Intan bingung. "Apa, Pak?"
"Hemmm." Arsya menggelengkan kepalanya. "Di sini hanya ada kita berdua. Jadi, jangan panggil saya dengan sebutan pak. Panggil saya Arsya saja. Kamu tidak perlu se-formal itu padaku." Arsya menjelaskan maksudnya.
Intan pun tersenyum seraya memukul keningnya sendiri.
"Maaf Pak saya suka lupa."
"Eits!" Arsya kembali tersenyum mendengar dirinya masih disebut pak oleh Intan.
"Eh, maaf." Intan menutup mulutnya sendiri.
"Tidak perlu minta maaf, Intan. Ya udah, sekarang kamu boleh pergi dan tanyakan ke bi Ani di mana kamar kamu ya. Dan jangan lupa. Jangan panggil pak. Oke?" Arsya menatap Intan begitu lembut.
Sampai-sampai detak jantung Intan pun tak terkontrol karenanya.
"Iya, pa –" Intan hamir saja keceplosan. Tapi dia segera meralat kata terakhirnya. "Iya, Arsya," ulangnya lagi.
Arsya tertawa. Intan tampak lucu sekali.
Intan lalu pamit untuk keluar dari kamar Arsya dan Arsya memperbolehkannya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com