TOK TOK TOK
Risa terkejut ketika mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Ia terpaksa menghentikan aktivitasnya menonton drama Korea kesukaannya itu. Ia beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapakah yang mengetuk pintu kamarnya.
Risa sebenarnya tidak ingin diganggu saat ini. Akhir pekan merupakan waktu untuk beristirahat sejenak dari pekerjaannya yang cukup melelahkan. Hari ini ia sudah menghabiskan waktu 3 jam hanya untuk menonton drama Korea dan itu sangat menyenangkan. Mengistirahatkan otaknya dari segala hiruk-pikuk dunia kerja.
Risa memegang gagang pintu dan membuka pintu kamarnya. Terlihat Kirana sedang berdiri tepat dihadapannya.
"Kenapa Bu?" tanya Risa.
"Nak, turun sebentar yuk," ajak Kirana.
"Ada apa Bu?" tanya Risa.
"Ada tamu nak," jawab Kirana.
"Siapa?" tanya Risa.
"Nanti kamu akan tau sendiri," jawab Kirana. Risa terdiam, ia tidak merespon perkataan ibunya.
"Ayo nak sebentar saja," pinta Kirana.
"Males ah Bu, ibu sama ayah saja," ucap Risa.
"Harus ada kamu nak," ucap Kirana.
"Ya sudah kalau begitu, aku siap-siap sebentar," ucap Risa.
"Iya nak, ibu tunggu di bawah ya," ucap Kirana.
"Iya Bu."
Risa berbalik badan dan segera menutup pintu kamarnya. Ia sangat kesal karena waktu akhir pekannya sedikit terganggu dengan kehadiran tamu. Ia tidak tahu siapakah tamu yang akan ditemuinya ini. Dengan cepat ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih sopan, karena tidak mungkin ia memakai pakaian terbuka seperti ini.
Tak lama kemudian, Risa sudah selesai mengganti pakaian. Ia pun bergegas keluar dari kamarnya dan menuju ruang tamu. Kini ia sudah berada di ruang tamu. Ia melihat dua orang pria dan satu wanita yang sudah duduk bersama kedua orangtuanya. Ia tertunduk ketika banyak mata tertuju kepadanya.
"Cantik sekali," puji wanita itu.
Risa mempercepat langkahnya menuju sofa, ia duduk tepat bersebelahan dengan ibunya. Ia menatap beberapa tamu di rumahnya ini. Ia tersadar jika tamunya adalah Aldi dan kedua orangtuanya.
Suasana hening sejenak, tak lama kemudian Wijaya membuka suara.
"Nak, masih ingatkan dengan tamu kita ini?" tanya Wijaya.
"Iya," jawab Risa singkat.
"Nak, ini Tante Rani sama om Aldi datang mau silaturahmi," ucap wanita paruh baya itu.
Kini Risa mengetahui jika wanita paruh baya itu bernama Tante Rani dan suaminya yang bernama om Andre. Mereka adalah orang tua dari Aldi.
"Apa tujuan mereka datang kesini?" tanya Risa dalam hati.
"Langsung saja ya," ucap Andre.
"Iya iya silahkan," jawab Wijaya.
"Jadi kami disini bermaksud baik untuk melamar Risa untuk anak kami Aldi," ucap Andre.
Risa seketika terkejut mendengar ucapan dari om Andre. Ia tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya.
"Hah?"
"Maksudnya apa?" tanya Risa. Ia benar-benar terkejut dan tidak mengerti dengan keadaan yang sedang dialaminya saat ini.
"Sabar nak," bisik Kirana.
"Kami sangat ingin anak kami menikah dengan Risa," lanjut Andre menjelaskan.
Risa masih terbungkam, ia tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini.
"Kami sangat setuju sekali," ucap Wijaya.
Risa semakin terkejut ketika mendengar ucapan ayahnya itu. Ia menatap wajah Wijaya dengan tajam.
"Yah," ucap Risa.
"Kali ini ayah mohon mengertilah," bisik Wijaya.
Risa benar-benar kehabisan kata-kata, ia tak menyangka jika secepat ini semua terjadi padanya.
"Risa tidak setuju," ucapnya lantang.
