webnovel

Melarikan Diri

Naura memasang pendengarannya, dan terdengar suara dengkuran di luar pintu kamarnya. Gadis itu menuju ke jendela, tetapi teralis besi yang melapisi jendela tidak memungkinkannya untuk keluar dari jendela tersebut. Perlahan, dengan berjinjit Naura keluar dari dalam kamar. Terlihat dua orang laki-laki membaringkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di ruangan tersebut. Dengan berhati-hati, Naura berjinjit dan berjalan melintasi tempat mereka menuju ke arah dapur. Sekilas, saat dia datang ke kastil tersebut, Naura mengamati ada pintu samping dari arah dapur.

"Aku tidak boleh keluar lewat pintu depan, karena pasti akan ada pengawal yang berjaga di pos penjagaan." Naura membatin. Melihat semua orang di rumah itu tengah tertidur, Naura dengan berhati-hati segera memutar anak kunci untuk menuju keluar.

Tidak lama kemudian, pintu sudah terbuka, dan perlahan Naura keluar dari dalam pintu tersebut. Gadis itu mengintip ke pintu gerbang, dan tepat sesuai dugaannya, tampak dua penjaga sedang berbincang di dalam pos penjagaan kastil.

"Hanya pagar pembatas ini, satu-satunya jalan agar aku bisa berlari keluar dari dalam tempat ini." Naura mengukur ketinggian pagar pembatas itu, karena dari kecil sudah terlatih untuk pertahanan diri, Naura merasa yakin jika dia mampu menaiki pagar tersebut.

"Tap..." dengan tubuh kecilnya, Naura melompat dan tidak butuh waktu lama gadis itu sudah berada di atas pagar pembatas.

Tatapan Naura melihat kegelapan dan pohon-pohon besar yang ada di depannya. Dalam kegelapan tersebut, Naura sama sekali tidak bisa mengenali ada dimana dirinya sekarang.

"Meskipun menakutkan, aku harus melewatinya. Di dalam rumah Santoz, aku merasa jika akan lebih menakutkan. Apalagi Alexander sedang berada di Rumania, tidak akan ada yang dapat menyelamatkanku dalam waktu singkat." setelah menimbang-nimbang, Naura memutuskan untuk menembus kegelapan malam.

Tanpa berpikir lagi, Naura segera melompat ke samping pagar. Dengan mengandalkan tatapan mata yang terbatas, Naura terus berjalan meninggalkan kastil tempat tinggal Santoz. Ranting-ranting kecil maupun semak belukar yang menghalangi langkahnya, tidak Naura pedulikan. Gadis itu terus berjalan dan menerobos, bahkan mengabaikan suara-suara binatang yang terdengar menakutkan di telinganya. Naura menguatkan hati dan perasaannya, dengan berpikir jika Santoz dan teman-temannya jauh lebih berbahaya daripada binatang yang ada di hutan itu.

"Auuuwwww.." suara anjing hutan di kejauhan membuat bulu kuduk Naura berdiri. Gadis itu menghentikan langkahnya sebentar, tetapi menyadari dirinya berada dalam kegelapan, Naura bergegas melanjutkan langkahnya.

Di kejauhan, Naura melihat samar-samar sinar lampu di tengah kegelapan. Tanpa berpikir panjang, Naura mempercepat langkahnya mendatangi cahaya lampu tersebut. Tidak berapa lama, Naura melihat sebuah bangunan kayu menyerupai sebuah gubug berada di depannya.

"Bangunan kayu siapa itu.., apakah aku harus mengetuk dan minta ijin untuk bermalam seemantara pada bangunan itu?" Naura berpikir sendiri.

"Tapi.., ya kalau penghuni gubug itu orang baik-baik.., kalau orang jahat bagaimana?" pikiran bertolak belakang muncul di pikiran Naura. Tetapi akhirnya karena tidak mau banyak berpkikir, akhirnya Naura hanya ingin bermalam di tempat itu sampai pagi menjelang. Menggunakan papan kayu yang ada di samping gubug tersebut, Naura menggunakannya sebagai alas untuk duduk sambil menyelonjorkan kakinya. Gadis itu menyandarkan punggungnya di batang kayu yang ada di samping bangunan gubug itu, dan tidak lama kemudian mungkin karena faktor kelelahan, Naura terlelap dalam tidurnya.

*****

Keesokan Harinya

"Nak.., bangunlah!! Kamu siapa, dan bagaimana bisa berada di tempat ini?" suara perempuan tua terdengar membangunkan Naura yang masih tertidur. Mendengar suara itu, sontak Naura terkejut kemudian membuka matanya, dan melihat seorang nenek tua berada di depan wajahnya.

