webnovel

Kaylee's Journal

Kaylee merasakan penderitaan bertahun-tahun bersama degan orang tua asuhnya dan mengajak Sean untuk pergi dari tempat tersebut namun Sean menolaknya. Kaylee meninggalkan kekasihnya, Sean. Dia merasa jengah dengan Sean yang lebih mementingkan obsesi untuk merebut harta yang seharusnya menjadi miliknya. Lantas bagaimana kisah perjalanan cinta mereka? Akan bertahan atau malah justru kandas? Mari simak kisah selanjutnya :)

mrs_geeky88 · Urban
Zu wenig Bewertungen
12 Chs

Chapter 8

Kualitas tidur Sean kurang baik, dia terlalu memikirkan Kay yang sedang marah. Sudah hampir menjelang pagi namun Sean tak kunjung tidur. Hanya menggulingkan tubuhnya ke samping kanan dan samping kiri, berulang kali. Mengajak mata terpejam namun mata selalu menolaknya.

Namun setelah menjelang pagi perlahan kedua matanya tertutup dengan lingkaran menghitam di sekitar matanya. Kantung mata yang cukup besar, akan menjadi perbincangan para karyawan perusahaan pasti nantinya.

Sean sudah mulai terlelap. Ketika pintu kamar tidurnya terbuka pun dia tidak mendengarnya. Alicia memang diam-diam menyelinap masuk ke kamar tidur Sean, melihat Sean yang terlelap membuatnya tersenyum miring.

Alicia kembali menutup pintu dan tidak lupa menguncinya, dia melangkahkan kakinya perlahan. Meminimalkan suara langkah kakinya agar Sean tidak terbangun. Kemudian ikut membaringkan tubuhnya di samping Sean.

Alicia memeluk Sean dari belakang, Sean yang baru saja tertidur sontak terbangun. Dia nampak terkejut karena keberadaan Alicia secara tiba-tiba.

Sean membuka matanya sempurna, kemudian bangun dan duduk menjauhi Alicia. "Apa yang kau lakukan di kamar tidurku, Alicia?" Tanyanya sedikit kesal. Tidak hanya sedikit, namun sangat banyak.

Alicia tersenyum miring, megusap wajah Sean dengan punggung tangannya. "Tentu saja memuaskanmu, sayang." Ucapanya beriringan dengan seringai.

Sean semakin menggeser bokongnya, nampak ketakutan dengan tingkah Alicia. "Jangan bertingkah konyol dan gila, Alicia." Ucapnya.

Alicia kemudian menarik ujung kerah piyama yang digunakan oleh Sean. Dia nampak tenang, tidak peduli apapun yang diucapkan oleh Sean. "Jangan munafik, Sean." Ucapnya berbisik pada Sean, hingga membuat bulu kuduk Sean berdiri. "Kau menginginkannya bukan?" Tanya Alicia.

Susah payah Sean meneguk salivanya, bukan tergoda dengan Alicia. Namun dia sangat takut dengan sikap Alicia yang terkesan menyeramkan. Seakan dia akan memeperkosa seorang laki-laki.

Sean buru-buru melepaskan kerah kemajanya dari tangan Alicia, menggeser bokongnya menjauhi Alicia. "Kembalilah ke kamar tidurmu, Alicia. Ini masih terlalu pagi untuk mengajakku bercanda."

Alicia kembali menarik kerah piyama Sean agar Sean mendekatinya. "Aku tidak bercanda, Sean." Ucapnya penuh penekanan.

Alicia semakin berulah, dia membuka kancing piyamanya satu persatu hingga tak tersisa. Kini hanya tersisa pakaian dalam yang dikenakan oleh Alicia. Nampak dengan jelas dua buah dada milik Alicia yang bulat dan besar.

Kini Sean susah payah meneguk salivanya. Pandangannya tidak berhenti di tubuh indah milik Alicia, tidak dapat dipungkiri jika tubuh Alicia sedikit gempal namun terkesan lebih menggoda.

Alicia menyetuh wajah Sean, mengecup bibir Sean berulang kali meski Sean tidak membalasnya. Dia tidak menyerah begitu saja, Alica menyentuh dada bidang milik Sean dan memainkannya.

Sean terdiam, dia hanyut oleh setiap sentuhan yang diberikan oleh Alicia. Sempat menikmati cimuan yang dimulai oleh Alicia. Dia hanya seorang laki-laki biasa yang memiliki hawa nafsu, munafik jika dia tidak menikmati itu.

Tangan Alicia tidak berhenti di dada Sean begitu saja, tangannya turun menyentuh perut Sean. Kemudian turun lagi menekan bagian sensitive milik Sean, hal tersebut membuat Sean terkejut bukan main. Pasalnya ini adalah pertama kalinya bagian sensitifnya disentuh oleh seorang perempuan. Dan perempuan tersebut bukan Kay, dia adalah Alicia. Seharusnya Sean sangat menginginkan jika bagian sensitifnya disentuh oleh Kaylee.

