webnovel

Tingkatan Tertinggi — Utusan Para Dewa

Redakteur: Wave Literature

Zhang Ruochen mengasingkan diri dan berada selama sepuluh hari di Gunung Raja untuk melatih teknik tinju miliknya. Ia telah membunuh dua ekor binatang buas level dua dan 17 binatang buas kelas superior level satu.

Semua binatang buas level satu kelas superior dan binatang buas level dua mungkin sudah dibunuh semua oleh Zhang Ruochen.

Dan sepertinya binatang buas kelas rendah di Gunung Raja memahami bahwa Zhang Ruochen adalah pemburu brutal yang baru, karena saat binatang-binatang itu melihat Zhang Ruochen, mereka akan berlari secepat kilat.

"Bulb!"

Itu adalah suara air terjun setinggi tujuh atau delapan meter dari permukaan tanah. Air yang jatuh dari puncak tebing itu menciptakan suara gemuruh saat bertabrakan dengan hulu, sebelum akhirnya mengalir kembali menjadi sungai.

Zhang Ruochen tiba di tepi sungai. Ia menatap air terjun itu seolah jantungnya juga sedang bergemuruh.

Setelah semua proses pengolahan yang dipelajari, Zhang Ruochen dengan jelas dapat merasakan bahwa ia sudah hampir menguasai teknik tinju.

"Phhhf!"

Ia melompat dari tanah dan masuk ke dalam sungai. Ia menggunakan kekuatan fisiknya untuk menahan tekanan air.

"Boom!"

Tenaga Chi miliknya telah diaktifkan. Ia melepaskan kekuatan tinju yang cukup besar.

Aliran sungai itu berhenti sejenak oleh sebab kekuatan tinjunya.

Tidak lama setelah itu, air mulai terisi kembali dan mendorong Zhang Ruochen. Gelombang yang kuat dari air itu menggulung Zhang Ruochen hingga kembali ke tepi sungai.

Setelah meludahkan air sungai, Zhang Ruochen kembali melompat ke sungai. Ia menggunakan teknik tinju yang berbeda agar latihan teknik miliknya cepat berhasil.

Kali ini, ia melepaskan tiga kekuatan tinju sekaligus. Lagi-lagi, ia tenggelam sebentar oleh sebab digulung ombak air sungai.

Zhang Ruochen terus bangkit setiap kali ia dikalahkan.

Ia tidak akan menyerah setelah dikalahkan lagi dan lagi. Semakin lama ia berlatih, maka semakin sering pula ia tenggelam.

Itu hampir seharian penuh Zhang Ruochen bertarung dengan air. Ia bahkan kelelahan sampai seluruh tubuhnya memar.

Setelah seharian penuh, ia mengambil satu buah Obat Suci yang diambil dari seekor Ular Mata-hijau, seekor binatang buas level dua. Ia menelan Obat Suci itu, ia duduk bersila dan mulai melakukan meditasi agar mampu menyerap Energi Chi yang akan membantu memulihkan kekuatan fisik dan energinya.

Keesokan pagi, luka-luka memar di tubuh Zhang Ruochen berangsur pulih. Tubuhnya penuh dengan Tenaga Chi dan fit kembali. Ia lalu melompat ke sungai dan mulai berlatih lagi.

Di hari kelima, terdengar suara pekikan nyaring dari sekitar sungai. "Naga dan Gajah Kembali ke Bumi".

Zhang Ruochen melepaskan kedua tinjunya dalam waktu yang bersamaan. Sebuah tinju yang diarahkan ke air dan disusul dengan auman naga serta gajah. Yang mengejutkan adalah akhirnya gelombang air itu mengarah ke tempat yang berbeda dan tidak menggulung Zhang Ruochen lagi.

"Naga dan Gajah Kembali ke Bumi", sebuah teknik tinju dari gerakan Pukulan Naga dan Gajah Prajna, telah berhasil diolah dengan baik.

Zhang Ruochen telah mampu melepaskan Kekuatan 100 Banteng dan mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Kuning.

Pada saat itu, seluruh Energi Chi yang ada di Gunung Raja menjadi aktif dan berkumpul mendekati Zhang Ruochen. Energi Chi itu berubah menjadi sinar cahaya yang memenuhi angkasa.

Beberapa bayangan leluhur muncul di antara cahaya-cahaya itu. Beberapa berbentuk manusia dan naga, beberapa lagi seperti angin dan Kylin.

Setiap bayangan kuno yang nampak itu adalah suci. Mereka mencerminkan ragam jenis kekuatan dari para dewa-dewa.