"Saya bukan orang jahat, maafkan saya yang tanpa ijin telah berada di tempat ini." Naura merasa ketakutam, dan segera meminta maaf pada nenek itu.

"Masuklah sebentar ke gubug nenek nak.., kamu bisa membersihkan tubuhmu dulu." dengan ramah nenek itu mengajak Naura masuk ke dalam rumah. Merasa asing dengan tempatnya berada, Naura tidak memiliki pilihan lain. Segera Naura mengangkat tubuhnya kemudian berdiri dan berjalan mengikuti nenek itu masuk ke dalam gubug itu.

Sebuah ruangan yang didominasi dengan semua perabotan kayu tampak artistik di depan mata Naura. Ternyata meskipun gubug itu berada di tengah hutan, tetapi penataan dan perabotan yang ada sangat bagus dan memiliki nilai tinggi jika berada di tengah kota. Nenek itu masuk ke dalam kamar sebentar meninggalkan Naura. Tidak lama kemudian, dengan membawa lipatan baju dan sebuah handuk, nenek itu berjalan mendekati Naura.

"Mandilah dulu nak.., kamu bisa menggunakan pakaian cucuku untuk berganti baju!! Sepertinya ukuran tubuhmu sama dengan ukuran tubuh cucuku... Setelah itu, kamu bisa menemani nenek untuk melakukan sarapan pagi. Kebetulan kakek sedang pergi berburu , jadi nenek tidak memiliki teman untuk menikmati sarapan." ucap nenek sambil tersenyum dan menyerahkan baju pada Naura.

Tidak mau menimbulkan pertanyaan, Naura menerima baju itu, kemudian beranjak menuju tempat yang ditunjukkan oleh nenek tersebut. Sebuah kamar mandi dengan sebuah shower dan bak mandi, terlihat di depan Naura. Perlahan Naura menyalakan shower, dan perlahan mulai melepaskan pakaian yang membalut tubuhnya.

"Hmm..., dingin tapi menyegarkan." gumam Naura sambil menggigil kedinginan. Dengan cepat, tangan Naura mengambil shampoo dan mulai melakukan keramas untuk menghilangkan keringat yang menempel di sekujur tubuhnya. Setelah berada di bawah guyuran air, tubuh gadis itu sudah mulai bisa beradaptasi. Kesegaran perlahan mulai merambat di sekujur tubuhnya.

Tidak lama kemudian, Naura sudah keluar dari kamar mandi, dengan menutup rambutnya dengan mengenakan handuk. Nenek tersenyum melihat Naura yang sudah segar, kemudian menyerahkan sisir dan hair dryer pada gadis itu.

"Keringkan rambutmu dulu nak..., agar kamu tidak kedinginan." ucap nenek ramah.

"Terima kasih nek.." Naura langung menancapkan hair dryer pada colokan listrik, kemudian mulai menyalakan mesin itu untuk mengeringkan rambutnya. Melihat apa yang dilakukan gadis itu, nenek itu terlihat tersenyum sambil mengamatinya.

"Jika sudah selesai, duduklah di meja makan. Nenek sudah membuatkan teh panas untukmu nak.." Naura merasa sedikit curiga dengan kebaikan nenek itu, dengan mudah memberinya pertolongan padahal baru saja mereka bertemu. Tetapi merasa tidak memiliki pilihan untuk saat ini, Naura melakukan apa yang diperintahkan oleh nenek tersebut. Sesaat kemudian, Naura sudah duduk di meja makan, dan teh panas yang masih mengepul sudah tersaji di depannya.

"Nenek terlalu baik, bisa menerima Naura dengan sangat lapang. Padahal Naura telah mengganggu istirahat nenek." dengan wajah bersemu merah, Naura memuji nenek.

"Kamu bicara apa.., kamu mengingatkanku pada cucuku nak. Semua fasilitas di dalam gubug ini, cucuku yang yang menyediakannya. Tapi sayang, tidak selalu setiap tahun sekali cucuku datang untuk mengunjungiku disini. Kamu sendiri.., siapa namamu tadi.. Naura?" Naura tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Ya Naura..., ceritalah pada nenek. Kenapa kamu tiba-tiba berada di halaman rumah nenek, apakah kamu tersesat, atau sengaja dibuang oleh orang ke hutan ini?" dengan penuh selidik nenek tadi bertanya pada Naura.

*****