webnovel

Bab20. Harus Akui

Agista benar-benar dibuat kesal oleh Bian sekarang, lelaki itu sangatlah menyebalkan dan tidak bisa dimaafkan, bisa-bisanya Bian bertahan di sana demi Diandra.

Dan mau sampai kapan Bian diam di sana, langit sudah semakin gelap sekarang dan lagi belum ada tanda jika Diandra akan datang.

Agista sudah mulai bosan ada di sana tanpa melakukan apa pun juga, tapi untuk pergi pun Agista tidak mau karena harus tahu apa yang akan dilakukan mereka berdua.

Selang beberapa lama, Agista melihat taxi yang berhenti di depannya, dan memang itu Diandra yang keluar dari taxinya.

"Bagus sekali karena pada akhirnya wanita itu datang juga."

Agista tersenyum dan mengangguk, sekarang Agista akan tahu seperti apa hubungan mereka berdua sebenarnya.

Taxi itu melaju pergi dan kembali memperlihatkan Bian di sana, Agista tersenyum karena sekarang pertunjukannya akan dimulai, meski Agista takut dengan kebenarannya tapi itu lebih baik dari pada Agista harus dibohongi.

"Bian," panggil Diandra.

Bian menoleh dan langsung bangkit saat sadar dengan kedatangan Diandra, Bian tersenyum dan langsung memeluk Diandra dengan eratnya.

Diandra mengernyit tanpa merespon pelukan itu, benarkah semua ini, Bian memeluknya dengan sangat erat tapi untuk apa, bukankah dia telah memiliki Agista.

"Kamu dari mana, aku menunggu kamu sejak tadi?"

Diandra tak menjawab, biarkan saja Bian mengungkapkan semuanya terlebih dahulu, nanti Diandra akan jawab semuanya tanpa terlewat.

"Aku mau minta maaf soal tadi di Kantor, aku tidak tahu kalau Gista akan datang dan akan berani melakukan itu sama kamu."

Diandra mengangkat sebelah alisnya, dan bukankah benar jika Bian lebih membelanya dari pada Agista.

"Diandra, kamu tidak akan mengundurkan diri kan, kamu akan tetap jadi Sekretaris aku kan?"

Diandra tersenyum, baguslah karena sepertinya benar jika Bian telah berubah sekarang.

Diandra telah berhasil menarik perhatiannya, bahkan tanpa Diandra harus melakukan hal yang sulit untuk mendapatkan perhatian itu.

"Diandra, katakan saja kamu mau apa, aku akan penuhi asalkan kamu mau memaafkan aku sekarang."

Diandra melepaskan pelukan Bian dan terdiam menatapnya, berapa lama Bian bersama Agista dan kenapa bisa semudah itu Bian tergoda oleh Diandra.

"Aku minta maaf, aku sudah tegur Agista atas apa yang dilakukannya sama kamu, dan dia sudah berjanji tidak akan mengulangnya lagi."

Diandra masih saja diam dengan tetap manatap Bian, mungkin saja masih ada yang ingin dikatakannya sekarang.

"Di, katakan saja aku harus apa agar kamu mau terima maaf dari aku."

Diandra perlahan tersenyum melihat wajah memohonnya Bian, benarkah sampai seperti itu usahanya untuk mendapatkan maaf Diandra.

"Katakan saja."

Diandra berpaling seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, kasihan juga tapi biarkan saja agar Bian tahu jika Diandra tidak ingin diperlakukan seperti itu.

Bian menyentuh kedua pundak Diandra dan menghadapkannya, Diandra kembali menatap Bian di sana dan biarkan saja apa yang akan dikatakannya lagi.

"Kamu hanya harus jawab satu pertanyaan aku."

"Pertanyaan apa?"

"Kamu suka sama aku?"

Bian diam, apa yang harus dikatakannya sekarang, apa benar kalau Bian menyukai Diandra, tapi apa alasannya karena mereka juga baru beberapa kali bertemu.

"Jawab, kenapa malah diam?"

"Memangnya kalau aku suka sama kamu, kamu mau terima aku?"

"Ya sudahlah, jawab saja dulu."

Bian berpaling, memang perasaan itu belum bisa untuk diyakininya, tapi Bian memang tertarik pada Diandra.