"Kita adalah manifestasi dari dewa-dewa. Berlutut."

Jendral Ge Qian dan para prajurit setianya seketika tunduk dan berlutut saat menyaksikan datangnya para utusan dewa-dewa dari langit.

Sungguh, itu adalah manifestasi dari para dewa-dewa yang datang. Biasanya, mereka akan datang saat seseorang atau sesuatu telah melakukan pengorbanan yang cukup besar.

Bayangan-bayangan dari dewa-dewa itu menyelimuti Gunung Raja dan berkumpul di atas kepala Pangeran Kesembilan. Itu benar-benar adalah datangnya sebuah keajaiban bagi seluruh Yunwu Commandery.

"Ternyata itu benar bahwa utusan para dewa-dewa akan menyambut ketika aku mencapai Tingkatan Tertinggi." Zhang Ruochen mengamati bayangan dewa-dewa yang ada di langit dengan ketakjuban yang luar biasa.

Akhirnya, ia telah berhasil meletakkan pijakan pertama dalam perjalanan menjadi seorang legenda ksatria.

"Boom!"

Bayangan-bayangan para dewa itu pecah menjadi cahaya yang menyilaukan. Mereka masuk ke dalam Tanda Suci yang terletak di dahi Zhang Ruochen.

"Boom!"

Cahaya-cahaya itu pecah dan menjadi sebuah aura putih yang mengelilingi tubuh sesaat setelah tersimpan dalam Wadah Chi milik Zhang Ruochen.

Wadah Chi miliknya hampir meledak karena cahaya yang masuk terlalu banyak. Darah Zhang Ruochen berdesir lebih kencang.

"Ini saatnya, mari kita menembus Alam Hitam!"

Zhang Ruochen tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini. Ia duduk di atas air dan mulai mengaktifkan 36 Jalur Aliran Chi di tubuhnya. Kemudian, ia menyerap kekuatan dewa-dewa dan mulai mencoba untuk menembus Alam Hitam.

Zhang Ruochen telah mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Kuning. Dan dengan bantuan yang ia peroleh dari kekuatan suci para dewa-dewa, itu bisa dipastikan bahwa ia akan berhasil mencapai Alam Hitam tanpa kegagalan sedikitpun.

Setelah satu jam, Wadah Chi milik Zhang Ruochen bergetar hebat dan mulai retak.

"Boom!"

Wadah Chi miliknya pecah berkeping-keping.

Tidak lama setelah itu, Wadah Chi miliknya mulai terbangun kembali dan menjadi wadah yang lebih besar lagi.

Tidak… itu bukan lagi Wadah Chi.

Sekarang, itu disebut sebagai Danau Chi.

Zhang Ruochen telah berhasil menembus Alam Hitam. Oleh karena itu, Wadah Chi yang ada di dahinya menjadi berkali lipat lebih besar sehingga sekarang disebut sebagai Danau Chi. Karena itu adalah 100 kali lipat lebih besar daripada saat ia berada pada Puncak dari Alam Kuning.

Tanda dari para dewa-dewa tercetak di dinding Danau Chi miliknya seolah mereka merestui dan memberikan kekuatan suci.

Akan tetapi, tanda dari para dewa-dewa itu cukup tipis sehingga orang-orang mungkin tidak akan melihatnya jika tidak mengamati dengan seksama.

Tetap rendah hati, sebab Zhang Ruochen baru mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Kuning, lalu mendapatkan sambutan dari Utusan Para Dewa. Maka tanda dewa miliknya masih berwarna tipis sehingga tetap terlihat seperti ksatria biasa.

Tetapi jika Zhang Ruochen mampu mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Hitam, maka ia akan mendapatkan sambutan kedua dari dewa-dewa. Jika demikian, maka tanda dewa yang berada di Danau Chi miliknya akan semakin tebal.

Jumlah dari ksatria-ksatria yang mencapai Tingkatan Tertinggi sejak dahulu kala adalah sangat sedikit. Beberapa diantara mereka adalah Biksu-biksu dan/atau kaisar-kaisar yang memiliki talenta luar biasa sehingga mereka mampu mencapai Tingkatan Tertinggi, lalu disambut oleh Utusan Para Dewa pada saat berusia muda.

Tetapi, para biksu-biksu dan kaisar-kaisar bertalenta tidak pernah menceritakan detil yang terjadi saat mereka masih muda. Untuk itulah, adalah sesuatu yang mustahil untuk menemukan buku sejarah tentang mereka, karena tidak seorangpun yang pernah mengerti detil ceritanya.