Bagian sensitive milik Sean memang mengeras dan menengang. Hal tersebut membuat Alicia tersenyum penuh kemenangan. Dia mendekatkan bibirnya ke daun telinga milik Sean dan berbisik, "jangan munafik, Sean. Kau juga menyukainya, bukan? Bahkan tubuhmu saja tidak bisa berbohong." Alicia tergelak, suara tawanya begitu renyah memenuhi kamar tidur tersebut.

Bisikan yang menggelitik tersebut membuat Sean tersadar apa yang sedang dilakukan oleh Alicia sekarang. Sean segera menyingkirkan tangan Alicia dari bagian sensintif pada tubunhya dan mendorong tubuh Alicia.

"Jangan berbuat hal yang konyol, Alicia. Kenakan lagi pakaianmu!" Peintah Sean.

Alicia sama sekali tidak memperdulikan perintah dari Sean. Dia malah justru semakin menggila, melepaskan celananya. Sehingga sekarang tubuhnya hanya nampak celana dalam dan pakaian dalam saja. Alicia memang benar-benar gila.

Sean malah justru semakin bergidik ngeri dengan tingkah Alicia yang agresif. Perempuan tersebut tidak berharga untuknya dan sekarang semakin tidak berharga untuknya.

Alicia kembali menarik tubuh Sean, membuka paksa piyama yang dikenakan oleh Sean. Tentu saja piyama yang dikenakan oleh Sean robek, Alicia terlalu agresif pada Sean.

"Alicia!" Sean menekan intonasi bicaranya.

Wajahnya nampak merah padam dan mengerikan, bahkan Alicia yang tadinya memiliki keberanian sangat banyak saja tiba-tiba menciut. "Sean," lirihnya.

"Sudah ku katakan berulang kali. Jangan bertingkah konyol!" Ucapnya dengan tegas. "Kita belum menikah, tidak seharusnya kita melakukan apa yang menjadi larangan agama. Aku tidak ingin berdosa hanya karena tingkahmu yang konyol itu." Lanjutnya lagi.

Alicia benar-benar terkejut dengan penolakan yang diberikan oleh Sean, dia tidak pernah menyangka sebelumnya. Padahalnya tubuhnya sangat indah, tidak satu pun laki-laki di luar sana yang berani menolaknya. Mereka pasti akan mengantri untuk berkencan dengan Alicia.

"Sean," lirih Alicia. Mengiba, berharap dengan dirinya yang mengiba membuat Sean luluh.

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapnku, Alicia!" Sean mempertegas ucapannya. Dugaan Alicia memang salah besar, menggoda Sean bukan keputusan yang tepat.

"Sekarang pergi dari kamarku sekarang juga!" Perintah Sean sambil menunjuk pintu kamar.

Apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan, dia pikir akan mudah menggoda Sean dengan tubuhnya. Namun dugaannya salah, Sean menolaknya dengan tegas. Sekarang bukan keberhasilan yang didapatkan namun Alicia harus melihat kemarahan Sean untuk pertama kalinya. Selain itu dia juga malu karena telah setengah telanjang dan hanya mendapatkan kemarahan dari Sean, bahkan Sean mengusirnya.

"Maaf," Alicia kembali mengiba.

Namun Sean sama sekali tidak peduli, dia sudah terlanjur marah dengan Alicia. Awalnya dia memang terbuai dengan permainan yang dibuat oleh Alicia, namun hanya sesaat. Perlahan dia sadar dan mengingat apa yang telah dilakukannya tadi pada Kay hingga membuat Kay marah besar.

"Alicia! Keluar atau aku akan…." Belum sempat Sean melanjutkan ucapannya, Alicia segera memotong ucapan Sean.

"Baiklah," ucapnya pasrah. Alicia menyambar pakainnya dan mengenakannya kembali. "Aku akan keluar tapi aku mohon jangan marah lagi padaku," pinta Alicia.

Sean membuang wajahnya dari hadapan Alicia. Dia benar-benar muak dengan drama yang dibuat oleh Alicia.

"Sean," Alicia memanggil lagi. Namun Sean masih diam, tetap dalam posisinya semula. Menyilangkan kedua tangannya dan memalingkan wajahnya dari hadapan Alicia.

Alicia yang tidak mendapatkan jawaban dari Sean hanya bisa pasrah. Dia keluar dari kamar tidur Sean, pandangannya tidak berhenti menatap Sean. Berharap Sean mencegahnya dan mengatakan menyesal karena telah memaki dirinya atau sekedar menoleh melihat kepergiannya.

Tapi tidak semudah itu, Sean benar-benar muak dengan drama Alicia. Dia kembali menoleh setelah Alicia keluar dari kamar tidurnya.

"Apa yang kau lakukan di kamarnya?"

TBC.