia terkejut ketika tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang gadis berambut panjang dengan tatapan dingin menatapnya sembari mengucapkan kalimat tadi.
"Keingintahuan? Kamu pikir, aku tertarik dengan dia hingga penasaran ingin mencari tahu tentangnya?" tanya Caroline pada wanita tersebut.
"Aku mendengar semua yang kau bicarakan tadi, apakah perkiraanku salah?"
"Sejak kapan kau ada di sini?"
"Sejak kapan? Sejak kau mulai mengatakan sejumlah perasaan kagummu padanya beberapa detik yang lalu!"
"Omong kosong! Aku tidak kagum, aku justru sedang kesal padanya, karena ia sudah mengotori pakaianku padahal aku ingin berangkat kerja! Kau temannya? Atau pacarnya? Bagus, aku punya kesempatan untuk menyampaikan pesan padanya, tolong minta maaf yang benar, jika dia memang pria sejati!"
Caroline ingin berlalu dari hadapan wanita berambut panjang itu, setelah usai mengucapkan kalimat tersebut.
Tapi, wanita itu tidak memberikan jalan agar Caroline bisa berlalu dari hadapannya.
"Apa urusanmu, sampai mengatakan masalah dia pria sejati atau bukan? Dia seorang pembalap internasional, dan kau meragukannya pria sejati atau bukan?"
Nada suara wanita berambut panjang itu terdengar tidak bersahabat ketika mengucapkan kalimat itu di hadapan Caroline.
Pembalap? Pantas saja dia tadi bisa melakukan hal yang aku rasa mustahil dilakukan oleh orang biasa, tapi meskipun dia pembalap juga, tidak mungkin bisa melakukan lompatan dengan motor seperti tadi. Ini masih terdengar mustahil bagiku, sama seperti keadaanku yang sekarang, mengapa tadi aku begitu kuat saat sedang bertarung?
Caroline bicara demikian di dalam hati, dan ini membuat gadis di hadapannya jadi sedikit sebal padanya.
"Siapa namamu?" katanya pada Caroline.
"Untuk apa kau menanyakan namaku segala?"
"Agar aku bisa menyebutmu di hadapan pria tadi sebagai salah satu orang yang tidak suka dengan dirinya!"
Caroline tersenyum kecut mendengar pernyataan gadis berambut panjang tapi terlihat angkuh tersebut.
"Namaku Caroline, oh, biar lengkap sekalian agar tidak salah orang, aku Carolina Caroline Cancer, jadi aku biasa dipanggil Caroline, katakan pada pria tadi, aku menunggu permintaan maafnya yang baik!"
Kini ganti gadis di hadapan Caroline yang tersenyum kecut mendengar jawaban yang dikatakan oleh Caroline.
"Aku Cony Priscilla Capricorn, aku biasa dipanggil Cilla, jika kita bertemu lagi, pastikan kau tidak salah menyebut namaku, agar kau sadar, kau wanita yang sok hebat, tapi sebenarnya tidak hebat karena tidak tahu siapa itu Leonard Lian!"
Note: Keras di luar bukan berarti keras pula di dalam, karena terkadang ada segelintir orang yang terlihat keras dari sikap tapi itu hanya caranya untuk bertahan.
(Apakah Cony Priscilla Capricorn wanita yang mendapat kekuatan bintang Capricorn?)