Maka tidak terbantahkan jika itu adalah keajaiban yang luar biasa bahwa Zhang Ruochen juga disambut oleh Utusan Para Dewa setelah berabad-abad lamanya. Namun, itu adalah hal yang diluar batas kemampuan untuk dapat disambut oleh Utusan Para Dewa lain waktu. Bahkan untuk para biksu-biksu juga kaisar-kaisar tangguh.

Sebab Tingkatan Tertinggi dari Alam Hitam adalah jauh lebih sulit daripada Tingkatan Tertinggi dari Alam Kuning.

Bahkan Zhang Ruochen yang telah mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Kuning pun tidak begitu percaya diri bahwa ia akan mampu menembus lagi Tingkatan Tertinggi dari Alam Hitam.

"Diikat oleh cahaya dewa, dijaga oleh para dewa… apakah ini yang disebut sebagai Danau Cahaya Suci seperti yang ada di mitos kuno?"

Di kehidupan Zhang Ruochen sebelumnya, Kaisar Ming pernah menyebut tentang Danau Cahaya Suci.

Kaisar Ming menceritakan masa mudanya, bahwa dirinya juga disambut oleh Utusan Para Dewa dan mendapatkan perlindungan dari dewa. Lalu, Danau Chi miliknya berubah menjadi Danau Cahaya Suci.

Sesaat setelah Danau Cahaya Suci berhasil diolah dengan baik, maka Danau Chi miliknya akan menjadi lebih besar. Bahkan para ksatria dari Alam Bumi tidak akan sanggup menandinginya.

Seiring berjalannya waktu, ketika Zhang Ruochen berada di tingkat pengolahan yang lebih tinggi, maka fungsi dari Danau Cahaya Suci miliknya akan menjadi lebih jelas.

Zhang Ruochen menghabiskan satu hari satu sama untuk mencerna kekuatan dari Utusan Para Dewa.

Tenaga Chi yang berada di Danau Chi miliknya sebentar lagi penuh.

Dalam kata lain, Zhang Ruochen sudah mencapai Puncak Tingkatan Awal dari Alam Hitam. Maka dengan segera ia dapat menembus Tingkatan Menengah dari Alam Hitam.

"Tidak diragukan bahwa Ini adalah sebuah Danau Cahaya Suci. Karena jika dibandingkan dengan ksatria di Tingkatan Awal dari Alam Hitam, kapasitas Danau Chi milikku adalah 10 kali lebih besar serta tingkat pemulihan Tenaga Chi ku juga lebih baik. Aku rasa Danau Chi milikku sekarang ini adalah kurang lebih sama dengan ksatria yang berada di tingkatan Puncak dari Alam Hitam."

Sebab kapasitas dari Wadah Chi milik seorang ksatria biasa sesaat setelah mereka menembus Alam Hitam hanyalah 10 kali lebih besar dari saat mereka berada di Alam Kuning.

Karena Zhang Ruochen berhasil mengolah dan mencapai Tingkatan Tertinggi, yang mana itu adalah setingkat lebih tinggi daripada ksatria biasa, maka kapasitas Wadah Chi miliknya pun dua kali lebih besar dari mereka.

Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan lara ksatria Tingkatan Awal dari Alam Hitam, kapasitas Danau Chi miliknya adalah 10 kali lebih besar.

Ketika Zhang Ruochen sedang mencoba untuk menembus tingkatan baru dan bersila di atas air, Jendral Ge Qian kembali ke Istana Kerajaan untuk melaporkan kabar baik pada Komandan Pangeran Yunwu.

"Ada hal penting yang harus aku laporkan pada Yang Agung. Kasim Cao, tolong sampaikan pesanku ke Komandan Pangeran." kata Ge Qian yang terlihat sedang memendam sesuatu yang penting.

Kasim Cao adalah aliansi dari sang Ratu. Sejak ia tahu bahwa Ge Qian bertanggung jawab untuk menjaga Pangeran Kesembilan, maka ia tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan Ge Qian. "Yang Agung sedang istirahat. Aku takut beliau tidak sempat bertemu denganmu, jendralku. Tolong kembali saja ke tugasmu dan lindungi Pangeran Kesembilan."

Ge Qian menatap tajam Kasim Cao, ia marah dan berkata, "Pelayan Cao, kau lebih baik segera sampaikan ke Yang Agung sekarang juga! Jika sampai ada yang terjadi dengan Pangeran Kesembilan oleh sebab kelambatanmu ini, aku bisa pastikan kau akan mati!"

Kasim Cao adalah seorang ksatria Tingkatan Fajar dari Alam Hitam. Meskipun ia tidak cukup kuat melawan Ge Qian, tetapi ia tidak pernah takut untuk membantah Ge Qian.