"Sudahlah, buang-buang waktu saja aku disini, mending aku jalan lagi saja."

Bian dengan cepat menahan Diandra yang hendak pergi darinya, tidak akan Bian biarkan Diandra pergi lagi setelah Bian lama menunggunya.

"Lepas, sudahlah, aku gak mau disini mending kamu urus saja pacar kamu itu."

"Apa sih, kenapa harus bahas yang lain?"

"Ya karena kamu juga gak mau jawab pertanyaan aku."

Bian kembali diam, apa harus Bian mengiyakan jawaban atas pertanyaan Diandra, apa itu tidak terdengar bodoh nantinya.

"Sudah, aku gak mau buang waktu, aku tidak akan ganggu kamu sama pacar kamu lagi, jadi kamu gak usah seperti ini gak ada gunanya juga."

Diandra berusaha melepaskan tangannya dari tahanan Bian.

"Diandra."

"Apa, aku disini, ngapain panggil-panggil terus seperti itu?"

"Kita baru saja kenal, kalau aku tiba-tiba bilang suka sama kamu pasti terdengar bodoh."

Diandra balik diam, apa masdunya, itu terlalu berbelit karena Diandra hanya butuh jawaban iya atau tidak.

"Diandra, kita perlu kenal dulu."

"Untuk apa, untuk apa kita kan sudah kenal."

"Ya untuk mengetahui aku suka atau enggak sama kamu."

"Gak perlu, aku gak minta kamu suka sama aku kok, apa lagi untuk maksa kamu."

"Aku gak merasa dipaksa, tapi aku harus meyakinkan semuanya terlebih dahulu."

"Meyakinkan apa, memang gak jelas kamu."

"Iya, aku suka sama kamu."

Diandra diam, kalimat itu sudah didengarnya dan tentu saja Diandra akan buat hatinya benar-benar mengakui perasaan itu.

"Aku suka sama kamu, tapi entah suka untuk artian apa."

"Mana bisa seperti itu."

"Makanya, kamu jangan pergi, kamu harus kasih aku kesempatan untuk bisa memperjelas perasaan ini."

Diandra kembali diam, tentu saja Diandra akan berikan kesempatan itu, karena Diandra juga akan terus bertahan dengan Bian untuk meneruskan rencananya.

"Kamu mau kan?"

"Tapi aku gak mau kalau sampai pacar kamu itu menampar aku lagi."

Bian mengangguk setuju, tentu saja Bian tidak akan biarkan itu terjadi, Agista tidak akan bisa menyentuh Diandra lagi meski hanya sedikit saja.

"Kamu akan tetap sama aku?"

"Oke."

Bian tersenyum dan kembali memeluk Diandra, tentu saja itu membuat Diandra juga tersenyum karena dengan begitu Bian akan semakin dekat dengan kehancurannya, begitu juga dengan keluarganya yang lain.

Diandra mengernyit saat melihat Agista yang berjalan arah mereka, senyum Diandra semakin indah terlihat sekarang.

Diandra membalas pelukan Bian dan menunduk ke pundaknya, biarkan saja agar Diandra tidak melihat kedatangan Agista.

"Terimakasih."

Diandra mengangguk, justru Diandra yang berterimakasih karena Bian telah membiarkannya tetap ada, dan bisa terus melanjutkan rencananya.

"Besok aku jemput kamu ya, kita ke Kantor sama-sama."

"Boleh saja, besok aku kabari ya, jangan datang kalau aku gak kabari kamu."

"Siap, tapi kamu harus kabari aku."

"Baik, Pak Bian."

"Diamlah, buruk sekali terdengar di telinga ku."

Diandra sedikit tertawa mendengarnya, dan itu membuat Bian tersenyum lebar dengan menambah erat pelukannya.

"Bagus ya kalian kelakuan kalian berdua."

Keduanya saling menjauh satu sama lain, Bian menarik Diandra ke belakangnya agar Agista tak bisa menyentuhnya.

Ketiganya sama-sama terdiam saling tatap satu sama lain, Agista benar-benar dibuat emosi oleh mereka berdua, terutama oleh Bian karena bisa sekali Bian melakukan semua itu.