webnovel

Chapter 02: Perkenalan

Di dalam hutan yang hening, terdapat seorang anak muda sedang tidak sadarkan diri di bawah pohon. Namun, tak lama kemudian muncul segerombolan orang dengan zirah yang sama seperti milik pria muda itu.

Mereka terkejut ketika melihat pria muda yang tak lain merupakan teman mereka, sedang tak sadarkan diri dengan zirah tampak penyok oleh suatu alasan.

"Hermit? Sedang apa kau disini? Kemana perginya Tuan Putri!" Salah satu pria bertanya setelah turun dari kudanya.

Namun, ketika tidak mendapatkan sedikitpun jawaban. Pria itu mengernyit heran, menatap Hermit yang kemudian tatapannya teralihkan pada zirah Hermit yang terlihat rusak.

"Saya rasa dia diserang oleh seseorang, kemudian kalah dan tak sadarkan diri." Kata pria lainnya dan diterima oleh pria itu.

"Kau benar. Entah siapa yang menyerangnya, tapi satu hal yang pasti, bahwa orang itu bukanlah manusia biasa. Aku rasa, lebih baik kita melaporkan kejadian ini terlebih dahulu. Untuk kabar Nona Violet, lebih baik kita katakan jika dia berhasil kabur tanpa jejak!"

"Baiklah!"

Setelah memastikan bahwa Hermit sedang tak sadarkan diri, pria itu bangkit, kemudian meminta yang lain untuk membawanya. Dengan begitu, mereka kembali lagi ke istana yang berjarak beberapa kilometer di arah barat.

***

"Hey! Tunggulah, langkahmu terlalu cepat!"

Violet mengeluh dengan nafas tersengal-sengal karena harus mengikuti langkah cepat pria misterius. Namun, keluhannya tidak digubris oleh pria misterius yang terus berjalan Tampa mengalihkan pandangannya.

"Pria yang menyebalkan!" Gumam kesal Violet.

Sekarang, mereka berdua masih berada di tengah hutan. Namun, pria misterius mengambil rute jalan yang lebih jauh dari rute utama, dengan harapan yang masih sama. Ia tidak ingin ditimpa oleh sesuatu yang merepotkan setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Omong-omong, kenapa kita harus mengambil rute ini? Kenapa tidak rute utama saja? Bukankah ini terlalu bahaya?" Violet melempar pertanyaan secara bertubi-tubi dengan tingkat kekhawatiran yang tinggi.

Mendengarnya, pria misterius menghentikan langkahnya. Kemudian menoleh, menatap Violet dengan mata dinginnya. "Baiklah, kita harus berpisah disini. Sampai jumpa." Kata pria misterius, tak lama kemudian dirinya menghilang di hadapan Violet tanpa meninggalkan jejak.

Melihat itu, Violet terkejut. Ia langsung salah tingkah dan tak tahu harus melakukan apa selain berteriak dan memohon agar pria itu kembali lagi. "A-apa!? Kemana perginya kau! Kumohon kembali, aku sangat ketakutan di sini!!"

Mengedarkan pandangannya, Violet tidak bisa melihat apapun selain tempat yang dipenuhi oleh pohon-pohon dengan tanaman liar berada dimana-mana. Suasana disana tampak begitu mengerikan, membuat tubuhnya menjadi gemetar ketakutan.

"Kumohon… Jangan tinggalkan aku sendiri… Aku sangat ketakutan disini… Maafkan aku atas perkataan ku sebelumnya, jadi kumohon kembalilah! Setidaknya temani aku hingga keluar dari hutan ini!"

Suaranya bergetar, menandakan jika ketakutannya merupakan emosi murni dari dirinya. Hingga tak lama kemudian, pria misterius telah kembali dengan babi hutan yang berada di atas pundaknya.

"Kau!? Kau akhirnya kembali!!" Girang Violet ketika melihat pria misterius telah kembali. Ia melompat, berharap bisa memeluknya, tetapi pelukannya bisa digagalkan karena kepalanya ditahan oleh pria misterius.

"Ada apa?" Terheran pria misterius ketikan melihat Violet sedang menangis bahagia. "Sudah hentikan saja itu, mari kita makan dulu!" Pria misterius kemudian berbalik, meninggalkan suara dengan nada dingin merayap masuk ke dalam telinga Violet.

"Mmmm?"

Tanpa mengatakan apapun, Violet berjalan mengikuti pria misterius dengan wajah berseri.