Di waktu yang bersamaan, terdengar suara dari Komandan Pangeran Yunwu. Ia berkata, "Siapa yang berisik seperti ini?"

Kasim Cao menatap Ge Qian dan berbisik, "Mari kita lihat apa kau berhak mengganggu Yang Agung!"

Ge Qian tidak menoleh ke arah Kasim Cao dan langsung memberi hormat ke arah istana. Ia berkata, "Yang Agung, pelayan Anda Ge Qian memiliki sesuatu yang penting untuk dilaporkan."

Suara Komandan Pangeran Yunwu terdengar dari dalam istana, "Ge Qian, bukankah kau sedang menjaga Pangeran Kesembilan? Apa yang lebih penting dari keselamatan anakku? Atau kau telah menangkap pembunuh profesional lain yang ingin membunuh Pangeran Kesembilan?"

"Lebih penting dari yang baru saja Anda tanyakan!" kata Ge Qian mantap.

Sepertinya Komandan Pangeran Yunwu merasakan bahwa sesuatu telah terjadi. Maka ia memanggil Ge Qian untuk masuk.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Ge Qian, Kasim Cao mengubah mimik wajahnya. Ia mengikuti Ge Qian dan masuk ke dalam Istana.

Ge Qian menatap Kasim Cao dan berkata, "Yang Agung, apa yang akan saya sampaikan adalah sangat penting. Saya hanya bisa menyampaikan kepada Anda, Yang Agung, dan tidak kepada orang lain."

Komandan Pangeran Yunwu duduk di atas singgasana dan sedang menggenggam sebuah buku emas. Ia mengerutkan dahi dan melihat Ge Qian sekilas, "Bubar semuanya. Aku butuh privasi dengan Jendral!"

Kasim Cao tadinya tidak ingin meninggalkan istana. Namun, setelah mendengar perintah dari Komandan Pangeran Yunwu nyalinya menjadi ciut dan seketika ia keluar dari istana.

Komandan Pangeran Yunwu bertanya, "Ge Qian, kau bisa ceritakan padaku sekarang. Apa yang terjadi?"

Ge Qian berlutut dengan satu kaki dan melapor pada Komandan Pangeran Yunwu tentang apa yang ia saksikan di Gunung Raja dengan jelas dan padat.

"Utusan Para Dewa!"

Mendengar itu, Komandan Pangeran Yunwu seketika terkesiap. Tubuhnya menegang dan ia bangkit dari singgasana miliknya.

Ge Qian mengangguk dan berkata, "Ya. Saya yakin Pangeran Kesembilan mencapai Tingkatan Tertinggi seperti yang dideskripsikan oleh mitos tentang Utusan Para Dewa."

Mimik wajah Komandan Pangeran Yunwu terus berubah. Setelah ia menyadari betapa pentingnya informasi ini, ia bertanya, "Apa ada orang lain yang tahu?"

Ge Qian menjawab, "Selain saya, 10 penjaga kerajaan yang berjaga di sana juga menyaksikan itu."

Komandan Pangeran Yunwu berkata, "Utusan Para Dewa adalah sesuatu yang sangat serius. Maka berita ini harus benar-benar rahasia. Ge Qian, apa yang harus kita lakukan pada 10 penjaga yang tahu tentang apa yang terjadi dengan Pangeran Kesembilan?"

Dalam kata lain, Komandan Pangeran Yunwu bermaksud untuk mengendalikan Ge Qian juga.

Ge Qian benar-benar memahami aturan yang berlaku, maka ia berpikir sejenak. Untuk kemudian terbersit keyakinan yang mantap di matanya, ia berkata, "Dibunuh!"

Komandan Pangeran Yunwu mengangguk, ia berkata, "Ge Qian, aku tahu kau adalah seorang jendral yang setia. Tetapi, jika sampai kabar ini tersebar luas, semua pembunuh profesional bisa dipastikan akan mengejar Zhang Ruochen dan membunuhnya! Maka, bagaimana jika kau dan 10 penjaga lain aku tugaskan untuk menjaga candi kuno di Gunung Kaisar dan jangan pernah kembali? Dengan begini, maka anakku, kau, dan 10 penjaga itu tidak ada yang kehilangan nyawa."

"Baik, Yang Agung." jawab Ge Qian.

Kemudian, Komandan Pangeran Yunwu dan Ge Qian bergegas menuju Gunung Raja. Mereka berdua ingin sekali lagi memastikan bahwa Pangeran Kesembilan benar-benar disambut oleh Utusan Para Dewa atau tidak.