webnovel

Chapter 03: Memaksa

Sesudah makan malam, Will memutuskan untuk membuat tumpukan rumput kembali. Namun, kali ini bentuknya memanjang untuk dijadikan sebagai alas tidur. Meski begitu, alasnya tidak digunakan untuk dirinya, melainkan Violet yang telah terlelap dalam keadaan duduk dengan tangan memegang daging.

"Maaf…" Kata Will bersuara rendah, sambil perlahan mengangkat tubuh Violet, kemudian di pindahkan ke atas alas tidur.

Setelahnya, Will duduk kembali di dekat api unggun. Terdiam sejenak, kemudian dirinya melepaskan topeng putih yang selama ini menutupi wajahnya.

Setelah topeng terlepas sepenuhnya, bisa terlihat wajah tampan yang tertutupi oleh luka bakar sedang berekspresi datar. Matanya yang berwarna merah padam melihat api unggun di depannya. Hanya dengan itu, kita bisa melihat kerinduan tersirat di dalam matanya, menandakan bahwa Will sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa, kenapa ada seseorang yang mirip denganmu, sayang.

.." Gumamnya sendu, namun tak lama kemudian dirinya memakai kembali topeng putih itu dan diam hingga malam berganti pagi.

Di pagi harinya, Violet telah terbangun. Wajahnya begitu segar tersenyum cerah, namun segera dia mengedarkan pandangannya dan mendapati sosok Will sedang membersihkan sesuatu yang telah ia gunakan sebelumnya.

"Will? Kau sedang apa?" Tanya Violet sambil menggosok kasar matanya.

Mendengarnya, Will menghentikan pekerjaannya, kemudian menoleh dan berkata datar, "Tidakkah kau bisa melihatnya sendiri?"

"Begitu dinginnya…" Violet mendengus kesal, kemudian beranjak dan menggeliat bagaikan cacing.

Selesai dengan kenikmatan sementara itu, Violet mengalihkan pandangannya. Melihat Will yang telah selesai menyapu abu, bekas dari pembakaran rumput sebelumnya. Dengan rasa ingin tahu, Violet menghampiri Will kemudian bertanya mengenai sapu yang sedang digunakan oleh Will.

"Hmm, kau mendapatkan sapu ini darimana? Seingat ku, kau tidak membawa apapun selain belati kecil sebelumnya? Lalu, sapu itu?"

"... Aku lupa memberi tahu mu, aku tidak memiliki senjata pasti. Belati yang sebelumnya kau lihat merupakan bentuk yang ku ciptakan melalui energi kehidupan. Bahkan sapu ini juga." Ungkap Will tanpa mengalihkan fokusnya.

Violet perlu beberapa waktu untuk mencerna maksud dari perkataan Will. Hingga tak lama kemudian, keningnya mengerut, menatap Will dengan ketidakpercayaan.

"Maksudmu, energi kehidupan? Energi yang mempertahankan kehidupan suatu makhluk? Dan kau memakainya secara bebas? Tidakkah kau berpikir bahwa itu berbahaya!"

Sesaat Will melirik ke arahnya, namun kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya. Mengabaikan Violet yang sedang dibuat bingung oleh pernyataannya. Ia sendiri tidak berniat untuk mengungkapkan itu, namun mengingat Violet yang banyak tanya, Will akhirnya memberitahukan kepadanya.

'Bagaimana ini mungkin? Dia menyia-nyiakan energi kehidupannya tanpa memikirkan konsekuensi yang akan diterimanya! Seberapa besar keberanian yang dimiliki olehnya, dan apa alasan dibalik tindakannya tersebut?'

Menyadari dirinya terlalu banyak memikirkan sesuatu, Violet segera menggelengkan kepalanya. Kembali ke tempatnya, dan duduk sambil menunggu Will selesai dengan pekerjaannya.

Ketika Violet sedang duduk sambil memandangi Will, entah mengapa Violet merasakan sedikit gejolak aneh yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya. Mungkinkah itu terjadi karena Will merupakan pria yang memenuhi kriteria miliknya?

'Dia sangat rajin, baik hati, kuat dan bahkan teliti. Tetapi, kenapa wajahnya selalu ditutupi oleh topeng itu? Meski begitu, aku yakin bahwa parasnya sangat tampan… Ah! Apa yang aku pikirkan! Ingat Violet, saat ini kau hanya perlu untuk bertahan hidup tanpa mengandalkan keluarga!'

Violet menampar pipinya dengan keras, menyebabkan kulitnya menjadi memerah dan terasa sedikit sensasi panas yang menyebar. "Aww, aku tidak menyangka akan sesakit itu!" Gumam Violet sambil sesekali meringis kesakitan.