"Nak," ucap Kirana.
"Risa nggak setuju, Aldi juga pasti tidak setuju," ucap Risa.
Kini semua tatapan tertuju kepada Aldi.
"Bagaimana nak?" tanya Rani.
Aldi terdiam sejenak.
"Nak," panggil Andre.
"Jika ini terbaik menurut mama dan papa, Aldi setuju-setuju saja," ucap Aldi.
Risa menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak mengerti apa yang sudah dikatakan Aldi. Padahal ia sudah meminta agar Aldi tidak menyetujui perjodohan ini.
"Tapi itu semua juga terserah Risa, jika dia tidak setuju apa boleh buat," lanjut Aldi menjelaskan.
Risa sedikit bernafas lega mendengar ucapan Aldi. Ia mempunyai sedikit alasan untuk menolak perjodohan ini.
"Tunggu sebentar ya," ucap Kirana.
Tiba-tiba Kirana menggandeng tangan Risa dan membawanya meninggalkan Aldi dan kedua orangtuanya.
"Lepasin Bu," ucap Risa.
"Sebentar saja nak."
Kini mereka sudah berada di dapur dan Kirana sudah melepas genggaman tangannya.
"Nak, ibu mohon kali ini terimalah," ucap Kirana.
"Tapi Bu, Risa tidak mencintai Aldi," jawab Risa.
"Cinta bisa tumbuh saat bersama nak, ibu mohon kali ini cobalah untuk memulai kembali," ucap Kirana.
"Nggak bisa bu."
Tak terasa air mata Risa mengalir ke pipinya. Ia tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini. Luka lama yang masih tertinggal terasa begitu nyata. Ia tidak ingin merasakan luka itu lagi.
"Aldi itu pria yang baik nak, ibu yakin Risa akan bahagia bersamanya," ucap Kirana meyakinkan Risa.
Risa menggelengkan kepala, pertanda jika ia tidak bisa menerima perjodohan ini.
"Ibu sama ayah sudah tua nak, kami sangat ingin melihat Risa hidup bahagia dengan pria yang baik."
"Jika ibu dan ayah sudah pergi, kami sangat sedih karena tidak bisa melihat hari bahagia Risa."
Air mata semakin deras mengalir di pipinya. Di satu sisi ia sangat ingin menolak perjodohan ini. Tetapi dilain sisi, ia sangat sedih mendengar ucapan ibunya itu. Ia tidak tega melihat kedua orangtuanya bersedih.
"Baiklah Bu jika menurut ibu ini yang terbaik, Risa akan menerimanya," ucap Risa.
"Terimakasih nak," ucap Kirana.
Kirana memeluk Risa dengan erat. Begitupun dengan Risa yang membalas pelukan hangat ibunya tercinta.
"Ayo nak kita kembali," ucap Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
Kirana melangkahkan kakinya kembali ke ruang tamu dan diikuti oleh Risa. Sesampainya di sana, mereka segera duduk di tempat semula.
"Bagaimana nak?" tanya Wijaya.
"Baiklah, Risa menerimanya," ucap Risa.
"Alhamdulillah."
Rasa syukur bergema di ruangan ini. Sebuah pernyataan singkat membawa kebahagiaan seisi ruangan.
"Ya sudah kalian mengobrol saja dulu," ucap Wijaya.
Risa menoleh ke arah Wijaya, ia tidak ingin berada di posisi ini. Sangat berat menerima kenyataan yang sangat menyakiti hatinya.
"Ayo nak sana ajak Aldi ke taman," ucap Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
Risa beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju taman. Sedangkan Aldi seolah mengerti dan segera mengikuti langkah Risa.
Tak lama kemudian, Risa sudah tiba di taman rumahnya. Ia memilih untuk duduk disebuah kursi panjang yang ada di sana. Taman ini memang berukuran kecil, namun tak kalah indah dengan taman di luar sana. Begitupun dengan Aldi yang kemudian duduk bersebelahan dengannya.
Risa dan Aldi duduk berjarak sekitar setengah meter. Tidak ada perbincangan yang terjadi diantara keduanya. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mereka sangat canggung satu sama lain. Wajar saja karena mereka sudah lama tidak bertemu.
"Ris."