Ketika mereka menemukan tempat yang cocok, mereka langsung duduk di antara tanaman-tanaman liar yang tak bisa dihilangkan secara menyeluruh. Mereka hanya mencabut beberapa untuk dijadikan alas empuk.

"Apa kau bisa menggunakan sihir api?" Tanya pria misterius setelah keheningan yang cukup lama.

"Emm, aku bisa. Tetapi, aku tak terlalu bisa mengendalikan dan hanya bisa membuat api kecil saja." Jawab Violet sedikit ragu.

"Tak apa. Kalau begitu, bakarlah bajumu untuk dijadikan sumber api. Aku akan memanggang babi ini."

"A-apa!? Mana mungkin aku akan melakukannya!" Violet berteriak terkejut ketika mendengar permintaan pria misterius.

Saat ini saja hawa disekitar terasa dingin, apalagi jika pakaiannya dilepaskan. Mungkin dengan begitu dirinya akan terkena penyakit hipotermia. Ia tidak bisa melakukannya hanya demi makanan!

"Kalau begitu cari akal, buatlah api. Tidak perlu terlalu besar." Pinta pria misterius sambil mengeluarkan jeroan babi dengan tangan kosong.

Melihat penampakan itu, Violet sedikit bergidik geli. Namun, tak lama kemudian dirinya mencabut beberapa tanaman, terutama rumput untuk ditumpuk menjadi satu. Kemudian dirinya mengeluarkan sihir api di jari telunjuk, setelah membaca mantra cukup lama.

Pria misterius sedikit melirik ke arahnya, kemudian mengerutkan keningnya dan mengehentikan pekerjaannya. "Kenapa kau memakai mereka sebagai bahan pembakaran?" Tanya heran pria misterius.

"Haa? Memangnya harus menggunakan apa? Bukankah ini saja cukup? Lihat! Hanya bermodalkan itu saja, api sudah menyala!" Violet tampak berbangga diri dengan membusungkan dadanya.

Namun, kebanggaan tersebut langsung menghilang ketika melihat pria misterius menunjuk ke arah belakangnya. Ketika menoleh, ia langsung tersenyum bodoh sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya.

"Hehe, ternyata ada kayu…"

***

"Oh ya, siapa namamu? Tidak mungkin jika aku terus memanggilmu dengan sebutan 'Kau', 'Anda', atau mungkin 'Sayang'."

"Kenapa tidak?"

"Ya jelas ti— H-haa!?" Ketika menyadari maksud pria misterius, wajah Violet langsung merah padam.

Saat ini, mereka berdua sedang menikmati makan malam dengan ditemani api unggun ditengah-tengah mereka. Dari awal memasak,suasana selalu ditemani keheningan. Membuat Violet sedikit kesal, namun pada saat dirinya membuka percakapan. Hal mengejutkan terjadi, membuat wajahnya menjadi merah padam tanpa alasan.

"... Ekhem! Tolong serius, aku sedang tidak bercanda saat ini!" Violet mencoba untuk tetap tenang, dan kembali mengajukan pertanyaan yang lebih condong kepada permintaan.

"Siapa yang bercanda?" Tidak seperti Violet, pria misterius justru terheran karena dianggap sedang bercanda.

Ternyata, saat ini mereka berdua sedang berkomunikasi dengan pemikiran yang tak sejalur. Meski begitu, keduanya tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Serius, siapa namamu?"

"Lagipula untuk apa? Toh, nanti kita akan berpisah juga."

Mendengarnya, Violet membuang nafas berat. "Kau ini, tidak mengerti arti pertemanan yang sesungguhnya." Kata Violet dengan suara rendah. "Kau memang benar, tetapi setidaknya aku bisa mengenal seseorang yang telah menyelamatkanku! Begitu saja, tak terlalu merepotkan mu, 'kan?"

Setelah merenung sejenak, pria misterius menjawab, "Will"

Violet sedikit bingung dengan jawaban pria misterius, ia memiiringkan kepalanya, namun tak lama kemudian ia tersadar dan mengerti. Dengan gerakan yang bahagia, Violet menyahut, "Ooh! Namamu Will!? Baiklah, salam kenal Will! Oh ya, kau pasti tahu dengan namaku, 'kan? Namaku Violet Dom Malvingers, salam kenal, Will!"

"Hmm." Will menanggapinya dengan dehaman tanpa menoleh. Walaupun saat ini, pikirannya sedang dibuat gundah ketika memastikan bahwa Violet benar-benar putri Kerajaan Malvingers.