webnovel

beasiswa yang hangus

seperti yang lainnya Yulia juga ingin masa depannya cerah. setelah lulus SMA ada keinginan dalam hatinya untuk berkuliah. tapi untuk menyelesaikan sekolah sampai SMA saja dia harus berusaha mendapatkan beasiswa dan bekerja di kedai kopi

ayahnya hanya seorang sopir dan ibunya sudah lama tidak bekerja.

pagi itu seperti biasa Yulia sampai di terminal lebih pagi tapi tetap saja angkot tidak segera berangkat karena muatan penumpangnya tidak segera penuh

"pak masih lama lagi kah?" ucap Yulia kepada sopir angkot

"sebenernya ini masih kurang 5 orang dek. nambah 2 orang saja lagi ya" jawab sopir angkot

"saya bisa terlambat pak" kata Yulia sambil bergumam

"yang 2 orang saya yang bayar pak" seru seorang pemuda yang duduk di samping sopir

akhirnya angkot pun mulai berjalan. saat ini penumpang angkutan umum mulai berkurang. karena banyak orang bisa membeli motor.

30menit perjalanan sampailah di sebuah perempatan jalan.

Yulia dan pemuda itu turun di tempat yang sama hanya saja pemuda itu menuju ke sebuah kampus di samping sekolah Yulia. mungkin pemuda itu kuliah di situ

sesampainya di sekolah ternyata pintu gerbang sekolah telah ditutup. Yulia menunggu di depan gerbang sampai jam pelajaran kedua.

tiba tiba pemuda yang tadi melintas di depan sekolah Yulia. berboncengan naik motor dengan seorang gadis.

2jam kemudian bel berbunyi tanda jam kedua dimulai. pintu gerbang di buka dan Yulia menuju ruang BP untuk minta izin terlambat.

ini bukan pertama kalinya Yulia terlambat sekolah.

setelah keluar dari ruang BP, Yulia berjalan menuju kelas. tampaknya guru pengajar di jam ke dua belum memasuki ruangan

Yulia menaruh tas lalu duduk di bangku paling depan.

"Yul, udah lihat pengumuman di papan pengumuman belum?" tanya seorang gadis berhijab yg duduk di sebelahnya

"emang ada pengumuman apa nis?" tanya Yulia balik

"ada beasiswa untuk kuliah Yul, syaratnya masuk universitas negeri. mau coba gak" ucap Nisa

Yulia pun tak ingin harapannya itu punah sebelum mencobanya. dia mencoba mendaftar melalui jalur PMDK atau yang sering disebut jalur prestasi di sebuah universitas negeri yang kebetulan dekat dengan rumahnya. meski saat ini motor sudah tidak termasuk barang mewah tapi keluarga Yulia tidak memilikinya. karena masih belum bisa menyisihkan dana untuk membayar cicilan motor

bahkan rumah yang mereka tempati hanyalah kontrakan sepetak yang di sekat dengan lemari. hal ini sudah wajar di perkotaan. perkampungan dengan gang yang sempit yang hanya bisa dilalui motor

beberapa hari kemudian. Yulia dan Nissa pergi ke Universitas yang mereka tuju untuk melakukan tes akademi dan tes wawancara.

beberapa pertanyaan dilontarkan oleh juri

"berapa penghasilan orang tua kamu?" satu pertanyaan dari juri yang membuat Yulia teringat kembali akan kehidupan keluarganya

mengingat ayahnya hanya sopir freelance yang penghasilannya tidak bisa ditentukan

"coba dihitung dari pengeluaran keluarga kamu selama satu bulan" ucap pria paruh baya yang berprofesi sebagai dosen di sana.

satu Minggu berlalu, hasil seleksi PMDK pun di umumkan di setiap sekolah. Nisa lolos dam masuk ke universitas itu. tapi Yulia gagal di tes wawancaranya.