webnovel

Irwan Curiga Pada Hana dan Hana Tidak Suka Melihat Hera

Dia bersandar ke badan kursi dan kursi putarnya itu sedikit bergoyang karena kena beban.

Hana menghela napas. "Untung si Arsya gak cacat. Kalau dia sampai cacat. Gue gak tahu deh jadinya gimana. Pasti si Arsya sedih. Ditambah dia juga belum punya pacar. Duh! Syukur banget."

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Hana seperti itu. Bram semakin punya prasangka kalau Hana punya perasaan pada Arsya.

Tapi dia tak berani bertanya atau menyerempet ke ucapan yang mengarah ke kejujuran hati Hana. Bram tahu kalau Hana pastinya dapat menebak gelagatnya.

Hana tak sebodoh yang terlihat. Makanya Bram sedikit berjaga. Dia tak mau Hana melihatnya sebagai sosok orang yang kepo-an. Alias penasaran banget soal kehidupan orang lain.

"Iya, aku juga takut sih," kata Bram, "oh iya, gimana kondisi kamu? Udah enakan? Udah gak pusing? Udah sarapan belum?" tanya Bram beruntun.

Hana menatapnya dengan tatapan aneh setengah tak suka.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com