Secara tidak sadar, dari awal Will sedang memperhatikannya karena dirinya telah selesai menyapu. Will awalnya akan mengabaikan tingkah aneh Violet, namun ketika melihat Violet kesakitan. Tiba-tiba saja dirinya tergerak untuk membantunya, hingga berakhir dengan Will yang menghampiri Violet.

Will berjongkok setelah berada di dekat Violet. Will segera menyingkirkan lengan Violet dari pipinya, menyebabkan Violet terkejut sekaligus malu.

"Apa yang sedang kau lakukan!?" Kata Violet bingung ketika melihat tangan Will yang sengaja ditempel di pipinya.

"Diam, dan tenang saja. Aku juga tidak bernafsu padamu." Jawab Will masih dengan suara datarnya.

Mendengarnya, Violet kesal. "Hei, apakah itu cocok dikatakan ketika dirimu memaksa untuk menyentuh pipi orang seenaknya?"

"Aku melakukan ini untuk menyembuhkan mu, bukan melecehkan mu. Untuk apa aku memikirkan pantas atau tidaknya?" Sahutnya, kemudian Will menyalurkan energi kehidupannya kepada Violet hingga membuat wanita itu merasa nyaman karena kehangatan dari energinya.

Violet terkejut, ketika rasa sakitnya telah menghilang sekaligus dengan bekas merah di pipinya. Walau begitu, ia masih merasa kesal dengan Will yang bersikap dingin di dekatnya. Bahkan saat ini saja, Will telah berjalan pergi meninggalkan Violet yang masih terduduk.

"Padahal aku ingin berterimakasih, tetapi sekarang tidak jadi!" Gerutu Violet sambil berjalan dengan langkah berat menghampiri Will yang telah menjauh.

***

Setelah cukup lama berjalan di bawah sinar matahari. Akhirnya, mereka berdua telah sampai di titik keluar dari hutan itu. Dengan perasaan lega, Violet tersenyum lebar, menutup matanya dan membentangkan tangannya dengan kepuasan.

"Akhirnya aku bisa menghirup udara segar lagi!" Ucap bahagia dirinya.

Will menoleh dan berkata dengan suara rendah, "Aneh."

Alis Violet berkedut ketika mendengarnya, dengan cepat dia kembali ke posisi semula, namun sambil memasang wajah marah. "Apa yang kau katakan! Aku tidak aneh, justru kau yang aneh!"

Mengabaikan perkataannya, Will segera melanjutkan perjalanannya. Kebetulan saat ini dia hendak kembali ke guild nya untuk melaporkan pekerjaannya.

Namun, semua itu harus ditunda karena Violet yang terus mengikutinya bahkan ketika Will tiba di penginapannya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa terus mengikuti ku?" Tanya aneh Will kepada Violet yang sedang cengengesan.

"Hehe, bolehkah aku untuk tetap bersamamu…? Kumohon!" Kata Violet dengan mata berkaca-kaca.

"Tentu saja, tidak."

Mendengar penolakan keras itu, Violet langsung panik. Dengan cepat dirinya memeluk tangan Will yang hendak untuk membuka kunci kamar penginapannya, walau begitu tindakan Violet tidak bisa mengehentikan Will untuk membuka kunci pintunya.

"Kumohon, kumohon! Aku tidak memiliki uang untuk bertahan hidup di dunia luar!!" Bujuk Violet dengan kepanikan yang hampir mencapai puncaknya.

"Kau jual saja gaun mu, itu akan laku mahal jika dicuci terlebih dahulu." Will berkata tanpa mengalihkan pandangannya.

"Tapi, tapi, bagaimana aku harus hidup jika tanpa pakaian!? Kumohooon!!"

"Kenapa tidak mengemis?"

"Sekarang aku sedang mengemis kepadamu, kumohon biarkan aku untuk terus didekat mu! Aku akan melakukan apapun itu untukmu!"

Mendengarnya, Will merenung, berhenti bergerak dan berpikir keras. Tak lama kemudian, dia menoleh dengan cepat sambil menyeringai lebar seperti orang mesum. Hal itu tentu saja membuat Violet ketakutan.

"Aku akan melakukan apapun kepadamu, hehehe~!" Kata Will sambil berlagak akan menerkam seseorang.

"Tidaaak!!" Teriak Violet, namun segera disumpal oleh Will menggunakan kain.

Seketika, kain itu berhasil membuat Violet berhenti berteriak. Namun, wanita itu mengerutkan keningnya, menatap kain yang telah ia keluarkan dari mulutnya.

Sebelum bertanya, dia menyempatkan diri untuk mengendus kain tersebut, dan semakin curiga dengan bau nya yang aneh.

"Sebelum itu, kain apa ini?" Tanya Violet penuh pertanyaan.

"Hmm? Itu kain bekas, untuk membungkus organ manusia." Jawab tenang Will membuat Violet kembali berteriak sambil melempar kain itu ke wajahnya.