"Jadi kamu benar-benar memaafkanku?"
"Ya," jawab Dian tanpa keraguan.
"Bagaimana dengan Bara?"
"Tanyakan saja pada Bara. Ngapain lo tanya sama gue? Dia dan gue beda pikiran."
"Udah jangan ketus. Biasa aja ngomongnya." Zico tergelak tawa.
"Siapa bilang gue ketus? Gue Ngomong biasa aja." Dian mengelak. Membuang muka karena malu.
"Dan gue bukan anak kecil yang enggak bisa membedakan intonasi bicara kamu. Makasih sudah memaafkan aku."
"Gue tegaskan sekali lagi sama lo. Gue lakuka demi Alvin bukan demi lo."
"Terima kasih telah membesarkan Alvin. Gue bangga punya anak kayak Alvin. Kamu mendidiknya dengan benar. Dia telah menjadi penghubung silaturahmi diantara kita .Jika Alvin tidak ada, sampai sekarang kita masih bermusuhan atau lo udah bunuh gue."
"Sudahlah. Tidak usah membahasnya lagi. Sudah masa lalu. Kita hidup di masa depan bukan di masa lalu. Kita saling memaafkan saja demi Alvin, anak kita."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com